Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Membina Keluarga Bahagia - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Istri Patuh; Suami Mengasihi

    Sering timbul pertanyaan, “Apakah seorang istri tidak memiliki kemauannya sendiri?” Kitab Suci menjelaskan dengan tegas bahwa suami itulah kepala rumah tangga. “Hai istri, hendaklah kamu tunduk kepada sua-mimu.” Kalau nasihat ini berakhir di situ, kita boleh mengatakan bahwa kedudukan istri bukanlah suatu kedudukan yang dikehendaki; itu adalah satu kedudukan yang sangat berat dalam banyak hal menyusahkan, dan lebih baik kalau pernikahan itu sedikit saja. Banyak suami berhenti pada perkataan, “Hai istri, hendaklah kamu tunduk,” tetapi kita akan membaca kesimpulan nasihat itu, yang berbunyi, “Seperti kepada Tuhan.”MKB 108.1

    Allah menuntut istri selalu taat dan memuliakan Allah. Penurutan yang saksama dilakukan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah menebus dia sebagai anak-Nya sendiri dengan nilai nyawa-Nya yang tidak ternilai itu. Allah telah memberikan kepadanya suatu hati nurani, yang tidak boleh dilanggarnya tanpa hukuman. Kepribadiannya tidak boleh dilebur ke dalam kepribadian suaminya dalam segala hal, apabila dia mengetahui dengan melakukan yang demikian, bencana akan datang kepada tubuh dan rohnya, yang telah ditebus dari perhambaan Setan. Ada Seorang yang berdiri lebih tinggi daripada suami bagi sang istri; yaitu Penebusnya, dan penyerahannya kepada suaminya harus diberikan sebagaimana petunjuk yang diberikan Tuhan; “seperti kepada Tuhan.”MKB 108.2

    Apabila para suami menuntut ketaatan yang saksama dari para istri mereka dengan mengatakan bahwa wanita tidak mempunyai suara atau kehendak dalam keluarga, tetapi harus tunduk sama sekali, mereka menempatkan istri mereka dalam satu kedudukan yang bertentangan dengan Kitab Suci. Dalam menafsirkan Kitab Suci dengan cara demikian ini, mereka memperkosa tujuan dari peraturan pernikahan. Tafsiran itu mereka adakan hanya untuk menjalankan perintah sewenang-wenang, yang bukan menjadi hal mereka. Tetapi kita membaca lebih jauh, “Hai suami, kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Apakah yang menyebabkan suami kasar terhadap istrinya? Kalau suami telah menemukan dia berdosa dan penuh dengan kesalahan, kepahitan hati tidak akan menyembuhkan kejahatan itu. 5Letter (Lt), 18, 1891MKB 108.3

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents