Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    48—SIAPAKAH YANG TERBESAR?

    KETIKA kembali ke Kapernaum, Yesus tidak pergi ke tempat peristirahatan yang terkenal di mana Ia telah mengajar orang banyak, melainkan bersama murid-murid-Nya dengan diam-diam mencari rumah yang akan menjadi tempat tinggal-Nya untuk sementara Selama sisa waktu Ia tinggal di Galilea Ia bermaksud memberikan petunjuk kepada murid-murid lebih daripada bekerja bagi orang banyak.KSZ2 42.1

    Dalam perjalanan di Galilea sekali lagi Kristus berusaha mempersiapkan pikiran murid-murid-Nya untuk peristiwa yang dihadapi-Nya. Ia mengatakan kepada mereka bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem akan dibunuh dan bangkit lagi Dan Ia menambahkan pengumuman yang aneh dan sungguh-sungguh bahwa Ia akan diserahkan ke tangan musuh-musuh-Nya. Sampai saat itu murid-murid tidak mengerti akan perkataanNya. Meskipun mereka ditimpa dengan bayang-bayang kesusahan yang besar, namun roh persaingan mendapat tempat dalam hati mereka. Mereka bertengkar satu sama lain mengenai siapa yang harus dianggap paling besar dalam kerajaan itu. Menurut anggapan mereka pertikaian ini dapat mereka sembunyikan dari Yesus, dan mereka tidak datang dekat ke samping-Nya sebagaimana biasanya, melainkan berlambat-lambat di belakang, sehingga Ia mendahului mereka ketika mereka memasuki Kapernaum. Yesus membaca pikiran mereka, dan Dia ingin menasihati dan memberi petunjuk kepada mereka. Tetapi untuk maksud ini Ia menantikan suatu saat yang tenang, bila hati mereka harus terbuka untuk mene-rima perkataan-Nya.KSZ2 42.2

    Segera sesudah mereka sampai ke kota, pemungut pajak bait suci datang kepada Petrus dengan pertanyaan, “Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?” Upeti ini bukannya suatu pajak sipil, melainkan suatu iuran bait suci yang diharuskan bagi setiap orang Yahudi untuk membayarnya setiap tahun untuk menyokong bait suci. Enggan membayar upeti akan dianggap sebagai ketidaksetiaan kepada bait suci—dalam penilaian para rabi merupakan suatu dosa yang paling menyedihkan. Sikap Juruselamat terhadap hukum para rabi, serta teguran-Nya yang jelas kepada orang-orang yang mempertahankan tradisi, memberikan suatu alasan untuk tuduhan bahwa Ia sedang berusaha merusakkan pelayanan bait suci. Sekarang musuh-musuh-Nya melihat suatu kesempatan untuk bersikap tidak percaya lagi kepada-Nya. Mereka sedia bersekutu dengan pemungut upeti.KSZ2 43.1

    Petrus melihat dalam pertanyaan pemungut upeti itu suatu sindiran yang menyinggung kesetiaan Kristus kepada bait suci. Karena bersemangat demi kehormatan Gurunya, dengan terburu-buru ia menjawab, tanpa meminta nasihat dan pada-Nya, bahwa Yesus mau membayar upeti.KSZ2 43.2

    Tetapi Petrus hanya mengerti sebagian mengenai maksud orang yang bertanya itu. Ada beberapa golongan yang dibebaskan dari pembayaran upeti. Pada zaman Musa, ketika orang Lewi diasingkan untuk pelayanan bait suci, mereka tidak diberi warisan di antara orang banyak. Tuhan ber-kata, “Sebab itu suku Lewi tidak mempunyai bagian milik pusaka bersama-sama dengan saudara-saudaranya; Tuhanlah milik pusakanya, seperti yang difirmankan kepadanya oleh Tuhan, Aliahmu.” UI. 10:9. Pada zaman Kristus imam-imam dan orang Lewi masih dianggap sebagai orang-orang yang diabdikan khusus untuk bait suci, dan tidak dituntut membayar iuran tahunan untuk menyokongnya. Nabi-nabi juga dibebaskan dari pembayaran ini. Dalam menuntut upeti dari Yesus, para rabi sedang mengesampingkan hak-Nya sebagai seorang nabi atau guru, dan sedang memperlakukan Dia sebagaimana mereka memperlakukan orang biasa. Penolakan di pihak-Nya untuk membayar upeti akan dinyatakan sebagai ketidaksetiaan kepada bait suci, sedangkan sebaliknya pembayarannya akan diambil sebagai dalih untuk membenarkan penolakan mereka akan Dia sebagai seorang nabi.KSZ2 43.3

