Pada waktu empat orang muda bangsa Iberani sedang mendapat pendidikan dalam istana raja Babil, mereka tidak merasa bahwa berkat Tuhan itu merupakan satu pengganti bagi usaha susah payah yang dituntut dari mereka. Mereka rajin belajar; karena dilihatnya bahwa oleh karunia Allah, nasib mereka itu tergantung atas kemauan dan tindakan mereka sendiri. Mereka harus mengerahkan segala kecakapannya ke dalam pekerjaan itu; dan dengan menggerakkan segala kuasanya dengan membanting tulang mereka itu harus menggunakan sebaik-baiknya segala kesempatan mereka untuk belajar dan bekerja. AML 133.1