Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Khotbah Di Atas Bukit - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First

    “Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan.” Matius 7:14.

    Pada zaman Kristus orang Palestina tinggal di dalam kotakota yang bertembok, yang kebanyakan letaknya di bukit-bukit atau pegunungan. Gerbang-gerbang yang ditutup pada waktu matahari terbenam, diberi jalan yang curam dan berbatu-batu, dan orang yang kepergian sering tergesa-gesa pulang ke rumah pada waktu petang agar bisa sampai di gerbang sebelum malam tiba. Orang gelandangan tinggal di luar.KAB 155.1

    Jalan sempit dan mendaki yang menuntun ke rumah dan beristirahat itu memperlengkapi Yesus dengan suatu gambaran yang mengesankan tentang jalan orang Kristen. Jalan yang telah saya tentukan di hadapanmu, kata-Nya, adalah sempit; gerbang itu sukar dimasuki; karena kaidah emas melarang masuk segala kesombongan dan sifat memikirkan diri sendiri. Tentu saja ada jalan yang lebih lebar; tetapi akhirnya adalah kehancuran. Jika engkau mau mendaki jalan kehidupan rohani, engkau harus terus-menerus naik; karena jalan itu adalah jalan yang menanjak. Engkau harus pergi dengan kelompok kecil; karena orang banyak akan memilih jalan yang menurun.KAB 155.2

    Di jalan yang menuju kematian ke mana seluruh bangsa bisa berjalan, dengan segala keduniawian mereka, segala sifat mementingkan diri mereka, segala kesombongan, ketidak-jujuran dan kemerosotan moral mereka. Ada tempat untuk setiap pendapat dan ajaran orang, ruangan untuk mengikut kecenderungan-kecenderungannya, untuk melakukan apa saja yang dapat didiktekan cinta dirinya. Untuk menjalani jalan yang membawa kepada kehancuran, tidak perlu meneliti jalan itu; karena gerbangnya lebar, dan jalannya besar, dan secara alami kaki sedang menuju ke jalan yang berakhir dengan kematian.KAB 155.3

    Tapi jalan kepada kehidupan adalah sempit dan jalan masuk adalah sesak. Jika engkau berpaut kepada suatu dosa yang menjeratmu, engkau akan menemukan jalan itu terlalu sempit untuk dilalui. Jalan-jalanmu sendiri, kehendakmu sendiri, kelakuankelakuan dan kebiasaankebiasaanmu yang jahat, harus ditinggalkan jika engkau mau mengikuti jalan Tuhan. Orang yang mau melayani Kristus tidak boleh mengikuti pendapatpendapat dunia untuk memenuhi ukuran dunia. Jalan surga terlalu sempit untuk dilalui orang-orang berpangkat dan kaya, terlalu sempit untuk permainan ambisi yang memikirkan diri sendiri, terlalu curam dan kasar untuk didaki para pencinta kesenangan. Kerja keras, kesabaran, pengorbanan diri, celaan, kemiskinan, pembantahan orang-orang berdosa terhadap Kristus, adalah bagian-Nya, dan itu harus menjadi bagian kita, jika kita mau memasuki Firdaus Allah.KAB 156.1

    Namun jangan disimpulkan bahwa jalan yang menanjak sukar dan jalan yang menurun mudah. Di sepanjang jalan yang membawa kepada kematian ada kesakitan dan hukuman, ada dukacita dan kekecewaan, ada amaran supaya tidak jalan terus. Kasih Allah telah membuat orang-orang yang tidak mau memperhatikan dan keras kepala sukar untuk dibinasakan. Benar bahwa jalan Setan dibuat kelihatan menarik, tetapi semuanya itu adalah suatu penipuan; di jalan kejahatan terdapat penye-salan yang pahit dan kekhawatiran yang merusak. Kita boleh menganggap senang untuk mengikuti kesombongan dan citacita duniawi, tetapi akhimya adalah kesakitan dan dukacita. Rencanarencana mementingkan diri dapat memberikan janjijanji yang menyenangkan dan menyodorkan pengharapan sukacita, tetapi kita akan menemukan kebahagiaan kita diracuni dan kehidupan kita dipersukar oleh pengharapan-pengharapan yang berpusat kepada diri. Dijalan yang menurun pintu gerbang boleh jadi dihiasi dengan bunga-bunga, tetapi duri-duri ada di jalan. Terang pengharapan yang bersinar dari jalan masuk pudar menjadi kegelapan putus asa, dan yang mengikuti jalan itu turun ke dalam bayang-bayang malam yang tak berakhir.KAB 156.2

    “Jalan pengkhianat-pengkhianat mencelakakan mereka,” tetapi jalan kebijaksanaan “penuh bahagia, segala jalannya sejahtera sematamata.” Amsal 13:15; 3:17. Setiap tindakan yang menurut kepada Kristus, setiap perbuatan menyangkal diri untuk kepentingan-Nya, setiap kesusahan yang dapat ditahan, setiap kemenangan yang diperoleh atas pencobaan, adalah suatu langkah dalam perjalanan kepada kemuliaan dari kemenangan terakhir. Jika kita terima Kristus menjadi pemimpin kita, Ia akan memimpin kita dengan selamat. yang sangat berdosa tidak perlu kehilangan jalannya. Tidak seorang pun pencari yang gemetar perlu jatuh berjalan di dalam terang yang bersih dan suci. Walaupun jalan itu begitu sempit, begitu suci sehingga dosa tidak diizinkan ke sana, namun jalan masuk telah terjamin untuk semua, dan tidak satu pun jiwa yang ragu dan gemetar perlu berkata, “Allah tidak memelihara saya.”KAB 157.1

    Jalan itu mungkin berbatu-batu dan menanjak; mungkin ada lubang perangkap di sebelah kanan atau di sebelah kiri; mungkin kita harus tahan kerja dalam perjalanan; bila lelah dan ingin berhenti, mungkin kita harus bekerja terus; apabila lemah, mungkin kita harus berjuang; apabila putus asa, kita harus tetap berharap; tetapi dengan Kristus sebagai pemimpin kita akhirnya kita tidak gagal mencapai tempat berlindung yang dirindukan. Kristus sendiri telah menginjak jalan berbatu-batu itu sebelum kita dan telah melicinkan jalan untuk kaki kita.KAB 157.2

    Dan sepanjang jalan curam yang membawa kepada kehidupan kekal terdapat sumber mata air sukacita untuk menyegarkan yang lelah. Orang yang berjalan dalam jalan-jalan hikmat walaupun dalam kesengsaraan, sangat bergembira; karena Dia yang dikasihi jiwa mereka, berjalan, tak kelihatan, di samping mereka. Di setiap langkah ke atas mereka lihat lebih jelas sentuhan tangan-Nya; di setiap langkah sinar kemuliaan yang lebih terang dari Yang Tak Kelihatan itu turun ke atas jalan mereka; dan nyanyian-nyanyian pujian mereka, mencapai nada yang lebih tinggi, naik menyertai nyanyian-nyanyian malaikat di hadapan takhta. “Tetapi jalan benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.” Amsal 4:18.KAB 157.3