Go to full page →

Penggunaan Kitab Suci secara Teologis dan Eksegesis KN 381

Sementara Ellen G. White menggunakan Kitab Suci untuk mencapai tujuan pastoral, dia menggunakan Kitab Suci bukan hanya untuk peneguhan pribadi, nasihat, dan koreksi, mis., untuk tujuan praktis. Dia juga menggunakan Kitab Suci untuk mendukung masalah-masalah doktrinal dan untuk mengklarifikasi masalah-masalah iman. 80Misalnya, ketika ia mengutip Kitab Suci untuk mendukung dan mengonfirmasi hari istirahat alkitabiah, hari Sabat, atau ketika ia berbicara tentang keadaan orang mati dan ajaran Alkitab tentang neraka, atau apa yang Alkitab ajarkan tentang milenium atau pelayanan Kristus di Bait Suci surgawi, untuk menyebutkan beberapa masalah doktrinal, di mana ia menggunakan Alkitab untuk mendukung pengajaran Alkitab tentang topik-topik ini atau di mana ia mengoreksi konsep-konsep palsu yang lazim di antara banyak orang Kristen pada zamannya. Dia juga berbicara dengan penuh perhatian doktrinal dan teologis ketika dia menelusuri nubuat Daniel dan Wahyu di mana dia membuat aplikasi spesifik sehubungan dengan Daniel 7—9 dan Wahyu 6—17. Tentang Ellen G. White dan penafsirannya tentang kitab Wahyu, lihat Jon Paulien, “The Interpreter’s Use of the Writings of Ellen G. White ” 163-172; dan idem, “Ellen G. White and Revelation ,” dalam Holbrook, ed., Symposium on Revelation—Book 1 , 363-373. KN 381.1

Pembaca yang cermat dari Ellen G. White telah berulang kali mencatat persepsi tajamnya ketika menggunakan teks-teks Kitab Suci, melakukannya dengan sepenuhnya sesuai dengan teks Alkitab asli dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Sungguh menakjubkan betapa sering dia membawa wawasan teologis yang luar biasa ke dalam makna asli teks Kitab Suci meskipun dia tidak pernah belajar bahasa Ibrani atau Yunani. 81Lihat RichardM. Davidson, “Ellen White’s lnsights into Scripture in Light of the Original Biblical Languages ” (bab 7). Sementara Ellen G. White membuat banyak komentar yang bermanfaat tentang bagian Kitab Suci, namun dia tidak berko-mentar dan menafsirkan setiap teks dalam Kitab Suci. Dia juga tidak melihat dirinya sebagai penafsir atau juru bahasa Kitab Suci yang menjadikan pelajaran Kitab Suci pribadi berlebihan. Namun dia berkomentar dan menafsirkan Kitab Suci dalam cara teologis yang bertanggung jawab. KN 381.2

Penggunaan teologis dari Kitab Suci hadir ketika tema atau gagasan alkitabiah yang penting digunakan atau disinggung tanpa kutipan eksplisit. 82Lih. Clinton Wahlen, “The Use of Scripture by Bible Writers ” (bab 4). Telah dikatakan bahwa untuk “menafsirkan teks secara teologis berarti mencari implikasi teks untuk skema teologis yang lebih besar dalam Kitab Suci. Teks dilihat tidak hanya dalam konteks sastra dan sejarahnya tetapi juga dalam konteks wahyu Ilahi, secara keseluruhan.” 83So Pfandl, 314. KN 381.3

Sebuah ilustrasi tentang kemampuannya untuk menggunakan Kitab Suci secara teologis dan juga eksegetis adalah penggunaannya dari Yohanes 5: 39, 84Di sini kita erat mengikuti ilustrasi Pfandl di 317. di mana Kitab Suci King James Version menerjemahkan kata-kata Yesus sebagai suatu keharusan: “Selidikilah Kitab Suci; karena di dalamnya kamu berpikir kamu memiliki hidup yang kekal: dan merekalah yang bersaksi tentang Aku.” ‘ Epauvãn ; Yunani (ereunate) dapat berupa imperatif masa kini atau indikatif masa kini dan konteksnya tampaknya lebih menyukai indikatif: “Engkau mempelajari Kitab-kitab Suci, karena kamu menyangka bahwa di dalamnya kamu beroleh hidup kekal; kesaksian mereka menunjuk kepadaku” (REB) . Pfandl telah menunjukkan bahwa “banyak orang Yahudi percaya bahwa pengetahuan tentang hukum akan meyakinkan mereka akan kehidupan kekal. Tetapi Yesus mengingatkan mereka bahwa Kitab Suci yang mereka pikir untuk mendapatkan kehidupan kekal adalah tulisan yang bersaksi tentang Dia.” 85Ibid . Sementara Ellen G. White sering menggunakan frasa dari Yohanes 5: 39 untuk mendorong belajar Kitab Suci, 86Uh. Ellen G. White, Counsels on Sabbath School Work (Washington, D.C.: Review and Herald®, 1938), 17,21,29. dengan demikian menunjukkan hikmat pastoral dalam mendukung sesuatu yang Alkitab ajarkan agar kita lakukan, dia juga sadar akan makna eksegetisnya. Dalam The Desire of Ages dia menghubungkan situasi sebagaimana yang ditulis oleh Yohanes, dan menggunakan Revised Version gantinya KJV untuk mengeluarkan arti eksegesisnya: “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun mereka itu memberi kesaksian tentang Aku. Yohanes 5: 39, RV.” 87Ellen G. White, The Desire of Ages , 211. Ini juga merupakan ilustrasi bagaimana Ellen G. White tidak bergantung pada KJV , tetapi menunjukkan persepsi yang tajam tentang pekabaran dari teks Kitab Suci yang asli. KN 382.1

Ellen White mendemonstrasikan penggunaan teologis lainnya dari Kitab Suci ketika dia kadang-kadang mengonfigurasi konsep alkitabiah untuk meng-ekspresikan ide-ide alkitabiah yang sah dengan kata-kata yang tidak cocok ke penggunaan alkitabiah aslinya, tetapi sangat baik dalam kerangka alkitabiah umum dari karya penyelamatan Allah. KN 382.2

Misalnya: dalam Kitab Suci konsep baptisan Roh Kudus muncul hanya tujuh kali dalam Perjanjian Baru, yang menarik selalu sebagai konstruksi verbal, “membaptis dengan Roh Kudus” (Mrk. 1: 8; Mat. 3: 11; Luk. 3: 16; Yoh. 1: 33; Kis. 1: 5; 11: 15, 16; 1 Kor. 12: 13), meskipun teks-teks lain mungkin merujuk pada fenomena dengan cara lain. Dalam Perjanjian Baru baptisan Roh Kudus tampaknya merujuk pada pemberdayaan awal umat Allah pada hari Pentakosta yang memungkinkan mereka untuk memulai dan memenuhi tugas Injil mereka. Dalam Perjanjian Baru baptisan Roh Kudus juga tampaknya berhubungan erat dengan baptisan air orang percaya. Di luar baptisan awal dengan Roh Kudus ini, orang percaya dikuatkan untuk dipenuhi dengan Roh Kudus (Efesus 5: 18). Sementara Ellen G. White juga merujuk pada baptisan awal dan khusus ini pada hari Pentakosta dan tampaknya mengakui bahwa baptisan air, dan baptisan Roh Kudus menjadi satu, 88Lih. Ellen G. White, Sketches From the Life of Paul (Battle Creek, Mich.: Review and Herald®, 1883), 130. ia sering menggunakan ungkapan “baptisan dengan Roh Kudus” untuk menekankan kebutuhan orangorang percaya masa kini untuk berkomitmen sepenuhnya kepada Allah dan untuk diberdayakan dan dipenuhi Roh Kudus untuk melakukan tugas mereka dan untuk menunjukkan karakter Kristus di dalam mereka. Baginya, dipenuhi dengan Roh Kudus dan dibaptis dengan Roh Kudus sering kali menunjukkan efek yang sama. Dengan demikian baginya “baptisan Roh Kudus yang lebih penuh” 89Ellen G. White, “Appeals for OurMissions ” dalam Historical Sketches of theForeign Missions of the Seventh-day Adventists (Basle, Switzerland: Imprimerie Polyglotte, 1886), 294; idem, Notebook Leaflets From the Elmshaven Library (Payson, Ariz.: Leaves-of-Autumn, 1979), 1: 30. atau “baptisan Roh Kudus yang lebih besar” 90Ellen G. White, “An Appeal, ” Review and Herald , Oct. 12, 1886, 627. atau “setiap hari baru dengan baptisan Roh Kudus,” seperti yang diterima Yesus, 91Ellen G. White, Christ’s Object Lessons, 139; Pastoral Ministry (Silver Spring, Md.: Ministerial Association, General Conference of Seventh-day Adventists, 1995), 283; “Asking to Give, “Review and Herald , 11 Agustus 1910, 3; “After That Thou Shalt Cut It Down, ” Signs of the Times , 21 November 1895, 6. dan kita dapat dan harus menerima juga. 92Ellen G. White, The Great Controversy , 69, 70; idem, Counsels to Parents, Teachers, and Students , 131. Demikianlah Ellen G. White tampaknya menyatukan konsep-konsep alkitabiah tentang baptisan Roh Kudus dan pemenuhan dengan Roh Kudus, dan menggunakan ungkapan “baptisan Roh Kudus” untuk menggambarkan sesuatu yang secara alkitabiah lebih sesuai dengan pemenuhan Roh Kudus setiap. KN 382.3

Dari penggunaan yang disebutkan di atas, jelaslah bahwa Ellen G. White menggunakan Alkitab lebih banyak lagi dari cara yang sangat eksegesis. Bahkan, telah ditunjukkan bahwa “perannya yang paling berkarakter adalah sebagai seorang penginjil-bukan seorang penafsir, atau seorang teolog, tetapi seorang pengkhotbah dan seorang penginjil .... Cara kenabian dan hortatory (pembaca ataupun pendengar diyakinkan agar setuju terhadap pendapat dari si penulis) lebih menjadi karakteristiknya daripada eksegetis.” 93Raoul Dederen, “Ellen White’s Doctrine of Scripture,” dalam “Are There Prophets in the Modern Church Ministry , Juli 1977, 24H, seperti dikutip dalam Pfandl, 318. Jadi, kadang-kadang dia dapat menggunakan bagian Kitab Suci yang sama dengan cara yang berbeda. Karena itu penting untuk mempelajari dengan saksama bagaimana dia menggunakan teks alkitabiah tertentu. Adalah keliru untuk melihat setiap pernyataan yang dia buat tentang teks Kitab Suci sebagai interpretasi akhir dari suatu bagian Kitab Suci, dengan demikian mengabaikan penyelidikan kita sendiri yang cermat terhadap teks Kitab Suci. KN 383.1