Go to full page →

Daniel Duta Sorga Pd 40

Daniel dan sahabatnya di Babilon berusia muda, tampaknya lebih beruntung daripada Yusuf pada tahun-tahun awal kehidupannya di Mesir; namun demikian mereka itu menjadi sasaran ujian tabiat yang tidak kurang dahsyatnya. Dari perbandingan kesederhanaan rumah tangga Yudea, orang muda yang turunan raja ini dibawa ke kota yang paling megah, ke istana raja yang terbesar dan dipilih untuk dilatih pelayan khusus bagi raja. Pencobaan sangat hebat mengitari mereka dalam istana yang jahat dan mewah itu. Fakta bahwa mereka, penyembah Yehova, ditawan oleh Babilon, bahwa perkakas-perkakas rumah Allah telah ditempatkan di kuil dewa-dewa Babilon; bahwa raja Israel sendiri menjadi tawanan dalam tangan orang Babilon, dibanggakan oleh para pemenang sebagai bukti bahwa agama mereka dan kebiasaannya lebih unggul dari agama dan adat kebiasaan orang Ibrani. Di bawah keadaan serupa itu, melalui kehinaan yang diundang Israel, akibat mengabaikan perintah-perintahNya, Allah memberikan bukti kepada Babilon mengenai keunggulanNya, mengenai kekudusan tuntutanNya, dan mengenai hasil yang pasti dari penurutan. Dan kesaksian ini diberikanNya, yang hanya dapat diberikan melalui orang yang tetap teguh dalam kesetiaan. Pd 40.4

Bagi Daniel dan sahabat-sahabatnya, pada awal karir mereka, datanglah sebuah ujian yang menentukan. Perintah bahwa makanan mereka harus disediakan dari meja kerajaan merupakan suatu ungkapan mengenai kesenangan raja dan perhatiannya kepada kesejahteraan mereka. Tetapi sebagian dari makanan itu telah dipersembahkan kepada dewa, makanan dari meja raja dipersembahkan kepada penyembahan berhala, dan dengan turut sertanya menikmati keramahan raja, orang muda ini dianggap bersatu dalam penyembahan allah palsu. Dalam penyembahan yang demikian, kesetiaan kepada Yehova melarang mereka untuk turut mengambil bagian. Mereka tidak berani mengambil risiko akibat kemewahan dan pemborosan yang melemahkan perkembangan fisik, mental dan rohani. Pd 41.1

Daniel dan sahabat-sahabatnya telah diajar supaya setia dalam azas firman Allah. Mereka telah belajar untuk mengorbankan masalah duniawi kepada yang rohani, untuk mengusahakan mutu yang tertinggi. Dan mereka menyabit pahalanya. Kebiasaan bertarak, rasa tanggung jawabnya sebagai wakil-wakil Allah menampilkan perkembangan tertinggi dari daya tubuh, pikiran dan jiwa. Pada akhir pendidikan mereka, dalam ujian bersama calon-calon yang lain untuk mendapat kehormatan kerajaan itu, “di antara mereka sekalian itu tidak didapati yang setara dengan Daniel, Hananya, Misael dan Azarya.” Dan 1:19. Pd 41.2

Di istana Babilon berhimpun wakil-wakil dari seluruh negeri, orangorang pilihan yang terpandai, orang yang paling kaya dikaruniai bakat alamiah dan memiliki budaya tertinggi yang dapat diberikan dunia; namun di tengah-tengah mereka semua, tawanan orang Ibrani itu tiada yang setara. Dalam kekuatan fisik dan rupa, dalam kecerdasan mental, mereka itu tidak ada taranya. “Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya.” Dan 1:20. Pd 41.3

Tiada bimbang dalam persekutuan dengan Allah, tidak bersandar kepada kemampuannya sendiri, keanggunan Daniel serta budi pekerti yang berbeda pada masa muda menarik “ kesukaan dan keramahan” penghulupenghulu kafir, dimana dia berada. Ciri-ciri yang sama menandai kehidupannya. Pd 41.4

Ia naik dengan pesat kepada kedudukan perdana menteri kerajaan itu. Sepanjang pemerintahan raja-raja yang berturut-turut, kejahatan kerajaan dan berdirinya kerajaan lawan, demikianlah hikmat dan kemampuan bernegaranya, sempurna taktiknya, budi pekerti dan kebaikan hati yang murni, dipadukan dengan kesetiaan kepada azas, bahkan musuhnya sekalipun terpaksa mengaku bahwa “ mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya.” Dan 6:5. Pd 42.1

Sementara Daniel merangkul Allah dengan kepercayaan yang tiada bimbang, roh kuasa nubuat datang atasnya. Sementara dihormati oleh manusia dengan tanggung jawab istana dan rahasia kerajaan, ia dipermuliakan Allah sebagai dutaNya dan diajarkan untuk membaca rahasia berabad-abad yang akan datang. Raja-raja kafir, melalui pergaulan dengan wakil sorga, terpaksa mengakui Allah Daniel. “Sesungguhnyalah,” kata Nebukadnezar, “Aliahmu itu Allah yang mengatasi segala allah dan Yang berkuasa atas segala raja dan Yang menyingkapkan rahasia-rahasia.” Dan Darius dalam pengumumannya “kepada orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa, yang mendiami seluruh bumi,” meninggikan “Allah Daniel” sebagai “Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya; pemerintahanNya tidak akan binasa dan kekuasaanNya tidak akan berakhir,” yang “melepaskan dan menolong dan mengadakan tanda mujizat di langit dan di bumi.” Dan 2:47; 6:26-28. Pd 42.2