Go to full page →

Pasal 57—Sikap Terhadap Teman Hidup yang Tak Seiman MKB 331

Haruskah Seorang Istri Nasrani Meninggalkan Suami yang Tidak Seiman? MKB 331

Banyak surat yang sudah datang kepada saya dari para ibu, menceritakan kesulitan yang mereka alami dalam rumah tangga serta meminta nasihat saya. Salah satu dari padanya sudah cukup untuk dijadikan contoh dari kesulitan itu. Suami dan ayah bukan seorang yang beriman dan ayah itu mempersulit segala usaha sang istri dalam mendidik anak-anaknya. Suami itu jahat, kejam dan kasar dalam kata-katanya kepada istrinya dan ia mengajar anak-anak mereka untuk meremehkan wewenang ibu mereka. Apabila istrinya mencoba untuk berdoa dengan mereka, lalu ia datang membuat kegaduhan, kemudian menuliskan nama-nama yang najis di atas Alkitab. Sang istri sangat kesangat kecewa sehingga ia merasa bahwa hidup ini menjadi beban baginya. Kebajikan apakah yang dapat ia lakukan? Apakah gunanya bagi anak-anaknya biarpun ia tinggal di rumah? Ia sudah merasakan keinginan yang kuat untuk melakukan suatu pekerjaan di kebun anggur-Nya dan ia merasa bahwa mungkin lebih baik untuk meninggalkan keluarganya daripada tinggal tetap bersama, sementara suaminya terus menerus mengajar anak-anak untuk tidak menghormati dan tidak menuruti dia. MKB 331.1

Dalam kasus yang demikian nasihat saya ialah: “Hai para ibu, kesulitan-kesulitan apa pun yang engkau harus tanggung dalam kemiskinan, dalam keadaan luka-luka jiwa akibat perbuatan yang kasar dan berlebihlebihan dari suami dan ayah anak-anakmu, janganlah tinggalkan anakanakmu itu. Janganlah serahkan mereka kepada seorang ayah yang tidak beribadat. Usahamu ialah mengimbangi pekerjaan ayah itu, yang tampak-nya adalah di bawah kekuasaan Setan. 1Letter 28, 1890 MKB 332.1