“ Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya. ”
Tidak ada cabang usaha yang resmi yang tidak diungkapkan Alkitab guna persiapan yang amat diperlukan. Azas kerajinan, kejujuran, kehematan, pertarakan dan kemurnian merupakan rahasia keberhasilan yang sejati. Prinsip ini, sebagaimana dipersembahkan dalam kitab Amsal, merupakan suatu perbendaharaan hikmat yang praktis. Di manakah orang datang, tukang, direktur dalam segala bidang usaha, mendapatkan peribahasa untuk dirinya atau untuk karyawannya dari pada yang terdapat dalam perkataan orang arif: Pd 100.1
“Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina.” Ams 22:29. Pd 100.2
“ Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja.” Ams 14:23. Pd 100.3
“ Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia.” “Karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin dan kantuk membuat orang berpakaian compang-camping.” Ams 13:4; 23:21. Pd 100.4
“Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut.” Ams 20:19. Pd 100.5
“Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya,” “tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.” Ams 17:27; 20:3. Pd 100.6
“ Janganlah menempuh jalan orang fasik.” “Dapatkah orang berjalan di atas bara dengan tidak hangus kakinya?” Ams 4:14; 6:28. Pd 101.1
“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak.” Ams 13:20. Pd 101.2
“Ada teman yang mendatangkan kecelakaan.” Ams 18:24. Pd 101.3
Seluruh lingkaran kewajiban kita kepada satu dengan yang lain dicakup perkataan Kristus, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Mat 7:12. Pd 101.4
Berapa banyak orang akan terlepas dari kegagalan keuangan dan kehancuran karena mendengarkan amaran, yang begitu kerap diulang-ulangi dan ditekankan dalam Kitab Suci: Pd 101.5
“Tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.” Ams 28:20. Pd 101.6
“Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya.” Ams 13:11. Pd 101.7
“Memperoleh harta benda dengan lidah dusta adalah kesia-siaan yang lenyap dari orang yang mencari maut.” Ams 21:6. Pd 101.8
“Yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi.” Ams 22:7. Pd 101.9
“ Sangat malanglah orang yang menanggung orang lain, tetapi siapa membenci pertanggungan, amanlah ia.” Ams 11:15. Pd 101.10
“Jangan engkau memindahkan batas tanah yang lama dan memasuki ladang anak-anak yatim, karena penebus mereka kuat, Dialah yang membela perkara mereka melawan engkau.” “Orang yang menindas orang lemah untuk menguntungkan diri atau memberi hadiah kepada orang kaya, hanya merugikan diri saja.” “Siapa menggali lobang akan jatuh ke dalamnya, dan siapa menggelinding batu, batu itu akan kembali menimpa dia.” Ams 23:10, 11; 22:16; 26:27. Pd 101.11
Ini merupakan prinsip yang mengikat keutuhan masyarakat, baik perhimpunan sekuler maupun keagamaan. Prinsip inilah yang memberikan keamanan atas harta dan kehidupan. Kepada segala sesuatu yang menjadikan keyakinan serta kerja sama itu suatu kemungkinan, dunia ini berhutang kepada hukum Allah, sebagaimana diberikan dalam firmanNya dan yang masih diikuti, dalam garis yang sering kabur dan nyaris terhapus dalam hati manusia. Pd 101.12
Perkataan pengarang Mazmur, “ Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih daripada ribuan keping emas dan perak” (Mzm 119:72), menerangkan hal yang benar walau tidak ditinjau dari segi keagamaan. Azas itu menerangkan suatu kebenaran mutlak dan diakui dalam dunia usaha. Meski pada zaman yang penuh dengan nafsu ingin mendapat uang, bila persaingan sangat tajam dan metoda teramat teliti, masih tetap diakui secara luas, bahwa bagi seorang muda yang mulai hidup, kejujuran, kerajinan, pertarakan, kemurnian dan kehematan merupakan modal yang lebih baik dari pada sejumlah uang. Pd 101.13
Namun demikian meski orang yang menghargai nilai dari sifat-sifat itu dan mengakui Alkitab sebagai sumbernya, beberapa orang saja yang mengakui azas yang dalamnya mereka bergantung. Pd 102.1
Apa yang terletak pada dasar kejujuran dalam usaha, dan keberhasilan sejati adalah pengakuan terhadap hak milik Allah. Pencipta segala sesuatu, Ia adalah pemilik aslinya. Kita hanyalah pemegangnya. Segala sesuatu yang kita miliki adalah sesuatu milik yang dipercayakanNya, untuk digunakan sesuai dengan bimbinganNya. Pd 102.2
Ini adalah suatu kewajiban yang terpikul atas setiap umat manusia. Ia berhubungan dengan seluruh segi kegiatan umat manusia. Apakah kita mengakuinya atau tidak, kita adalah penata, diberikan talenta dan perlengkapan dari Allah, dan ditempatkan dalam dunia untuk melakukan pekerjaan yang telah ditentukanNya. Pd 102.3
Kepada setiap orang diberikan “tugasnya”, Mrk 13:34, pekerjaan yang sesuai dengan kecakapannya, pekerjaan yang akan membawa hasil yang terbesar kepada dirinya sendiri dan kepada sesamanya, demi kehormatan yang teragung kepada Allah. Pd 102.4
Jadi usaha kita atau panggilan merupakan bagian dari rencana Allah yang besar, dan selama itu dilakukan sesuai dengan kehendakNya, Ia sendiri bertanggung jawab atas hasil-hasilnya. “Kawan sekerja Allah” (I Kor 3: 9), bagian kita adalah setia mentaati tuntutanNya. Jadi tidak ada tempat untuk cemas. Rajin, setia, mengawasi, hemat dan ketelitian diperlukan. Setiap kecakapan harus dilakukan sejauh kemampuan itu dapat dilaksanakan. Tetapi ketergantungan, bukanlah kepada hasil yang sukses dari usaha kita, melainkan pada janji Allah. Firman yang memberikan makan kepada bangsa Israel di padang gurun, dan menunjang Elia pada masa kelaparan, memiliki kuasa yang serupa sekarang ini. “Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? ... Carilah dulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Mat 6:31-33. Pd 102.5
Ia yang memberikan kuasa kepada manusia untuk mendapatkan kekayaan beserta pemberian itu mengikat suatu kewajiban. Dari segala sesuatu yang kita peroleh Ia menuntut suatu jumlah yang tertentu. Perpuluhan adalah milik Tuhan. “ Segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah mau pun dari buah pohon-pohonan,” “segala persembahan persepuluhan dari lembu kerbau atau kambing domba, ... menjadi persembahan kudus bagi Tuhan.” Im 27:30, 32. Janji yang dibuat Yakub di Bethel menunjukkan luasnya kewajiban itu. “ Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku,” katanya, “akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepadaMu.” Kej 28:22. Pd 102.6
“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan” (Mal 3:10), adalah perintah Allah. Tidak ada seruan yang dibuat untuk pengucapan syukur atau kedermawanan. Ini hanyalah masalah kejujuran yang sederhana. Perpuluhan adalah milik Tuhan; dan Ia memohon supaya kita mengembalikan kepadaNya apa yang menjadi milikNya. Pd 103.1
“Akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.” I Kor 4:2. Kalau kejujuran merupakan suatu azas yang penting dalam kehidupan bisnis, tidakkah kita harus mengakui kewajiban kita kepada Allah— kewajiban yang menggaris-bawahi setiap kewajiban yang lain? Pd 103.2
Dengan jabatan kita sebagai penatalayan, kita ditempatkan di bawah kewajiban, tidak saja kepada Allah tetapi kepada manusia. Kepada kasih yang tidak terhingga dari penebus, setiap orang berhutang atas karunia hidup. Makanan dan pakaian dan tempat tinggal, tubuh, pikiran dan jiwa— semuanya dibeli oleh darahNya. Dan dengan kewajiban bersyukur atas pelayanan yang diberikan, Kristus mewajibkan kita kepada sesama kita. Ia memohon kepada kita, “Layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” Gal 5:13. “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Mat 25:40. Pd 103.3
“Aku berhutang,” kata Paulus, “baik kepada orang Yunani, maupun kePada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.” Rm 1:14. Demikianlah seharusnya tindakan kita. Segala sesuatu yang telah membahagiakan hidup kita di atas yang lainlainnya, kita ditempatkan di bawah kewajiban kepada setiap umat manusia yang dapat ditolong. Kebenaran ini bukanlah bagi lemari atau ruang hitung. Barang-barang yang kita pegang bukanlah milik kita sendiri, dan janganlah fakta ini hilang dari pandangan kita. Kita hanyalah pemegangnya dan atas pelaksanaan kewajiban kita kepada Allah dan kepada manusia bergantung baik kesejahteraan sesama kita maupun kesejahteraan diri kita sendiri, untuk kehidupan sekarang ini dan untuk kehidupan masa mendatang. Pd 103.4
“Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luarbiasa, namun selalu kekurangan.” “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.” “Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu.” Ams 11:24, 25; Pkh 11:1. Pd 103.5
“ Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya. . . . Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali.” Ams 23:4, 5. Pd 104.1
“ Berilah dan kamu akan diberi; suatu takaran yang baik, yang dipadatkan yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukur kepadamu.” Luk 6:38. Pd 104.2
“Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah.” Ams 3:9, 10. Pd 104.3
“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu. . . . Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan.” Mal 3:10-12. Pd 104.4
“Jikalau kamu hidup menurut ketetapanKu dan tetap berpegang pada perintahKu serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya. Lamanya musim mengirik bagimu akan sampai kepada musim memetik buah anggur dan lamanya musim memetik buah anggur akan sampai kepada musim menabur. Kamu akan makan makananmu sampai kenyang dan diam di negerimu dengan aman tenteram.... sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apapun.” Im 26:3-6. Pd 104.5
“Usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anakanak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda.” “Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah! Tuhan akan meluputkan dia pada waktu celaka. Tuhan akan melindungi dia dan memelihara nyawanya sehingga ia disebut berbahagia di bumi; Engkau takkan membiarkan dia dipermainkan musuhnya.” “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu.” Yes 1:17; Mzm 41:l, 2; Ams 19:17. Pd 104.6
Barangsiapa membuat penanaman modal ini berarti mengumpulkan harta berlipat ganda. Disamping apa yang dikumpulkannya, betapa pun bijaksananya perkembangannya, akhirnya akan ditinggalkannya, ia menumpuk harta untuk selama-lamanya-yaitu harta tabiat yang merupakan milik yang paling berharga di dunia atau pun di sorga. Pd 104.7