    Hanya beberapa saat sebelumnya, Petrus telah mengakui Yesus sebagai Anak Allah, tetapi sekarang ia kehilangan suatu kesempatan untuk menyatakan tabiat Gurunya. Oleh jawabnya kepada pemungut upeti, bahwa Yesus mau membayar upeti, sebenarnya ia telah menguatkan pengertian yang keliru tentang Dia yang sedang diusahakan untuk disebarluaskan oleh imam-imam dan penghulu-penghulu.KSZ2 44.1

    Ketika Petrus memasuki rumah, Juruselamat tidak menyinggung mengenai apa yang telah terjadi, melainkan bertanya, Apakah pendapat, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea an Pajak. Jawab Petrus: “Dari orang asing!” Maka kata Yesus kepadanya. “Jadi bebaslah rakyatnya.” Sementara rakyat suatu negara diwajibkan membayar pajak untuk pemeliharaan raja mereka, anak-anak raja sendiri dibebaskan. Demikian juga halnya dengan Israel, yang menga u umat Allah, dituntut untuk memelihara pekerjaan-Nya; tetapi Yesus, Anak Allah, tidak diwajibkan seperti itu. Jika imam-imam dan orang Lewi dibebaskan karena hubungan mereka dengan bait suci, apalagi Dia yang bagi-Nya bait suci adalan rumah Bapa-Nya.KSZ2 44.2

    Seandainya Yesus telah membayar cukai tanpa protes, sudah tentu Ia telah mengakui keadilan tuntutan itu, dan dengan demikian mengingkari Keuahian-Nya. Tetapi meskipun Ia melihat ada baiknya memenuhinya, Ia menyangkal tuntutan itu yang atasnya hal itu didasarkan. Dalam me-nyediakan pembayaran cukai Ia memberikan bukti tentang tabiat IlahiNya. Sudah dinyatakan bahwa Ia satu dengan Allah, dan itulah sebabnya tidak diwajibkan membayar cukai sebagaimana seseorang yang hanya rakyat kerajaan itu.KSZ2 44.3

    “Pergilah memancing ke danau,” Ia memerintahkan Petrus, “Dan ikan yang pertama yang kaupancing; tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah uang itu, bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.”KSZ2 44.4

    Meskipun Ia telah menutupi Keilahian-Nya dengan kemanusiaan, namun dalam mukjizat ini Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Sudah jelas bahwa Dialah yang menyatakan dengan perantaraan Daud, “Sebab punya- Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung. Aku kenal segala burung di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku. Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya.” Mzm. 50:10-12.KSZ2 44.5

    Meskipun Yesus menjelaskan bahwa Ia tidak diwajibkan membayar cukai, namun Ia tidak melibatkan dm dalam pertentangan dengan orang Yahudi mengenai persoalan itu; karena mereka akan menyalahtafsirkan perkataan-Nya, dan membalikkannya untuk melawan Dia. Supaya Ia tidak menyakiti hati oleh menahan cukai itu, Ia melakukan apa yang sebenarnya tidak boleh dituntut dari pada-Nya. Pelajaran ini membawa manfaat yang besar bagi murid-murid-Nya. Perubahan yang nyata harus terjadi dengan segera dalam hubungan mereka dengan upacara bait suci, dan Kristus mengajarkan kepada mereka bahwa kalau tidak perlu jangan hendaknya mereka menempatkan diri dalam permusuhan terhadap peraturan yang sudah ditetapkan. Sedapat-dapatnya mereka harus menjauhkan kemungkinan terjadinya kesempatan untuk menyalahtafsirkan iman mereka. Meskipun orang Kristen tidak boleh mengorbankan satu prinsip kebenaran, namun mereka harus menjauhkan pertentangan bila mungkin melakukannya.KSZ2 45.1

    Ketika Kristus dan murid-murid sudah terasing di dalam rumah, se-mentara Petrus pergi ke danau, Yesus memanggil murid-murid lain kepada-Nya, dan bertanya, “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?” Hadirnya Yesus, dan pertanyaan-Nya, menempatkan persoalan itu dalam terang yang sangat berbeda dengan bagaimana mereka memandang persoalan itu ketika mereka bertengkar di tengah jalan. Perasaan malu dan mempersalahkan diri menyebabkan mereka tinggal diam. Yesus telah mengatakan kepada mereka bahwa Ia harus mati demi kepentingan mereka; dan cita-cita mereka yang mementingkan diri sangat mencolok perbedaannya dengan kasih-Nya yang tidak mementingkan diri.KSZ2 45.2

    Ketika Yesus mengatakan kepada mereka bahwa Ia akan dibunuh dan bangkit lagi, Ia sedang berusaha menarik perhatian mereka ke dalam percakapan mengenai ujian besar bagi iman mereka. Sekiranya mereka sudah bersedia menerima apa yang hendak diberitahukan-Nya kepada mereka, sudah tentu mereka terhindar dari kesedihan dan putus asa yang pahit. Perkataan-Nya dapat membawa penghiburan pada saat kematian Yesus dan kekecewaan. Tetapi meskipun la telah mengatakan dengan jelas sekali tentang apa yang akan dialami-Nya, namun ucapan-Nya tentang kenyataan bahwa Ia harus pergi dengan segera ke Yerusalem sekali lagi membangkitkan harapan mereka bahwa kerajaan itu didirikan. Hal ini menyebabkan mereka bertanya mengenai siapa yang akan mengisi kedudukan yang tetinggi. Ketika Petrus kembali dari danau, murid-murid itu menceritakan pertanyaan Juruselamat kepadanya, dan akhirnya seorang memberanikan diri untuk bertanya kepada Yesus, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?”KSZ2 45.3

    Juruselamat mengumpulkan murid-murid-Nya di sekeliling-Nya, dan mengatakan kepada mereka, “Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Dalam perkataan ini terdapatlah kesungguh-sungguhan dan kesan yang masih sukar dipahami oleh murid-murid. Apa yang dilihat oleh Kristus tidak dapat mereka lihat. Mereka tidak mengerti sifat kerajaan Kristus, dan kurang pengetahuan ini tampaknya menyebabkan pertengkaran mereka. Tetapi sebab yang sebenarnya terletak lebih dalam lagi. Dengan menjelaskan sifat kerajaan itu, Kristus dapat memadamkan perselisihan mereka pada saat itu; tetapi hal ini tidak akan mempengaruhi sebab utamanya. Meskipun mereka sudah menerima pengetahuan se-penuhnya, suatu pertanyaan tentang siapa yang patut didahulukan dapat membarui kesulitan itu. Dengan demikian malapetaka dapat dibawa kepada sidang sesudah Kristus naik ke surga. Perselisihan untuk mendapat tempat tertinggi adalah pekerjaan roh yang sama yang menjadi permulaan pertentangan besar, dan yang telah membawa Kristus dari surga untuk mati. Timbullah di hadapan-Nya pandangan tentang Bintang Kejora, “putra fajar,” dalam kemuliaan yang melebihi segala malaikat yang mengelilingi takhta, dan bersatu dalam ikatan yang paling erat dengan Anak Allah. Bintang Kejora, telah berkata, “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!” Yes. 14:12, 14, dan keinginan untuk meninggikan diri telah membawa perselisihan ke dalam istana surga, dan telah membuangkan sejumlah besar bala tentara Allah. Seandainya Bintang Kejora sungguh-sungguh mengingini untuk menjadi seperti Yang Mahatinggi, sekali-kali ia tidak akan meninggalkan tempat yang ditentukan baginya di surga; karena roh Yang Mahatinggi dinyatakan dalam pelayanan yang tidak mementingkan diri. Bintang Kejora mengingini kuasa Allah, tetapi bukan tabiatNya Ia mencari bagi dirinya tempat tertinggi, dan setiap makhluk yang digerakkan oleh rohnya akan berbuat seperti itu. Dengan demikian, permusuhan, kurang persesuaian dan perselisihan tidak akan danai dielakkan. Kekuasaan jatuh ke tangan orang yang paling kuai. Kerajaan Setan ialah kerajaan kekerasan, setiap orang menganggap orang lain sebagai penghalang di jalan kemajuannya sendiri, atau batu loncatan yang di atasnya ia sendiri dapat naik ke tempat yang lebih tinggi.KSZ2 46.1

    Sementara Bintang Kejora menganggapnya suatu hal yang sangat penting menjadi setara dengan Allah, Kristus Yang Ditinggikan “tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan ... melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Flp. 2:6-8. Sekarang salib sudah ada di hadapan-Nya; dan murid-murid-Nya sendiri sangat dipenuhi dengan sifat mementingkan diri—prinsip yang sama dengan kerajaan Setan—sehingga mereka tidak dapat menaruh simpati kepada Tuhannya, ataupun mengerti akan Dia ketika Ia berbicara pe/ihal Ia direndahkan bagi mereka.KSZ2 47.1

    Dengan sangat lemah lembut, tetapi dengan memberi tekanan yang sungguh-sungguh Yesus berusaha membetulkan keburukan itu. Ia me-nunjukkan prinsip akan apa yang berkuasa dalam kerajaan surga, dan pada apa kebesaran sejati bergantung, sebagaimana yang dinilai dengan ukuran istana yang di surga. Mereka yang digerakkan oleh kesombongan dan cinta akan kehormatan sedang memikirkan diri mereka sendiri, serta pahala yang akan mereka peroleh, gantinya bagaimana hendaknya mereka mengembalikan kepada Allah pemberian yang telah mereka terima. Mereka tidak akan mendapat tempat dalam kerajaan surga, karena mereka disamakan dengan kedudukan Setan.KSZ2 47.2

    Sebelum kehormatan adalah kerendahan. Untuk mengisi suatu tempat yang tinggi di hadapan manusia, Surga memilih pekerja yang seperti halnya dengan Yohanes Pembaptis, mengambil tempat yang rendah di hadapan Allah. Murid yang paling sederhana adalah yang paling mantap dalam pekerjaan bagi Allah. Makhluk-makhluk yang cerdas di surga dapat bekerja sama dengan dia yang sedang berusaha, bukannya untuk meninggikan dirinya melainkan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang merasa sangat memerlukan bantuan Ilahi akan memohonkannya; dan Roh Kudus akan memberikan kepadanya penglihatan selayang pandang tentang Yesus yang akan menguatkan dan mengangkat jiwa. Dari hubungan dengan Kristus ia akan keluar untuk bekerja bagi mereka yang medang binasa dalam dosa. Ia diurapi untuk tugas ini, dan Ia berhasil di tempat di mana banyak orang terpelajar dan cerdik cendekiawan gagal.KSZ2 47.3

    Tetapi bila manusia meninggikan dirinya sendiri, sambil merasa bahwa mereka diperlukan untuk kemajuan rencana Allah yang besar itu, maka Tuhan akan mengesampingkan mereka. Sudah dinyatakan bahwa Tuhan tidak bergantung pada mereka. Pekerjaan tidak berhenti karena mereka dikeluarkan dari padanya, melainkan maju terus dengan kuasa yang lebih besar.KSZ2 48.1

    Tidaklah cukup bagi murid-murid Yesus diberi petunjuk tentang sifat kerajaan-Nya. Apa yang mereka perlukan ialah suatu perubahan hati yang akan membawa mereka kepada keserasian dengan prinsip-prinsipNya. Setelah memanggil seorang anak kecil kepada-Nya, Yesus menempatkannya di tengah mereka; dan sambil merangkul anak itu dengan lemah lembut Ia berkata, “Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.” Kesederhanaan, sifat melupakan diri sendiri, serta kasih seorang anak kecil yang penuh kepercayaan adalah sifat-sifat yang dihargai oleh surga. Inilah ciri-ciri kebesaran sejati.KSZ2 48.2

    Sekali lagi Yesus menjelaskan kepada murid-murid bahwa kerajaanNya bukannya ditandai dengan kebesaran dan pertunjukan duniawi. Di kaki Yesus segala kehormatan ini dilupakan. Yang kaya dan yang miskin, yang terpelajar dan yang tidak terpelajar, bertemu bersama-sama, tanpa memikirkan tentang kasta atau keunggulan duniawi Semuanya bertemu sebagai jiwa-jiwa yang dibeli dengan darah, sama-sama bergantung pada Seorang yang telah menebus mereka bagi Allah.KSZ2 48.3

    Jiwa yang sungguh-sungguh dan penuh penyesalan berharga pada pe-mandangan Allah. Ia menaruh tanda-Nya sendiri pada manusia, bukan- nya oleh kedudukan mereka, bukannya oleh kekayaan mereka, bukannya oleh kebesaran intelek mereka, melainkan oleh kesatuan mereka dengan Kristus. Tuhan merasa puas dengan mereka yang sabar dan rendah hati. “Kauberikan kepadaku,” kata Daud, “perisai keselamatan-Mu . . . dan kemurahan-Mu”—sebagai suatu unsur dalam tabiat manusia— “membuat aku besar.” Mzm. 18:36.KSZ2 48.4

    “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Ia yang mengutus Aku.” “Beginilah firman Tuhan: Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku;.. . Tetapi kepada orang inilah Aku memandang; kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku. Yes. 66:1, 2.KSZ2 49.1

    Perkataan Juruselamat menggugah perasaan tidak percaya pada diri sendiri dalam hati murid-murid. Tidak seorang pun telah ditunjuk secara khusus dengan jawaban itu, tetapi Yohanes dituntun untuk menanyakan apakah dalam satu hal tindakannya sudah betul. Dengan roh seorang anak ia menyerahkan persoalan itu di hadapan Yesus. “Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.KSZ2 49.2

    Yakobus dan Yohanes telah memikirkan bahwa dalam menahan orang ini mereka memikirkan kehormatan Tuhan mereka-, mereka mulai melihat bahwa mereka cemburu untuk diri sendiri. Mereka mengakui kekeliruan mereka, dan menerima teguran Yesus, “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.” Tidak seorang pun yang dalam suatu hal menunjukkan diri ramah tamah kepada Kristus harus ditolak. Banyak orang yang sudah sangat tergerak oleh tabiat dan pekerjaan Kristus, dan yang hatinya sedang terbuka kepada-Nya dalam iman; dan murid-murid yang tidak dapat membaca motif, harus berhatihati jangan sampai mengecewakan jiwa-jiwa ini. Ketika Yesus tidak laci di antara mereka secara pribadi, dan pekerjaan itu diserahkan kepada mereka, hendaknya merekajangan menuruti roh yang sempit dan memisahkan diri, melainkan menunjukkan simpati yang sama yang luas pengaruhnya yang sudah mereka lihat pada Guru mereka.KSZ2 49.3

    Kenyataan bahwa seseorang yang dalam segala hal tidak sesuai de- ngan pikiran atau pendapat kita secara pribadi tidaklah akan membenarkan kita melarang dia bekerja bagi Allah. Kristus ialah Guru yang Besar; jangan hendaknya kita menghakimi ataupun memerintah, melainkan dalam kerendahan masing-masing harus duduk di kaki Yesus, dan belajar dari pada-Nya. Setiap jiwa yang telah direlakan oleh Allah adalah suatu saluran yang dengan perantaraannya Kristus akan menyatakan kasih-Nya yang memaafkan. Hendaknya kita sangat berhati-hau agar jangan Kita mengecewakan salah seorang pembawa terang Allah, dan dengan demikian menghalangi sinar yang seharusnya bercahaya kepada dunia. Kekasaran atau sikap dingin yang ditunjukkan oleh murid-murid terhadap seseorang yang sedang ditarik oleh Kristus—seperti tindakan Yohanes dalam melarang seseorang untuk mengadakan mukjizat dalam nama Kristus—mungkin mengakibatkan seseorang mengarahkan kaki ke jalan musuh, dan menyebabkan hilangnya satu jiwa. Gantinya seorang berbuat demikian, Yesus berkata, “lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang Ke dalam laut.” Dan Ia menambahkan, “Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung daripada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; di tempat ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam. Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah.” Mrk. 9:43-45.KSZ2 49.4

    Mengapa digunakan bahasa yang keras? Sebab “Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.” Apakah murid-murid akan menunjukkan penghargaan terhadap jiwa-jiwa sesama manusia Kurang daripada penghargaan yang telah ditunjukkan oleh Raja surga? Setiap jiwa telah dibeli dengan harga yang tidak terbatas, dan alangkah ngerinya dosa membalikkan jiwa dari Kristus, sehingga baginya Kasih dan kehinaan dan kesengsaraan Juruselamat akan sia-sia saja.KSZ2 50.1

