“Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuanNya,” “Hati yang tegar itu digelapkan.”
Walaupun diciptakan tak bersalah dan suci, nenek moyang kita yang pertama tidak ditempatkan di luar kemungkinan membuat kesalahan. Allah dapat menciptakan mereka tanpa daya untuk melanggar tuntutan-Nya, tetapi dalam keadaan demikian tidak akan ada perkembangan tabiat; pelayanan mereka tidak akan bersifat sukarela, tetapi terpaksa. Oleh sebab itu Ia mengaruniakan mereka kuasa memilih—kuasa untuk taat atau tidak taat. Dan sebelum mereka dapat menerima berkatberkat penuh yang Ia ingin berikan, kasih dan kesetiaan mereka harus diuji. MPS 19.1
Di Taman Eden ada “pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.... Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia: Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu janganlah kaumakan buahnya” (Kejadian 2:9-17). Allah ingin supaya Adam dan Hawa tidak mengenal kejahatan. Pengetahuan tentang yang jahat tentang dosa dan akibat-akibatnya, tentang pekerjaan yang melelahkan, tentang perawatan yang menggelisahkan, tentang kekecewaan dan dukacita, tentang sakit dan kematian—karena kasih ini ditahan- MPS 20.1
Sementara Allah mengusahakan kebaikan manusia, Setan mengusahakan kebinasaannya. Ketika Hawa, tidak mengindahkan nasihat Tuhan mengenai pohon larangan itu, pergi mendekati pohon itu, ia mengadakan kontak dengan musuhnya. Perhatian serta rasa ingin tahunya telah dibangkitkan, Setan menyanggah firman Allah dan mengobarkan rasa tidak percaya terhadap hikmat dan kebaikan-Nya. Terhadap pernyataan perempuan itu, mengenai pohon pengetahuan, ... “Allah berfirman jangan kamu makan atau pun raba buah itu, nanti kamu mati,” si penggoda menjawab, “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (Kejadian 3:3-5). MPS 20.2
Setan ingin membuat sehingga kelihatan bahwa pengetahuan tentang yang baik dicampur dengan yang jahat akan menjadi berkat, dan dalam melarang mereka memakan buah pohon itu, Allah menahan kebaikan besar. Ia mengatakan bahwa karena isinya yang ajaib serta memberi hikmat dan kuasa sehingga Allah melarang mereka untuk mencicipinya, jadi Ia berusaha untuk mencegah mereka jangan sampai mencapai perkembangan lebih tinggi, dan mendapat kebahagiaan lebih besar. Ia mengatakan bahwa ia sendiri telah memakan buah larangan itu, dan jika mereka juga makan, mereka akan mencapai suatu tingkatan yang lebih tinggi dan masuk ke dalam lapangan pengetahuan yang lebih luas. MPS 20.3
Ketika Setan mengaku telah menerima kebaikan besar dengan memakan buah pohon larangan itu, ia tidak menunjukkan bahwa oleh pelanggaran ia telah dibuang dari surga. Di sini terdapat kepalsuan, yang begitu tersembunyi di bawah apa yang tampak sebagai kebenaran sehingga Hawa tergiur, tersanjung, tertipu, sehingga tidak melihat tipu muslihat. Ia menginginkan apa yang dilarang Allah; ia tidak memperca- yai hikmat-Nya. Ia membuang iman, kuci pengetahuan. MPS 20.4
Ketika Hawa melihat “...bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian, lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya.” Rasanya lezat, dan sementara ia makan, ia merasakan ada kuasa hidup yang menyegarkan dan ia membayangkan dirinya memasuki suatu tingkat keberadaan yang lebih tinggi. Setelah ia sendiri melanggar, ia menjadi penggoda bagi suaminya, “dan suaminya pun memakannya.” (Kejadian 3:6). MPS 21.1
“Matamu akan terbuka,” kata musuh itu, “kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (Kejadian 3:5). Mata mereka benar-benar terbuka; tetapi betapa menyedihkan! Pengetahuan tentang yang jahat, kutuk dosa, itulah semuanya yang diperoleh pelanggar-pelanggar itu. Pada buah itu sendiri tidak terdapat racun, dan dosa semata-mata tidak terletak di dalam menyerah kepada selera. Tetapi tidak percaya pada kebaikan Allah, tidak percaya pada sabdaNya, dan penolakan terhadap kekuasaan-Nya, itulah yang menjadikan nenek moyang kita yang pertama itu pelanggar-pelanggar, dan itulah yang membawa kepada dunia pengetahuan tentang kejahatan. Inilah yang membuka pintu kepada setiap unsur kepalsuan dan kesalahan. MPS 21.2
Manusia kehilangan segala-galanya oleh sebab ia memilih untuk mendengar si penipu gantinya mendengar Dia yang adalah Kebenaran, yang satu-satunya memiliki pengertian. Oleh mencampur aduk kejahatan dengan kebaikan, pikirannya menjadi kacau, kuasa mental dan rohaninya menjadi tumpul. Ia tidak lagi dapat menghargai kebaikan yang dianugerahkan Allah secara cuma-cuma. MPS 21.3
Adam dan Hawa telah memilih pengetahuan yang jahat, dan jika mereka hendak memperoleh kembali kedudukan mereka yang hilang itu maka mereka harus memperolehnya kembali di bawah keadaan yang tidak menyenangkan yang mereka timpakan ke atas diri mereka sendiri. Mereka tidak boleh tinggal di Eden lagi, karena dalam kesempurnaan taman tersebut hal itu tidak dapat mengajarkan kepada mereka pelajaran yang sekarang perlu mereka dipelajari. Dalam kesedihan yang tak terkatakan mereka mengucapkan selamat tinggal kepada lingkungannya yang indah lalu pergi untuk berdiam di bagian bumi di mana terdapat kutuk dosa. MPS 21.4
Kepada Adam Allah berkata: “Karena engkau mendengarkan perkataan istrimu dan memakan dari buah pohon yang telah Kuperintah- kan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu; semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu (Kejadian 3:17-19). MPS 21.5
Walaupun bumi telah rusak dengan kutuk, alam tetap menjadi buku pelajaran bagi manusia. Sekarang alam tidak hanya dapat menggambarkan kebaikan saja; karena kejahatan ada di mana-mana, menodai bumi dan laut dan udara dengan jamahannya yang menajiskan. Di mana yang tadinya hanya tertulis tabiat Allah, pengetahuan tentang yang baik, sekarang juga tertulis tabiat Setan, pengetahuan tentang yang jahat. Dari alam, yang kini menyatakan pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, manusia terus-menerus menerima amaran tentang akibat-akibat dosa. MPS 22.1
Pada bunga yang layu serta daun yang gugur, Adam dan temannya menyaksikan tanda-tanda kerusakan pertama. Dengan jelas dibentangkan pada pikiran mereka bukti yang kuat bahwa setiap hal yang hidup harus mati. Bahkan udara pun, di atas mana kehidupan mereka bergantung, menyandang benih-benih kematian. MPS 22.2
Mereka juga terus menerus diingatkan tentang pemerintahan mereka yang hilang. Di antara makhluk-makhluk yang lebih rendah Adam berdiri sebagai raja, dan selama ia tetap setia kepada Allah, seluruh alam mengakui pemerintahannya; tetapi ketika ia melanggar, pemerintahan ini telah hilang. Roh pemberontakan, yang ia sendiri beri jalan masuk, sampai kepada seluruh binatang ciptaan. Jadi bukan hanya kehidupan manusia, tetapi juga sifat binatang-binatang, pohonpohon di hutan, rumput di padang, udara yang kita hirup semuanya menceritakan pelajaran menyedihkan tentang pengetahuan yang jahat. MPS 22.3
Tetapi manusia tidak ditelantarkan pada akibat-akibat kejahatan telah dipilihnya. Di dalam hukuman yang dijatuhkan pada Setan diberikan isyarat tentang penebusan. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya” (Kejadian 3:15). Kalimat ini, yang diucapkan pada nenek moyang kita yang pertama, bagi mereka adalah suatu janji. Sebelum mereka mendengar tentang duri dan onak, tentang kerja keras dan kesusahan yang akan menjadi bagian mereka, atau tentang debu ke mana mereka harus kembali, mereka mendengar perkataan yang tidak bisa gagal yang memberi mereka harapan. Semua yang telah hilang karena menyerah pada Setan dapat diperoleh kembali melalui Kristus. MPS 22.4
Isyarat ini juga diulang-ulangi oleh alam pada kita. Walaupun rusak oleh dosa, alam tidak hanya berbicara tentang penciptaan tetapi juga tentang penebusan. Walaupun bumi memberi kesaksian tentang kutuk dengan bukti tanda-tanda kerusakan, alam itu tetap kaya dan indah dalam tanda-tanda kuasa pemberi kehidupan. Pohon-pohon menggugurkan daun-daunnya, hanya untuk diganti dengan daun-daun yang lebih segar; bunga-bunga layu, supaya mekar kembali dalam keindahan yang baru; dan di dalam setiap bukti kuasa penciptaan terdapat jaminan bahwa kita dapat diciptakan menjadi baru dalam “kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Efesus 4:24). Dengan demikian benda-benda dan pekerjaan alam yang begitu jelas membawa kepada pikiran kerugian kita yang besar menjadi jurukabar pengharapan kepada kita. MPS 23.1
Sejauh kejahatan itu meluas, suara Bapa kita terdengar, memohon kepada anak-anak-Nya untuk melihat akibat dosa di tengah alam ini, memberi amaran kepada mereka untuk meninggalkan kejahatan, dan mengundang mereka untuk menerima yang baik. MPS 23.2