Kebahagiaan dan kesejahteraan orang yang berumah tangga tergan-tung atas persatuan kedua belah pihak. Bagaimanakah mungkin pikiran jasmani dapat rukun dengan pikiran yang terpisah kepada pikiran Kristus? Yang seorang sedang menabur kepada daging, berpikir dan bertindak setuju dengan gerakan dan dorongan hatinya sendiri; yang seorang lagi sedang menabur kepada roh, berusaha hendak membuangkan sifat mementingkan diri sendiri, mengalahkan kecongkakan hati, serta hidup dalam penurutan kepada Tuhan, karena ia mengaku menjadi hamba-Nya. Dengan demikian selalu ada perselisihan pendapat, kecenderungan hati, dan maksud. Kecuali orang yang beriman itu mau mempertahankan prinsip, memenangkan kedegilan hati, dia akan menjadi tawar hati seba-gaimana biasanya serta mengabaikan prinsip-prinsip agamanya, oleh karena berteman yang merugikan dan dia menjadi seorang yang putus hubungan dengan surga. 4T, vol.5, p. 507, 508 MKB 77.3