Orang-orang muda sekarang sedang menentukan nasib mereka yang kekal, dan saya mau berseru kepadamu supaya mempertimbangkan hukum yang kepadanya Tuhan Allah telah menambahkan satu perjanjian, “supaya umurmu dilanjutkan dalam negeri yang dianugerahkan Tuhan Allahmu kepadamu.” Hai anak-anak, apakah engkau menginginkan hidup yang kekal? Kalau begitu hormatilah ibu bapamu. . . . AML 309.4
Kalau engkau telah berdosa oleh sebab tidak menunjukkan cinta dan penurutan kepada mereka itu, mulailah sekarang menebus yang sudah lalu itu. Engkau tiada mampu menurut jalan yang lain; karena hal itu berarti hilangnya hidup yang kekal bagimu. Penyelidik hati itu mengetahui bagaimana sikapmu terhadap ibu bapamu; karena Ialah yang menimbang tabiat batin dalam neraca keemasan yang di dalam kaabah surga. Wahai, akuilah kelalaianmu terhadap ibu bapamu, akuilah kekurang-pedulianmu terhadap mereka itu, serta perasaan bencimu terhadap hukum Tuhan yang suci. . . . AML 310.1
Hati ibu bapamu sudah tertarik dengan belas kasihan kepadamu, dan dapatkah engkau mengembalikan cinta mereka itu dengan sikap tidak berterima-kasih semata-mata? Mereka cinta akan jiwamu, dan ingin supaya engkau selamat; akan tetapi bukankah engkau sudah seringkali menghinakan nasihat mereka dan melakukan kehendakmu sendiri, jalanmu sendiri? Bukankah engkau sudah menurut pikiran dirimu sendiri, sedangkan engkau mengetahui bahwa tindakan degil yang begitu tidak berkenan kepada Allah? Banyak ibu bapa sudah meninggal dunia dengan hati hancur, oleh karena kurang berterima- kasih, kurang hormat yang ditunjukkan kepadanya oleh anak-anaknya. —The Youth’s Instructor, 22 Juni, 1893. AML 310.2