    “Celakalah dunia dengan segala penyesatannya1: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.” Mat. 18:7. Dunia yang diilhami oleh Setan, sudah tentu akan menentang para pengikut Kristus, dan berusaha membinasakan iman mereka; tetapi wai baginya yang telah mengambil nama Kristus, tetapi kedapatan melakukan perbuatan ini. Tuhan kita dipermalukan oleh mereka yang mengaku bekerja bagi-Nya, tetapi memberikan gambaran yang salah tentang tabiat-Nya; dan orang banyak tertipu, dan dituntun ke jalan yang salah.KSZ2 50.2

    Suatu kebiasaan yang menuntun ke dalam dosa, dan membawa kecelaan bagi Kristus, lebih baik ditinggalkan, bagaimanapun pengorbanan itu: Sesuatu yang tidak menghormati Allah tidak dapat menguntungkan jiwa. Berkat surga tidak dapat diperoleh seseorang dalam pelanggaran prinsip-prinsip kebenaran yang kekal itu. Dan satu dosa yang dipelihara dalam hati sudah cukup untuk mengadakan kemerosotan tabiat, dan menyesatkan orang lain. Jika kaki atau tangan dipenggal, ataupun mata dicungkil untuk menyelamatkan tubuh dari kematian, betapa sungguhsungguh pula kita harus meninggalkan dosa yang membawa kematian kepada jiwa!KSZ2 51.1

    Dalam upacara Bait Suci, garam ditambahkan pada setiap korban. Sebagaimana halnya dengan persembahan dupa, ini berarti bahwa hanyalah kebenaran Kristus dapat menjadikan pelayanan itu berkenan kepada Allah. Menyinggung kebiasaan ini. Yesus berkata, “Tiap-tiap korban pun harus dibubuhi dengan garam.” “Hendaklah kamu selalu mempunyai garam di dalam dirimu, dan berdamailah seorang dengan yang lain.” Semua orang yang mau mempersembahkan diri sebagai “persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah” (Roma 12:1), harus menerima garam yang menyelamatkan, kebenaran Juruselamat kita. Dengan demikian mereka menjadi “garam dunia,” menahan kejahatan di antara manusia, sebagaimana garam melindungi aari kebusukan. Mat. 5:13. Tetapi jika garam sudah menjadi tawar, jika hanya mengaku beribadat, tanpa kasih Kristus, maka tidak ada Kuasa bagi kebaikan. Kehidupan dapat memberikan pengaruh yang menyelamatkan kepada dunia. Kekuatan dan efisiensi dalam membina kerajaan-Ku, kata Yesus, bergantung pada penerimaanmu akan Roh-Ku. Engkau harus mengambil bagian dari anugerah-Ku, agar menjadi bau kehidupan menuju hidup. Dengan demikian tidak akan ada persaingan, tidak ada sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada keinginan untuk tempat tertinggi. Engkau akan memiliki kasih yang tidak mencari keuntungan sendiri, melainkan keuntungan orang lain.KSZ2 51.2

    Biarlah orang berdosa yang mau bertobat memandang kepada “Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29); dan oleh memandang kita diubahkan. Ketakutannya diubahkan menjadi kesukaan, kebimbangannya menjadi harapan. Perasaan terima kasih timbul. Hati batu dipecahkan. Ikatan kasih meliputi jiwa. Kristus terdapat di dalamnya bagaikan mata air yang memancar sampai Kepada hidup kekal. Bila kita melihat Yesus, Manusia Duka yang biasa dalam kesukaran, yang bekerja untuk menyelamatkan yang hilang, yang diremehkan, yang diejek, yang ditertawakan, yang diusir dari kota ke kota sampai tugasNya dilaksanakan; bila kita memandang Dia di Getsemani, berpeluh butir-butir darah, dan mati di salib dalam kesengsaraan—bila kita melihat hal ini, diri sendiri tidak lagi menuntut untuk diakui. Bila kita memandang kepada Yesus, kita akan merasa malu akan sikap dingin, kelengahan, dan sikap memikirkan diri sendiri. Kita akan rela menjadi apa saja atau mengosongkan diri sehingga kita dapat melakukan pelayanan sepenuh hati bagi Tuhan. Kita akan bergembira memikul salib seperti Yesus, menanggung ujian, malu, atau aniaya karena nama-Nya yang kekasih.KSZ2 51.3

