Kodrat Agama yang Benar Digambarkan. Dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati, Kristus menggambarkan agama yang benar. Dia menunjukkan bahwa agama bukanlah sistem, keyakinan atau tata cara, melainkan dalam pelaksanaan perbuatan yang penuh kasih, dalam membawa yang terbaik kepada orang lain, dalam kebaikan yang mumi.... Pelajaran ini tidak sedikit dibutuhkan di dunia ini pada zaman sekarang sebagaimana dinyatakan mulut Yesus sendiri. Sifat mementingkan diri dan formalitas yang dingin sudah memadamkan nyala api kasih dan mengusir kemurahan yang harus mengharumkan tabiat. Banyak yang mengakui nama-Nya namun telah kehilangan pandangan tentang fakta bahwa orang-orang Kristen mewakili Kristus. Kecuali ada pengorbanan diri yang praktis demi kebaikan orang lain, dalam lingkaran keluarga, dalam lingkungan, dalam gereja, dan di mana saja, dan apa saja pun keahlian kita, maka kita bukan orang Kristen. — The Desire of Ages, hlm. 497, 504. PyM 41.1
Siapakah Sesamaku? Ada pertanyaan di antara orang-orang Yahudi: “Siapakah sesamaku?” menimbulkan persoalan yang tidak habis- habisnya. Mereka tidak meragukan siapa orang kafir dan siapa orang Samaria. Mereka ini adalah orang asing dan musuh. Tetapi di manakah harus dibuat perbedaan di antara bangsa mereka sendiri, dan di antara kelas-kelas sosial? Siapakah yang dianggap imam, guru, tua-tua, sebagai tetangganya? Mereka menghabiskan hidup dalam putaran upacara untuk menyucikan diri mereka. Kalau berhubungan dengan orang banyak yang bodoh dan tidak peduli, menurut pikiran mereka, itu akan menyebabkan pencemaran yang memerlukan usaha yang melelahkan untuk menghapuskannya. Apakah mereka menganggap “yang tidak halal” sebagai tetangga mereka? PyM 41.2
Pertanyaan ini sudah dijawab Kristus dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Dia telah menunjukkan bahwa tetangga kita bukanlah sekadar seorang anggota jemaat atau yang seiman ke mana kita termasuk di dalamnya. Tak ada hubungan dengan suku, warna kulit, atau perbedaan kelas. Tetangga kita adalah setiap orang yang membutuhkan pertolongan kita. Tetangga kita adalah setiap jiwa yang terluka dan memar karena ulah musuh. Tetangga kita adalah setiap orang yang menjadi harta milik Allah.— Christ’s Object Lessons, hlm. 376. PyM 42.1
Dilukiskan oleh Perumpamaan. Kristus sedang berbicara kepada kelompok orang banyak. Orang-orang yang mengharapkan dapat menangkap sesuatu dari bibir-Nya yang mereka dapat gunakan untuk mencela Dia, mengutus seorang pengacara kepada-Nya dengan pertanyaan, “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Yesus membaca lembaran buku yang terbuka, dan jawabanNya kepada yang bertanya itu begini, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu, “Kasihilah Tuhan, Aliahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” PyM 42.2
’’Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup” Kata Yesus. Pengacara itu tahu bahwa dengan jawabannya sendiri dia sudah mencela dirinya sendiri. Dia tahu bahwa dia tidak mengasihi tetangganya seperti diri sendiri, dia bertanya, “Dan siapakah sesamaku manusia?” PyM 42.3
Kristus menjawab pertanyaan ini dengan menceritakan peristiwa yang masih segar dalam ingatan para pendengar-Nya.— Manuscript 117, 1903. PyM 42.4
Jawab Yesus, “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya, dan sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.” PyM 42.5
Dalam perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho, pejalan kaki itu harus melewati sebagian dari padang belantara Yudea. Jalan itu menurun ke satu tebing yang terjal, yang didiami oleh perampok dan sering tampak keganasan. Di sinilah si pejalan kaki itu diserang, dirampas semua barang berharga, dan meninggalkannya setengah mati tergeletak di pinggir jalan. Sementara tergeletak begitu, lewatlah seorang imam dari jalan itu; dia melihat orang itu tergeletak dan terluka dan memar, berlumuran darahnya sendiri; tetapi dia meninggalkannya tanpa memberi pertolongan apa pun. “Tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Kemudian tampaklah seorang Lewi. Karena ingin tahu apa yang telah terjadi, dia berhenti dan memandang penderita itu. Dia merasa yakin atas apa yang harus ia lakukan, tetapi itu bukanlah tugas yang disetujui. Dia ingin agar ia tidak melihat orang yang terluka itu. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa kasus itu bukan urusannya, dan dia juga “melewatinya dari seberang jalan.” PyM 42.6
Tetapi seorang Samaria, berjalan di jalan yang sama, melihat si penderita, dan ia melakukan pekerjaan yang orang lain itu tidak mau lakukan. Dengan kelemahlembutan dia melayani orang yang terluka itu. “Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan... ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah itu ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kau belanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali.” Sang imam dan orang Lewi keduanya mengaku orang saleh, tetapi orang Samaria menunjukkan bahwa dia benar-benar sudah bertobat. Pekerjaan itu tidak lebih cocok bagi dia untuk melakukannya ketimbang bagi sang imam dan orang Lewi, tetapi dalam roh dan pekerjaan dia membuktikan dirinya seirama dengan Allah. Dalam memberikan pelajaran ini, Kristus memperkenalkan prinsip hukum dengan cara langsung dan secara paksa, menunjukkan kepada umat-Nya bahwa mereka telah mengabaikan pembawaan prinsip ini. Kata-kata-Nya begitu pasti dan terarah sehingga para pendengar-Nya tidak menemukan kesempatan untuk bertengkar. Pengacara itu tidak dapat menemukan apa yang dapat dikritiknya. Purbasangka terhadap Kristus sudah dipindahkan. Tetapi dia tidak mengatasi kebenciannya terhadap bangsa lain untuk memuji orang Samaria dengan namanya. Ketika Kristus bertanya, “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” PyM 43.1
“Kemudian Yesus berkata kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” Tunjukkanlah kebaikan yang sama lembutnya bagi mereka yang membutuhkan. Dengan demikian engkau memberikan bukti bahwa engkau memelihara hukum secara keseluruhan.— Christ’s Object Lessons, hlm. 379, 380. PyM 44.1
Siapa pun Dia, yang Berkekurangan adalah Sesama Kita. Manusia mana pun yang membutuhkan rasa simpati dan pertolongan kita adalah tetangga kita. Yang sedang menderita dan yang papa dari semua tingkatan adalah sesama kita; dan ketika kita mengetahui kebutuhan mereka, adalah kewajiban kita untuk membebaskan sejauh mungkin.— Testimonies, jld 4, hlm. 226, 227. PyM 44.2
Dengan perumpamaan ini sudah ditetapkan untuk selamanya kewajiban manusia terhadap sesamanya. Kita mempedulikan setiap kasus penderitaan dan memandang diri kita sebagai perwakilan Allah untuk membebaskan yang berkekurangan sampai batas kesanggupan kita. Kita menjadi mitra kerja Allah. Sebagian menunjukkan kasih sayang yang meluap terhadap sanak famili, terhadap sahabat-sahabat mereka dan kesayangan mereka, mereka yang masih gagal berbuat baik, dan penuh perhatian kepada mereka yang membutuhkan kebaikan dan kasih sayang. Dengan hati yang sungguh-sungguh, marilah kita bertanya, siapakah sesamaku? Sesama kita bukanlah sekadar teman sejawat dan sahabat dekat; mereka bukanlah anggota gereja atau siapa saja yang kita pikirkan. Sesama kita adalah umat manusia secara keseluruhan. Kita berniat baik kepada semua manusia, khususnya mereka yang satu iman dengan kita. Kita memberikan kepada dunia satu pertunjukan tentang apa artinya mengamalkan hukum Allah. Kita mengasihi Allah dengan segenap hati dan sesama seperti diri kita sendiri.— Review and Herald, 1 Januari 1895. PyM 44.3
Agama yang Benar Disalahgambarkan. Sang imam dan orang Lewi itu sudah pernah berbakti, yang acaranya ditentukan oleh Allah sendiri. Adalah satu kesempatan besar dan tinggi untuk mengambil bagian dalam kebaktian; sang imam dan orang Lewi merasa bahwa sesudah dihormati begitu rupa, adalah di bawah derajat mereka untuk melayani seorang penderita yang tidak dikenal yang tergeletak di pinggir jalan. Dengan demikian mereka mengabaikan kesempatan khusus yang ditawarkan Allah kepada mereka sebagai wakil-Nya untuk memberkati sesama manusia. PyM 44.4
Sekarang ini banyak yang membuat kesalahan yang sama. Mereka membagi tugas ke dalam dua kelas yang berbeda. Kelas yang satu terdiri dari perkara-perkara besar, yang diatur oleh hukum Allah; kelas kedua terdiri dari apa yang disebut masalah-masalah kecil, di mana terdapat perintah, “Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri,” yang ini diabaikan. Lingkungan pekerjaan ini bisa diubah sewaktu-waktu, di bawah kecenderungan atau gerak hati. Dengan demikian tabiat dirusak dan agama Kristus disalahgambarkan. PyM 45.1
Ada orang yang berpendapat bahwa itu akan merendahkan derajat melayani umat manusia yang sedang menderita. Banyak yang melihat dengan acuh tak acuh dan merasa puas terhadap mereka yang membiarkan kaabah jiwa dalam keadaan rusak. Yang lain mengabaikan orang miskin dengan motivasi yang berbeda. Mereka bekerja, sebagaimana menurut kepercayaan mereka, dalam pekerjaan Kristus, berusaha membangun satu perusahaan yang berfaedah. Mereka merasa bahwa mereka sedang melakukan pekerjaan besar, dan mereka tidak mau mampir untuk memperhatikan kebutuhan orang yang berkekurangan dan menderita. Dalam memajukan mereka yang dianggap besar itu, bahkan mereka menindas orang miskin. Mereka boleh menempatkan orang miskin itu dalam keadaan yang sukar dan berat, tidak menghormati hak mereka dan mengabaikan kebutuhan mereka. Namun mereka merasa bahwa semuanya ini dibenarkan karena mereka, sebagaimana pemikiran mereka, sedang memajukan pekerjaan Kristus.— Christ’s Object Lessons, hlm. 382, 383. PyM 45.2
Jangkauan Jauh Tuntutan Hukum Allah. Membiarkan tetangga tetap menderita adalah satu pelanggaran hukum Allah. Allah membawa imam sepanjang jalan agar dengan mata kepalanya sendiri dia boleh melihat satu kasus yang memerlukan kemurahan dan pertolongan; tetapi imam itu, walaupun memangku satu jabatan kudus, yang pekerjaannya seharusnya memberikan kemurahan dan berbuat baik, dia melewatinya dari seberang jalan. Tabiatnya dinyatakan dalam kodrat yang sebenarnya di hadapan malaikat-malaikat Allah. Untuk mengelabui orang dia dapat mengucapkan doa-doa yang panjang, tetapi dia tidak dapat mempertahankan prinsip hukum dalam mengasihi Allah dengan segenap hati dan sesama manusia seperti diri sendiri. Orang Lewi itu berasal dari suku yang sama dengan penderita yang terluka dan memar. Seluruh surga memperhatikan sementara orang Lewi menuruni jalan itu, melihat apakah hatinya terjamah atau tersentuh dengan penderitaan umat manusia. Sementara dia memandang orang itu, dia diyakinkan tentang apa yang ia harus lakukan; tetapi karena tugas itu bukan yang disetujui, dia ingin agar tidak melewati jalan itu, agar dia tidak melihat orang itu yang terluka dan memar, telanjang dan sedang sekarat, dan membutuhkan pertolongan dari sesama manusia. Dia terus berjalan, membujuk dirinya bahwa tidak ada urusannya dengan itu, dan dia tidak perlu terganggu dengan urusan itu. Menegakkan dirinya seorang pengajar hukum, menjadi pelayan dalam perkara-perkara kudus, dia tetap berlalu dari seberang jalan. PyM 45.3
Diselubungi dalam tiang awan, Tuhan Yesus telah memberikan petunjuk khusus tentang perlakuan tindakan kemurahan terhadap manusia dan binatang. Sementara hukum Allah menuntut hukum Allah yang tertinggi dan kasih yang tidak memihak terhadap sesama kita adalah tuntutan jangkauan jauh, juga memasukkan hewan ciptaan dungu yang tak dapat dengan kata-kata kebutuhan dan penderitaannya. ‘’Apabila engkau melihat keledai saudaramu atau lembunya rebah di jalan, janganlah engkau pura-pura tidak tahu; engkau harus benar-benar menolong membangunkannya bersama-sama dengan saudaramu itu” (Ulangan 22:4). Dia yang mengasihi Allah bukan hanya mau mengasihi sesamanya manusia, tetapi akan menghargai dengan rasa iba yang lemah lembut binatang peliharaan yang telah diciptakan Allah. Kalau Roh Allah berada dalam manusia, itu menuntun dia untuk menghilangkan penderitaan, bukan untuk membangkitkannya.— Review and Herald, 1 Januari 1895. PyM 46.1
Prinsip Hukum Allah Dilupakan. Sang imam dan orang Lewi itu tidak dimaafkan karena mengabaikan dengan sikap hati dingin, Hukum kemurahan dan kebaikan hati jelas disebutkan dalam Kitab Perjanjian Lama. Adalah pekerjaan yang sudah ditentukan bagi mereka untuk melayani kasus seperti itu sebagaimana seorang yang mereka lewati dengan hati dingin. Sekiranya mereka menuruti hukum yang mereka hormati menurut mereka, mereka tidak akan melewati orang ini tanpa menolongnya. Tetapi mereka sudah melupakan prinsip hukum yang Kristus telah berikan kepada nenek moyang mereka sementara Dia menuntun mereka sepanjang padang belantara melalui tiang awan yang menyelubungi-Nya. PyM 46.2
Siapakah sesamaku? Inilah pertanyaan yang perlu dipahami semua gereja kita. Sekiranya sang imam dan orang Lewi membaca dan memahami sandi Ibrani, akan jauh berbeda pelayanan mereka terhadap orang yang terluka itu.— Manuscript 117, 1903. PyM 47.1
Kondisi untuk Mewarisi Hidup Kekal. Kondisi untuk mewarisi hidup kekal dikatakan jelas Juruselamat kita dengan cara paling sederhana. Orang yang dirampok dan dilukai mewakili mereka yang menjadi target keinginan, simpati, dan amal kita, jikalau kita mengabaikan meraka yang berkekurangan dan malang yang dibawa kepada perhatian kita, tak peduli siapakah mereka, maka kita tidak memiliki jaminan hidup kekal; karena kita tidak menanggapi tuntutan Allah bagi kita. Kita tidak berbelaskasihan dan tidak terharu terhadap umat manusia, karena mereka mungkin bukan kenalan atau sanak kita. Engkau didapati melanggar hukum utama kedua di mana bergantung enam hukum terakhir lainnya. Barangsiapa melanggar satu, melanggar sepuluh. Mereka yang tidak membuka hati kepada kebutuhan dan penderitaan umat manusia, tidak akan membuka hati mereka kepada tuntutan Allah sebagaimana disebut dalam empat nasihat pertama dari Sepuluh Firman. Berhala mendambakan perhatian dan kasih sayang, dan Allah tidak dihormati dan tidak memerintah dalam posisi tertinggi.— Testimonies jld. 3, 524. PyM 47.2
Kesempatanmu dan Kesempatanku. Sekarang ini Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk menunjukkan apakah mereka mengasihi sesama manusia. Dia yang benar-benar mengasihi Allah dan sesama manusia adalah dia yang menunjukkan kemurahan kepada orang yang papa dan melarat, yang menderita, yang terluka, dan mereka yang sekarat siap untuk mati. Allah memanggil atau melakukan pekerjaan yang terabaikan itu, berusaha memulihkan gambar Pencipta dalam rupa manusia.— Letter 113, 1901. PyM 47.3
Bagaimana Kita Mengasihi Sesama Manusia Seperti Diri Kita Sendiri. Kita dapat mengasihi sesama seperti diri kita sendiri sebagaimana kita mengasihi Allah di atas segala sesuatu. Kasih Allah akan mengeluarkan buah kasih kepada sesama kita. Banyak mengira bahwa kita tidak dapat mengasihi sesama sebagai diri kita sendiri, tetapi hanya itulah buah sejati dari Kekristenan. Kasih kepada orang lain ialah menempatkan Yesus Kristus; itu adalah berjalan dan bekerja bersama dunia dalam pandangan. Dengan demikian kita tetap memandang kepada Yesus, yang memimpin dan menyempurnakan iman kita.— Review and Herald, 26 Juni 1894. PyM 47.4