“Peliharakanlah hatimu terlebih dari pada segala yang patut di - peliharakan, karena dari dalamnya terpancarlah segala mata-air hidup,” demikian nasihat hamba Allah yang bijaksana. “Karena sebagaimana ia berpikir dalam dirinya, demikianlah adanya,” (Amsal 23:7, salinan bahasa Melayu huruf Arab). Hati harus dibaharui oleh kemurahan Allah, kalau tidak niscaya sia-sialah mencahari kemurnian hidup. Orang yang mencoba hendak membangunkan tabiat yang mulia dan tulus di luar kemurahan Kristus, berarti mendirikan rumahnya di atas pasir. Dalam angin tofan pencobaan yang hebat, rumah itu tentu akan rubuh! Doa permohonan Daud haruslah menjadi permohonan tiap-tiap jiwa: “Jadikanlah dalam aku hati yang suci, ya Allah, dan baharuilah dalam aku roh yang teguh.” Maka setelah kita turut ambil bagian dalam karunia surga itu, haruslah kita maju terus kepada kesempurnaan, karena “dipeliharakan dalam kuasa Allah oleh percaya.” AML 264.1
Meskipun begitu kita mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan untuk melawan pencobaan. Barangsiapa yang tidak mau menjadi korban jerat setan haruslah menjaga dengan cermat pintu-pintu jiwanya; mereka mesti menjauhkan bacaan, penglihatan, atau pendengaran yang akan membangunkan pikiran-pikiran yang kotor. Pikiran itu janganlah dibiarkan melayang-layang di atas hal-hal yang boleh dibisikkan oleh musuh jiwa. “Ikatlah pinggang budimu,” kata Petrus, “siumanlah. . . . jangan kamu menuntut segala keinginan, yang dahulu dalam hal bodohmu; tetapi tegal sucilah la yang memanggil kamu, hendaklah kamu pun menjadi suci demikian dalam segala kelakuanmu.” Rasul Paul berkata, “Hai saudara-saudara, adapun akan segala sesuatu yang benar dan segala sesuatu yang mulia dan segala sesuatu yang betul dan segala sesuatu yang suci dan segala sesuatu yang sedap manis dan segala sesuatu yang baik bunyinya, yaitu segala kebajikan dan kepujian apapun baik, hendaklah kamu memikirkan dia.” Hal ini memerlukan doa yang tekun dan selalu siuman. Kita mesti mendapat pertolongan pengaruh Roh Suci yang tetap, yang akan menarik pikiran kita ke atas dan membiasakan pikiran itu berdiam di atas perkara-perkara yang bersih dan suci. Kita mesti mempelajari Sabda Allah dengan rajin. “Dengan apa gerangan boleh orang muda memeliharakan jalannya suci dari pada salah? Kalau dipatutkannya dengan sabdaMu.” “Maka segala pesanMu,” kata pengarang Mazmur, “telah kutaruh dalam hatiku, supaya jangan aku berdosa kepadaMu.” —Patriarchs and Prophets, hal. 460. AML 264.2