    “Maka wajiblah kita yang kuat ini menanggung kelemahan orang yang lemah, dan jangan kita menyukakan diri kita sendiri.” Roma 15:1. Jiwa yang percaya akan Kristus, meskipun imannya mungkin lemah, dan langkahnya tidak tetap sebagaimana halnya dengan seorang anak kecil, sekali-kali tidak akan kurang dihargai. Oleh segala sesuatu yang telah memberi kita keuntungan lebih dari yang lain—baik berupa pendidikan dan kehalusan budi pekerti, keluhuran tabiat, asuhan Kristen, pengalaman keagamaan—kita berutang kepada mereka yang kurang disenangi; dan selama ada dalam kuasa kita, haruslah kita melayani mereka. Jika kita kuat, kita harus menopang tangan orang yang lemah. Malaikat-malaikat kemuliaan, yang senantiasa memandang wajah Bapa di surga, bergembira dalam melayani anak-anak-Nya. Jiwa-jiwa yang gemetar, yang mempunyai banyak sifat tabiat yang tidak disukai, menjadi tanggung jawab mereka yang utama. Malaikat-malaikat senantiasa hadir di tempat mereka yang paling diperlukan, dengan orang-orang yang mempunyai pergumulan yang paling keras terhadap diri sendiridan yang keadaan sekitarnya paling mengecewakan. Dan dalam pelayanan ini, para pengikut Kristus yang sejati mau bekerja sama.KSZ2 52.1

    Jika salah seorang dari anak-anak-Nya ini dikalahkan, dan berbuat kesalahan terhadap engkau, maka engkau harus berusaha memperbaiki- nya, jangan tunggu dia mengadakan usaha mula-mula untuk mendamaikan “Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus -kor domba dan seekor diantaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil me bukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada yang Ke sembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki seorang pun dan anak ini hilang.KSZ2 52.2

    Dalam roh kerendahan, “menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan k.na pencobaan” (Gal. 6:1), pergilah kepada yang bersalah, dan tegorlah dia d. bawah empat mata.” Jangan permalukan dia dengan me-maparkan kesalahannya kepada orang lain, ataupun membawa kecelaan pada Kristus oleh mengumumkan dosa atau kekeliruan seseorang yang memakai nama-Nya. Sering kebenaran harus diucapkan dengan jelas kepada yang bersalah, ia harus dituntun untuk melihat kekeliruannya agar ia dapat mengadakan pembaruan. Tetap, jangan hendaknya engkau menghakimi atau mempersalahkannya. Jangan berusaha membenarkan diri Biarlah segala usahamu diadakan untuk memulihkannya. Dalam merawat luka-luka jiwa itu, diperlukan jamahan yang paling lemah lembut, kepekaan yang paling halus. Hanyalah kasih yang mengalir aar. Yang Menderita di Golgota dapat berguna .alam hal mi. Biarlah seorang saudara memperlakukan saudara yang lain dengan kelemahlembutan yang penuh belas kasihan, dengan mengetahui bahwa jika engkau berhasil, engkau akan menyelamatkan jiwa orang itu dan maut, dan menutupi banyak dosa.” Yak . 5:20.KSZ2 53.1

    Tetapi usaha ini mungkin tidak berhasil. Sebab itu Yesus berkata, “Bawalah sertamu seorang atau dua orang lagi.Boleh jadi pengaruh mereka yang dipadukan akan berhasil di mana yang pertama tidak berhasil. Karena tidak terlibat dalam persoalan itu, maka lebih besar kecenderungan bagi mereka untuk bertindak dengan tidak memihak, dan kenyataan ini akan memberi nasihat yang lebih besar terhadap orang yang bersalah.KSZ2 53.2

    Jika ia tidak mau mendengar mereka, maka tidak sampai di situ saja, perkara itu harus dibawa di hadapan segenap jemaat orang percaya. Biar- lah anggota-anggota jemaat, sebagai wakil-wakil Kristus bersatu dalam doa dan permohonan yang penuh kasih sayang, supaya orang yang bersalah itu dapat dipulihkan. Roh Kudus akan berbicara dengan perantaraan hamba-hamba-Nya, memohon orang yang tersesat itu kembali kepada Allah. Rasul Paulus yang berbicara oleh ilham, berkata, “Seakanakan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.” 2 Kor. 5:20. Ia yang menolak tawaran persatuan ini telah memutuskan ikatan yang mengikat dia kepada Kristus, dan dengan demikian telah memisahkan dirinya dari persekutuan jemaat. Sejak saat itu, kata Yesus, “pandanglah ia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.” Tetapi jangan hendaknya ia dianggap sudah dipisahkan dari kemurahan Allah. Jangan hendaknya ia dipandang hina atau dilalaikan oleh saudara-saudaranya yang lama, melainkan diperlakukan dengan kelemahlembutan dan belas kasihan, sebagai salah satu domba yang hilang yang masih sedang dicari oleh Kristus untuk dibawa ke kandang-Nya.KSZ2 53.3

    Petunjuk Kristus mengenai perlakuan terhadap orang yang berbuat kesalahan mengulangi bentuk yang lebih terperinci ajaran yang diberikan kepada Israel dengan perantaraan Musa: “Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.” Im. 19:17. Maksudnya, kalau seseorang melalaikan kewajiban yang diperintahkan oleh Kristus, tentang berusaha memulihkan mereka yang dalam kesalahan dan dosa, maka ia mengambil bagian dalam dosa itu. Terhadap kejahatan yang sebenarnya dapat kita bendung, kita bertanggung jawab seolah-olah kita sendiri bersalah dalam perbuat-an itu,KSZ2 54.1

    Tetapi hanyalah kepada orang yang berbuat kesalahan kita harus me-nunjukkan kesalahan itu. Jangan hendaknya kita menjadikannya suatu buah mulut atau kritik di antara kita sendiri; meskipun sesudah mengata-kannya kepada jemaat, kita tidak boleh mengulanginya kepada orangorang lain dengan leluasa. Suatu pengetahuan tentang kesalahan orang Kristen hanyalah menjadi batu sandungan bagi dunia yang tidak beriman; dan oleh merenungkan perkara-perkara ini, dapat merugikan diri kita sendiri; karena oleh memandang kita berubah. Sementara kita berusaha memperbaiki kesalahan seorang saudara, Roh Kristus akan nenuntun kita untuk melindunginya sedapat mungkin dari kritik sekanun di pihak saudaranya sendiri, dan tambahan pula dari celaan dunia yang tidak beriman. Kita sendiri bersalah, dan memerlukan belas kasihan dan pengampunan Kristus, dan sebagaimana kita ingin diperlakukan-Nya demikian luga Ia memerintahkan Kita untuk memperlakukan satu dengan yang lain.KSZ2 54.2

    “Apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.” Engkau bertindak seperti utusan atau duta besar surga, dan persoalan pekerjaanmu e alah untuk masa kekekalan.KSZ2 55.1

    Tetapi jangan hendaknya kita menanggung tanggung jawab ini sendirian. Di mana saja sabda-Nya ditaati dengan segenap hati, di situlah Kristus tinggal. Ia hadir bukan saja dalam perhimpunan jemaat, tetapi juga di mana murid-murid bertemu dalam nama-Nya, biarpun hanya sedikit jumlahnya, di sana juga Ia akan ada. Dan Ia berkata, “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga; permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga.”KSZ2 55.2

    Yesus berkata, “Bapa kami yang di surga,” untuk mengingatkan kepada murid-murid-Nya bahwa meskipun dalam kemanusiaan-Nya. Ia dihu bungkan dengan mereka, turut mengambil bagian dalam ujian mereka dan menaruh simpati dengan mereka dalam penderitaan mereka, namun oleh Keilahian-Nya Ia dihubungkan dengan takhta Allah Alangkah ajaibnya jaminan itu! Makhluk-makhluk yang cerdas di surga bersatu dengan manusia dalam simpati dan pekerjaan menyelamatkan y o , lang. Dan segenap kuasa surga dibawa untuk berpadu dengan kesanggupan manusia dalam menarik jiwa-jiwa kepada Kristus.KSZ2 55.3

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents