Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Membina Keluarga Bahagia - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Penyangkalan Diri dan Pertarakan Harus Menjadi Semboyan

    Aduh, kalau saja semua orang dapat mengerti tugas kewajiban mereka kepada Allah untuk memelihara pikiran dan tubuh mereka dalam keada-an yang sebaik-baiknya untuk memberikan pelayanan yang sempurna kepada Khalik-Nya! Biarlah istri seorang Nasrani itu menahan diri, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan, daripada membangkitkan hawa nafsu suaminya. Banyak orang yang tidak mempunyai kekuatan untuk disia-siakan dalam bidang ini. Sejak dari masa mudanya mereka telah melemahkan otaknya serta memboroskan kekuatan tubuhnya oleh memanjakan hawa nafsunya. Penyangkalan diri dan pertarakan harus menjadi semboyan dalam kehidupan mereka sebagai suami istri. 9Idem, p. 447, 448MKB 115.1

    Kita mempunyai kewajiban yang kudus kepada Allah untuk memelilihara roh kita suci dan badan kita sehat, agar kita dapat berguna bagi sesama manusia dan memberi pelayanan yang sempuma kepada Allah. Rasul Paulus memberikan amaran yang berikut: “Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.” Dia menganjurkan supaya kita lebih maju dengan mengatakan bahwa: “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal.” Rasul itu menasihatkan supaya semua orang yang menyebut dirinya kaum Nasrani supaya mempersembahkan tubuhnya: “Sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah.” Dia berkata; “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya se-sudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” 10Idem, p. 381MKB 115.2

    Bukanlah cinta suci yang menggerakkan seseorang untuk menjadikan istri suatu alat melayani nafsunya. Hawa nafsu hewani itulah yang merangsang untuk dimanjakan. Hanya sedikit pria yang menunjukkan kasihnya dalam cara yang dijelaskan oleh rasul itu: “Sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya [bukan dicemarkan] dan disucikan; ...supaya jemaat kudus dan tidak bercela.” Inilah kualitas cinta dalam pernikahan yang diakui Allah kudus adanya. Kasih adalah suatu prinsip yang mumi dan kudus, tetapi hawa nafsu tidak dapat bertahan dan tidak digerakkan oleh yang ia menyerah itu akan menimbulkan bencana kepada tubuhnya, yang telah diperintahkan Allah padanya untuk dimiliki dalam kesucian dan kehormatan, dipelihara sebagai suatu korban yang hidup kepada Allah?MKB 115.3

    Bukanlah cinta yang suci dan mumi, yang menuntun istri kepada penurutan nafsu kebinatangan suaminya dengan mengorbankan kesehatan nyawanya. Kalau dia mempunyai cinta yang benar dan akal budi, ia akan berusaha untuk mengalihkan pikiran suaminya dari penurutan hawa nafsu kepada hal-hal rohani yang bermutu tinggi oleh mengingatkan perkara-perkara rohani yang menarik perhatian. Mungkin perlu dengan dorongan yang lemah lembut dan dengan cinta kasih, meskipun risikonya kurang menyenangkan suami, tetapi ia tidak boleh menghinakan tubuhnya oleh menyerah kepada hawa nafsu yang berlebihan. Dengan cara lemah lembut ia harus mengingatkan suaminya atas tuntutan Allah yang pertama dan yang tertinggi yaitu tubuh dan jiwanya, dan ia tidak dapat melalaikan tuntutan itu, karena ia bertanggung jawab pada hari Allah yang akan datang itu....MKB 118.1

    Kalau istri meninggikan cinta kasihnya, dalam kesucian dan kehormatan memelihara standar kewanitaannya yang halus, maka ia dapat berbuat banyak dengan pengaruh kebijaksanaan untuk menguduskan suaminya, dan dengan demikian ia menyelamatkan suami dan dirinya sendiri, berarti melaksanakan tugasnya yang rangkap dua. Dalam masalah ini, suatu hal yang peka dan sulit untuk dilaksanakan, akal budi dan kesabaran sangat dibutuhkan, dan juga keberanian batin dan ketabahan. Kekuatan dan kasih karunia dapat diperoleh melalui doa, cinta yang tulus ikhlas harus menguasai prinsip di dalam hati. Cinta kepada Allah dan cinta kepada suami sajalah yang menjadi alasan tindakan yang benar....MKB 118.2

    Apabila seorang istri menyerahkan tubuh dan pikirannya kepada pengendalian suaminya, karena bersikap pasif kepada kehendaknya dalam segala perkara, mengorbankan hati sucinya, derajatnya, bahkan kepriba-diannya, maka ia kehilangan kesempatan untuk mengerahkan pengaruh yang besar demi kebaikan, yang harus ada padanya untuk meninggikan derajat suaminya. Ia dapat mengikis sifat yang kasar dari suaminya, ia dapat mengerahkan pengaruhnya yang dapat menyucikan dengan suatu cara yang menghaluskan dan menyucikan, mengajak dirinya supaya mau bergumul dengan tekun untuk mengendalikan hawa nafsunya dan meningkatkan pemikirannya tentang kerohanian sehingga mereka boleh sama-sama mendapat tabiat ilahi, setelah menghindarkan diri dari kebinasaan yang ada dalam dunia ini bersama keinginannya. Kuasa pengaruh dapat menjadi besar untuk mengajak pikiran kepada perkara-perkara luhur dan mulia, di atas pemanjaan birahi yang hina, untuk mencari rakhmat membarui hati yang kusut. Seandainya si istri merasa demi menghibur suami, ia harus turun kepada ukuran derajat suaminya, apabila hawa nafsu menjadi dasar kasihnya yang terutama serta mengendalikan segala perbuatannya, maka si istri tidak menyenangkan hati Allah; karena ia gagal menyerahkan suatu pengaruh yang menyucikan atas suaminya. Kalau ia merasa bahwa ia harus menyerah kepada hawa nafsu suaminya tanpa mengatakan keberatannya, berarti ia tidak mengerti akan kewajibannya terhadap dia dan terhadap Aliahnya. 18Idem, p. 473MKB 118.3

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents