Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    54—ORANG SAMARIA YANG MURAH HATI

    DALAM cerita tentang orang Samaria yang murah hatinya, Kristus melukiskan sifat agama yang benar. Ia menunjukkan bahwa agama yang benar itu bukannya bergantung pada peraturan, kepercayaan atau upacara agama, melainkan dalam melakukan perbuatan kasih, membawa keuntungan terbesar kepada orang lain, dan kebaikan sejati.KSZ2 114.1

    Sementara Kristus mengajar orang banyak, “berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Dengan perhatian yang tekun jemaat yang besar itu menunggu jawab-Nya. Imam-imam dan rabi-rabi telah berencana menjebak Kristus dengan menyuruh seorang ahli Taurat menanyakan pertanyaan ini. Tetapi Juruselamat tidak mau berdebat. Ia menuntut jawab dari orang yang bertanya itu sendiri. “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat?” kata-Nya, “apa yang kaubaca di sana?” Orang Yahudi masih menuduh Yesus perihal menganggap remeh hukum yang diberikan di Sinai, tetap. Ia membalikkan pertanyaan tentang keselamatan kepada pemelihara hukum Allah.KSZ2 114.2

    Ahli Taurat itu berkata, “Kasihanilah Tuhan, Aliahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekua- tanmu dan dengan segenap akalbudimu, dan kasihanilah sesamamu ma-nusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”KSZ2 114.3

    Ahli Taurat itu tidak puas dengan kedudukan dan pekerjaan orang Farisi. Ia telah mempelajari Kitab Suci dengan kerinduan untuk memanami makna yang sebenarnya. Ia mempunyai minat yang besar dalam hal itu. dan ia bertanya dengan sungguh-sungguh, “Apa yang harus kuperbuat?” Dalam jawabnya mengenai tuntutan hukum, ia menuturkan banyak sekali ajaran tentang upacara agama. Diakuinya bahwa hal-hal ini tidak ada artinya, tetapi menunjukkan dua prinsip besar yang padanya bergantung segala hukum dan kitab nabi-nabi. Jawab ini, yang dipuji oleh Kristus, menempatkan Juruselamat pada kedudukan yang menguntungkan terhadap para rabi. Mereka tidak dapat mempersalahkan Dia karena membenarkan sesuatu yang telah didahului oleh penafsir hukum.KSZ2 115.1

    “Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup,” kata Yesus. Ia menunjukkan hukum sebagai keutuhan Ilahi dan dalam pelajaran ini meng-ajarkan bahwa mustahil memeliharakan satu ajaran, dan melanggar yang lain; karena prinsip yang sama meliputi semuanya. .Nasib manusia di-tentukan oleh penurutannya akan segenap hukum. Kasih akan Allah me-lebihi segala sesuatu serta kasih yang tidak memihak kepada sesama ma-nusia merupakan prinsip yang harus dilakukan dalam kehidupan.KSZ2 115.2

    Ahli Taurat itu mendapati dirinya dalam keadaan melanggar hukum. Ia diyakinkan oleh perkataan Kristus yang tajam itu. Kebenaran hukum, yang dipahaminya menurut anggapannya, tidak dipraktikkannya. Ia tidak menunjukkan kasih terhadap sesamanya manusia. Pertobatan dituntut, tetapi gantinya bertobat, ia mencoba membenarkan dirinya. Gantinya mengakui kebenaran ia berusaha menunjukkan alangkah sulitnya meng-genapi hukum itu. Dengan demikian ia berharap untuk menghindarkan keyakinan serta mempertahankan dirinya di hadapan orang banyak. Per-kataan Juruselamat telah menunjukkan bahwa pertanyaannya tidak perlu, karena ia sudah sanggup menjawabnya sendiri. Meskipun demikian ia mengajukan pertanyaan lain dengan berkata, “Siapakah sesamaku manusia?”KSZ2 115.3

    Di kalangan orang Yahudi pertanyaan ini menyebabkan perdebatan yang tidak habis-habisnya. Mereka tidak lagi meragukan orang kafir dan orang Samaria, mereka inilah orang asing dan musuh. Tetapi perbedaan apakah harus diadakan di antara orang-orang dari bangsanya sendiri, dan di antara berbagai golongan masyarakat? Siapakah yang harus dianggap oleh imam, rabi, dan tua-tua sebagai sesama manusia? Mereka menghabiskan hidup mereka dengan mengadakan upacara-upacara untuk menjadikan diri mereka suci. Mereka berpendapat bahwa hubungan dengan orang banyak yang tidak berpengetahuan dan kurang berhati-hati akan .menyebabkan kenajisan yang mengharuskan mereka mengadakan usaha yang menjemukan untuk menghilangkannya. Haruskah mereka menganggap “yang najis” itu sebagai sesama manusia?KSZ2 115.4

    Sekali lagi Yesus menolak terjadinya pertentangan, la tidak menentang kefanatikan di pihak orang-orang yang sedang mengamat-amati dan hendak mempersalahkan Dia. Tetapi dengan suatu cerita yang sederhana Ia menunjukkan kepada para pendengar-Nya suatu gambaran tentang mengalirnya kasih yang berasal dari surga yang mengharukan hati, dan mendapatkan dari ahli Taurat itu suatu pengakuan akan kebenaran.KSZ2 116.1

    Cara mengusir kegelapan ialah menerima terang. Cara yang terbaik untuk memperlakukan dosa ialah mengemukakan kebenaran. Pernyataan kasih Allah itulah yang menunjukkan kerusakan dan dosa dari hati yang dipusatkan pada diri sendiri. Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.” Luk. 10:10-32. Ini bukanlah merupakan suatu peristiwa yang diumpamakan saja, melainkan suatu kejadian yang sebenarnya, yang benar-benar diketahui sebagaimana yang digambarkan imam dan orang Lewi yang berjalan terus di antara orang-orang yang mendengarkan perkataan Kristus. Waktu mengadakan perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho, orang yang bepergian itu harus melalui sebagian padang belantara Yudea. Jalan itu menurun melalui jurang yang kasar dan berbatu-batu, yang penuh dengan penyamun, dan sering di tempat itu terjadi peristiwa kekerasan. Di sinilah orang yang bepergian itu diserang, melampaui segala sesuatu yang berharga, dilukai dan tertindih, dan ditinggalkan dalam keadaan hampir mati di tepi jalan. Sementara ia berbaring dalam keadaan demikian, imam melewati tempat itu; tetapi ia hanya melihat pada orang yang sudah dilukai itu. Kemudian muncullah orang Lewi. Dalam keadaan ingin tahu apa yang telah terjadi, ia berhenti dan melihat si penderita. Ia diyakinkan tentang apa yang harus diperbuat-nya, tetapi hal itu bukannya merupakan suatu kewajiban yang menye-nangkan. Ia hendak menghindari tempat itu, supaya ia tidak perlu melihat orang yang dilukai itu. Ia meyakinkan dirinya bahwa hal itu bukan urusannya.KSZ2 116.2

    Kedua orang ini menduduki jabatan yang suci, dan terkenal ahli dalam menguraikan Kitab Suci. Mereka berasal dari golongan yang dipilih khusus untuk menjadi wakil Allah kepada manusia. Mereka “dapat mengerti orang yang jahil dan orang yang sesat” (Ibr. 5:2), agar mereka dapat menuntun manusia untuk mengerti kasih Allah yang besar kepada manusia. Pekerjaan yang harus mereka lakukan serupa dengan apa yang dilukiskan Yesus sebagai pekerjaan-Nya sendiri ketika Ia mengatakan, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan penglihatan bagi Orang-orang buta, untuk membebaskan orangorang yang tertindas ” Luk. 4:18.KSZ2 117.1

    Malaikat-malaikat di surga memandang kesengsaraan keluarga Allah di bumi, dan mereka bersedia hendak bekerja dengan manusia dalam meringankan penindasan dan penderitaan. Allah dalam kebijaksanaanNya telah membawa imam dan orang Lewi itu dijalan tempat si penderita yang sudah dilukai itu tergeletak, supaya mereka dapat melihat keperluannya akan kemurahan dan pertolongan. Segenap surga memperhatikan apakah hati orang-orang ini terharu dengan belas kasihan terhadap kesusahan umat manusia. Juruselamat ialah Oknum yang telah memberi petunjuk kepada orang Ibrani di padang belantara, dari tiang awan dan tiang api Ia telah mengajarkan suatu pelajaran yang berbeda sekali dengan pelajaran yang sedang diterima oleh orang banyak dari imamimam dan guru-guru mereka. Syarat-syarat hukum yang penuh kemurahan itu diulurkan sampai kepada binatang yang lebih rendah sekalipun, yang tidak dapat mengungkapkan keperluan dan penderitaan mereka dalam perkataan. Petunjuk telah diberikan kepada Musa bagi anak-anak Israel untuk maksud ini: “Apabila engkau melihat lembu musuhmu atau keledainya yang sesat, maka segeralah kaukembalikan binatang itu. Apabila engkau melihat rebah keledai musuhmu karena berat bebannya, maka janganlah engkau enggan menolongnya. Haruslah eng-kau rela menolong dia dengan membongkar muatan keledainya.” Kel. 23:4, 5. Tetapi pada orang yang dilukai oleh penyamun, Yesus menggambarkan keadaan seorang saudara dalam penderitaan. Lebih-lebih lagi hendaknya hati mereka digerakkan dengan belas kasihan baginya daripada bagi seekor binatang penanggung beban. Pekabaran sudah diberikan kepada mereka dengan perantaraan Musa bahwa Tuhan Allah mereka adalah “Tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap; yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian. Sebab itu haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing, kasihilah dia seperti dirimu sendiri” UI. 10:17-19; Im. 19:34KSZ2 117.2

    Ayub telah mengatakan, “malah orang asing pun tidak pernah berma-lam di luar, pintuku terbuka bagi musafir.” Dan ketika kedua malaikat yang menyamar sebagai manusia datang ke SodomLot menundukkan dirinya dengan mukanya ke tanah, dan mengatakan, “Tuan-tuan, silakanlah singgah ke rumah hambamu ini, bermalamlah di sini.” Ayub 31:32; Kej. 19: 2. Imam dan orang Lewi tahu benar akan segala pelajaran ini, tetapi mereka tidak membawanya ke dalam kehidupan yang praktis. Karena dilatih di sekolah kefanatikan nasional, mereka sudah bersifat mementingkan diri, picik, dan menyendiri. Ketika mereka memandang pada orang yang dilukai itu, mereka tidak dapat membedakan apakah ia sebangsa dengan mereka atau tidak. Mereka berpikir bahwa mungkin ia seorang Samaria, sebab itu mereka pun berpaling.KSZ2 118.1

    Dalam tindakan mereka, sebagaimana yang telah dilukiskan Kristus, ahli Taurat itu tidak melihat sesuatu yang bertentangan dengan yang telah diajarkan mengenai tuntutan hukum Tetapi sekarang pemandangan yang lain ditunjukkan:KSZ2 118.2

    Seorang Samaria, dalam perjalanannya, datang ke tempat si penderita berada, dan ketika ia melihatnya, ia menaruh belas kasihan kepadanya. Ia tidak menanyakan apakah orang asing itu seorang Yahudi atau seorang kafir. Jika seorang Yahudi, orang Samaria itu mengetahui benar bahwa, seandainya keadaan mereka dipulihkan, orang itu akan meludahi mukanya, dan melewatinya dengan hinaan. Tetapi ia tidak ragu-ragu karena hal ini. Ia tidak memikirkan bahwa ia sendiri mungkin berada dalam bahaya kekerasan bila ia berlambat-lambat di tempat itu. Cukuplah bahwa di hadapannya terdapat seorang manusia yang dalam kekurangan dan penderitaan. Ia menanggalkan jubahnya sendiri dan dengan itu ditutupinya orang itu. Minyak dan anggur yang disediakan untuk perjalanannya sendiri digunakannya untuk menyembuhkan dan menyegarkan orang yang dilukai itu. Ia mengangkatnya ke atas binatang penanggung bebannya, dan berjalan perlahan-lahan dengan langkah yang teratur, agar orang asing itu tidak tergoncang-goncang, dan tidak lebih menderita, la membawanya ke rumah tumpangan, dan menjaganya sepanjang malam, sambil memperhatikan dia dengan lemah lembut. Keesokan harinya ketika orang sakit itu telah bertambah baik, orang Samaria itu memberanikan diri untuk meneruskan perjalanannya. Tetapi sebelum berbuat demikian, Ia menyerahkannya kepada penjaga rumah tumpangan itu, membayar ongkosnya, dan meninggalkan suatu simpanan untuk kepentingannya: dan karena belum puas dengan persetujuan ini, ia mengadakan persediaan untuk suatu keperluan selanjutnya, sambil mengatakan kepada pemilik penginapan, “Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.”KSZ2 118.3

    Cerita itu pun berakhirlah, Yesus menatap mata ahli Taurat itu, dalam pandangan yang tampaknya membaca jiwanya, dan berkata, “Siapakah di antara ketiga orang ini menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Luk. 10:36.KSZ2 119.1

    Pada saat itu pun ahli Taurat itu tidak mau menyebutkan kata orang Samaria, dan ia menjawab, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”KSZ2 119.2

    Dengan demikian pertanyaan, “Siapakah sesamaku manusia?” Dijawab selama-lamanya. Kristus telah menunjukkan bahwa sesama manusia bukan saja berarti seorang yang segereja atau seiman dengan kita. Hal itu tidak ada hubungannya dengan suku, warna kulit, atau perbedaan golongan. Sesama manusia ialah setiap orang yang memerlukan pertolongan kita. Sesama manusia ialah setiap jiwa yang dilukai dan ditindih oleh musuh. Sesama manusia ialah setiap orang yang menjadi milik Allah.KSZ2 119.3

    Dalam cerita tentang orang Samaria yang murah hatinya, Yesus mem-berikan suatu gambaran tentang diri-Nya Sendiri dan tugas-Nya. Manusia telah tertipu, tertindih, dirampoki, dan dibinasakan oleh Setan, dan ditinggalkan untuk binasa; tetapi Juruselamat mempunyai belas kasihan atas keadaan kita yang tidak berdaya. Ia meninggalkan kemuliaan-Nya, agar datang menyelamatkan kita. Didapati-Nya kita dalam keadaan hampir mati, dan Ia menanggung beban kita. Ia menyembuhkan luka-luka kita. Ia menutupi kita dengan jubah kebenaran-Nya. Ia membuka bagi kita suatu perlindungan yang aman, dan mengadakan persediaan yang sempurna bagi kita atas tanggungan-Nya sendiri. Ia mati untuk menebus kita. Sambil menunjuk Kepada teladan-Nya sendiri, Ia mengatakan kepada para pengikut-Nya, “Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.” Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” Yoh. 15:17; 13:34.KSZ2 120.1

    Pertanyaan ahli Taurat kepada Yesus ialah, “Apakah yang harus kuperbuat?” Dan Yesus, yang mengakui kasih kepada Allah dan manusia sebagai inti kebenaran, telah mengatakan, “Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Orang Samaria telah mentaati perintah dari hati yang ramah-tamah dan penuh kasih sayang, dan dalam hal ini telah membuktikan dirinya seorang penurut hukum. Kristus menyuruh ahli Taurat itu, “Pergilah dan perbuatlah demikian.” Berbuat, dan bukannya sekadar mengatakan saja, diharapkan dari anak-anak Allah. “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” I Yoh. 2:6.KSZ2 120.2

    Pelajaran itu bukannya kurang diperlukan dalam dunia dewasa ini da-ripada ketika diucapkan oleh Yesus. Sifat mementingkan diri dan tatacara yang dingin sudah hampir memadamkan api kasih, serta melenyapkan budi bahasa yang seharusnya mengharumkan tabiat. Banyak orang yang mengakui nama-Nya telah melupakan kenyataan bahwa orangorang Kristen harus menunjukkan Kristus. Kecuali ada sifat mengorban- kan diri yang praktis untuk kebaikan orang lain, dalam lingkungan keluarga, di tempat sekitar, di gereja, dan di mana saja kita mungkin berada, maka kita bukannya orang Kristen, tidak menjadi soal apa pun kedudukan kita.KSZ2 120.3

    Kristus telah menghubungkan minat-Nya dengan minat manusia, dan Ia meminta kita untuk menjadi satu dengan Dia guna menyelamatkan manusia. “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.” Mat. 10:8. Dosa adalah yang terbesar dari segala kejahatan, dan kitalah yang harus mengasihani dan menolong orang berdosa. Banyak orang yang berbuat salah, dan yang merasa malu dan bodoh. Mereka lapar akan perkataan yang memberi keberanian. Mereka memandang pada kesalahan dan kekhilafan mereka, sampai mereka hampir putus asa. Jangan hendaknya kita melalaikan jiwajiwa ini. Jika kita orang Kristen, kita tidak akan melewatinya saja, seraya berusaha sedapat-dapatnya untuk menjauhi orang-orang yang paling memerlukan pertolongan kita. Bila kita melihat orang-orang yang dirundung malang, baik oleh malapetaka maupun oleh dosa, maka kita tidak pernah akan mengatakan. Ini bukan urusan saya.KSZ2 121.1

    “Kamu yang rohaniharus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut.” Gal. 6:1. Dengan iman dan doa lawanlah kuasa musuh. Ucapkanlah perkataan iman dan keberanian yang akan menjadi obat penawar bagi orang yang hancur dan luka. Banyak sekali orang yang telah kehilangan keberanian dan putus asa dalam pergumulan kehidupan yang besar, ketika satu kata kegembiraan yang ramah tamah akan me-nguatkan mereka supaya menang. Jangan sekali-kali kita melewati jiwa yang sedang menderita tanpa berusaha memberikan penghiburan kepadanya, yang dengan itu kita dihiburkan oleh Allah.KSZ2 121.2

    Segala perkara ini hanya sekadar kegenapan prinsip hukum—prinsip yang dilukiskan dalam cerita orang Samaria yang baik hati, dan dijelaskan dalam kehidupan Yesus. Tabiat-Nya menyatakan makna hukum yang sebenarnya, serta menunjukkan apa yang dimaksudkan oleh mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Dan bila anak-anak Allah menyatakan kemurahan, keramahtamahan, dan kasih terhadap segala manusia, mereka juga sedang menyaksikan tabiat dan undang-undang surga. Mereka sedang memberikan kesaksian tentang kenyataan bahwa “perintah TUHAN itu mumi, membuat mata bercahaya.” Mzm. 19:8. Dan barangsiapa gagal untuk menunjukkan kasih ini, ia melanggar hukum yang katanya dihormatinya. Karena perangai yang kita tunjukkan terhadap saudara kita menyatakan bagaimana perangai kita terhadap Allah. Kasih Allah dalam hati merupakan satu-satunya pancaran kasih terhadap sesama manusia, “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.KSZ2 121.3

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents