“ Yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, . . . telah beroleh kekuatan dalam kelemahan. ”
Sebagai seorang pendidik tidak ada bagian dari Alkitab yang lebih besar nilainya dari pada riwayat hidup orang yang terkandung di dalamnya. Riwayat hidup itu berbeda dari yang lain karena riwayat hidup ini benar-benar terjadi dalam kehidupan. Tidak mungkin bagi pikiran yang fana untuk membuat tafsiran yang tepat, dalam segala sesuatu, mengenai pekerjaan orang lain. Tidak ada lain kecuali Dia yang membaca hati, yang melihat motif dan kegiatan yang bersifat rahasia, dapat melukiskan tabiat dengan tepat betul, atau memberikan gambaran yang tepat mengenai kehidupan manusia. Dalam firman Allah saja terdapat penggambaran yang demikian. Pd 109.1
Tidak ada kebenaran yang lebih jelas lagi diungkapkan Alkitab dari pada apa yang kita perbuat adalah buah-buah dari apa keadaan kita. Sebagian besar dari pengalaman hidup merupakan buah-buah pikiran dan perbuatan kita sendiri. Pd 109.2
“Demikianlah kutuk tanpa alasan tidak akan kena.” Ams 26:2. Pd 109.3
“Katakanlah berbahagia orang benar. . . . Celakalah orang fasik! Pd 109.4
Malapetaka akan menimpanya, sebab mereka akan diperlakukan menurut perbuatannya sendiri.” Yes 3:10,11. Pd 109.5
“Dengarlah, hai bumi! Sungguh, ke atas bangsa ini Aku akan mendatangkan malapetaka, akibat dari rancangan-rancangan mereka.” Yer 6: 19. Pd 109.6
Sungguh dahsyat kebenaran ini, dan harus dicamkan dalam-dalam. Setiap perbuatan mendatangkan reaksi kepada si pelaku. Orang harus mengakui, dalam kejahatan yang mendatangkan kutuk atas kehidupannya, merupakan buah penaburannya sendiri. Namun meski pun demikian kita bukannya tidak mempunyai harapan. Pd 110.1
Untuk mendapatkan hak kesulungan yang sudah menjadi miliknya, melalui janji Allah, Yakub menempuh jalan muslihat dan ia menyabit tuaiannya dalam kebencian saudaranya. Selama duapuluh tahun dalam pengasingan ia sendiri ditipu dan akhirnya terpaksa mencari perlindungan dengan melarikan diri; dan ia menyabit tuaian yang kedua, tatkala kejahatan dari tabiatnya sendiri tampak muncul dalam diri putra-putranya-semuanya itu sebuah gambaran yang amat benar mengenai pembalasan dari kehidupan manusia. Pd 110.2
Tetapi Allah berkata: “Sebab bukan untuk selama-lamanya Aku hendak berbantah dan bukan untuk seterusnya Aku hendak murka, supaya semangat mereka jangan lemah lesu di hadapanKu, padahal Akulah yang membuat nafas kehidupan. Aku murka karena kesalahan kelobaannya. Pd 110.3
Aku menghajar dia, menyembunyikan wajahKu dan murka, tetapi dengan murtad ia menempuh jalan yang dipilih hatinya. Aku telah melihat segala jalannya itu, tetapi Aku akan menyembuhkan dan akan menuntun dia dan akan memulihkan dia dengan penghiburan; juga pada bibir orangorangnya yang berkabung. . . . Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat-firman Tuhan-Aku akan menyembuhkan dia.” Yes 57:16-19. Pd 110.4
Dalam kesukarannya, Yakub tidak dikalahkan. Ia telah bertobat, ia telah berusaha untuk menebus kesalahan yang dibuatnya kepada saudaranya. Dan ketika diancam mati melalui murka Esau, ia meminta pertolongan dari Allah. “Ia bergumul dengan malaikat dan menang; ia menangis dan memohon belas kasihan kepadaNya.” “Lalu diberkatinyalah.” Hosea 12:5; Kej 32:29. Dalam kuat kuasaNya, orang yang diampuni itu sendiri, bukan lagi sebagai pengambil-alih, tetapi sebagai pangeran bersama Allah. Ia tidak saja mendapat kelepasan dari saudaranya yang murka, melainkan kelepasan dari dirinya sendiri. Kuasa kejahatan dalam tabiatnya sendiri telah rontok; tabiatnya telah diubah. Pd 110.5
Pada waktu petang ada terang. Yakub, meninjau kembali sejarah hidupnya, mengakui kuasa pemeliharaan Allah-“Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang dan sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku dari segala bahaya.” Kej 48:15, 16. Pd 110.6
Pengalaman yang serupa diulangi dalam sejarah putra-putra Yakub— dosa membawa pembalasan, dan pertobatan menghasilkan buah yang berupa kesuican dalam hidup. Pd 111.1
Allah tidak menghapuskan hukum-hukumNya. Ia tidak bekerja berlawanan dengan hukum itu. Pekerjaan dosa tidak ditiadakanNya. Tetapi Ia mengubah. Melalui rahmatNya, kutukan menghasilkan berkat. Pd 111.2
Dari antara putra-putra Yakub, Lewi adalah salah seorang yang paling kejam dan suka membalas dendam, salah satu dari dua kesalahan yang paling berat dalam pembunuhan khianat terhadap orang Shikhem. Sifatsifat Lewi, yang dipantulkan dalam keturunannya, terjadilah bencana berupa perintah Allah, “Aku akan membagi-bagikan mereka di antara anakanak Yakub dan menyerahkan mereka di antara anak-anak Israel.” Kej 49: 7. Tetapi pertobatan membawa pembaharuan dan melalui kesetiaan mereka kepada Allah di tengah kemurtadan suku-suku lainnya, kutukan itu diubah menjadi suatu tanda dari kehormatan yang tertinggi. Pd 111.3
“Tuhan menunjuk suku Lewi untuk mengangkut tabut perjanjian Tuhan, untuk bertugas melayani Tuhan dan untuk memberi berkat demi namaNya.” “PerjanjianKu dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya—pada pihak lain ketakutan—dan ia takut kepadaKu dan gentar terhadap namaKu. . . . Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan.” Ul 10:8; Mal 2:5, 6. Pd 111.4
Pelayan-pelayan kaabah yang diangkat, orang Lewi tidak menerima tanah warisan, mereka berdiam bersama-sama dalam kota yang terpisah demi pekerjaan mereka dan menerima tunjangan dari perpuluhan dan pemberian dan persembahan yang diabdikan untuk pekerjaan Allah. Mereka merupakan guru bangsa, tamu pada seluruh perayaannya, dan di mana-mana dihormati sebagai hamba dan wakil Allah. Kepada seluruh bangsa diberikan perintah: “Hati-hatilah supaya jangan engkau melalaikan orang Lewi, selama engkau ada di tanahmu.” “Suku Lewi tidak mempunyai bagian mi-lik pusaka bersama-sama dengan saudara-saudaranya.” Ul 12:19; 10:9. Pd 111.5