Awan gelap dan tebal naik dan saling bertubrukan. Atmosfir terpecah dan tergulung. Kemudian kita dapat melihat ke atas melalui ruang terbuka di gugusan bintang Orion, dari mana terdengar suara Allah.— EW 41 (1851). PAZ 214.1
Segera kita mendengar suara Allah 1 Suara Allah terdengar berulang-ulang sepanjang waktu sebelum kedatangan Kristus. Lihat buku Kemenangan Akhir bab 41 dan 42. seperti Air Bah, yang memberitahukan kepada kita hari dan jam kedatangan Yesus. Orangorang saleh yang masih hidup, yang jumlahnya 144.000, mengenal dan memahami suara itu, sementara orang jahat menganggapnya suara guntur dan gempa bumi.— EW 15 (1851). PAZ 214.2
Sementara Allah menyebutkan hari dan jam kedatangan Yesus, dan menyampaikan perjanjian kekal kepada umat-Nya, Ia mengucapkan satu kalimat, lalu berhenti sejenak sementara katakata itu bergema ke seluruh bumi. Umat Israel Allah berdiri dengan mata mereka tertuju ke atas, mendengarkan kata-kata itu sementara itu terucap dari mulut Tuhan dan bergema ke seluruh bumi bagaikan deru halilintar yang paling keras. Suasana begitu khidmat. Pada akhir setiap kalimat orang-orang saleh berseru, “Mulia! Haleluyah!” Wajah-wajah mereka bersinar dengan kemuliaan Allah, dan muka mereka bercahaya dengan kemuliaan seperti wajah Musa ketika dia turun kembali dari Sinai. Orang-orang jahat tidak dapat melihat mereka karena kemuliaan itu. Dan ketika berkat yang tiada habishabisnya itu diucapkan kepada mereka yang telah menghormati Allah dengan memelihara kesucian hari Sabat-Nya, terdengarlah suatu pekik kemenangan yang hebat atas binatang itu dan atas patungnya.— EW 285, 286 (1858). PAZ 214.3
Saya tidak mengetahui sedikit pun tentang waktu yang diucapkan oleh suara Allah itu. Saya dengar jamnya diumumkan, tetapi tidak bisa ingat akan jam itu setelah khayal itu sirna. Pemandangan menarik yang demikian menggetarkan dan khidmat lewat di hadapan saya itu tidak ada bahasa yang cukup memadai untuk menerangkannya. Semua itu bagi saya merupakan suatu kenyataan yang hidup, karena pada akhir dari pemandangan itu muncullah awan putih besar di mana di atasnya duduk Anak Manusia itu.— 1SM 76 (1888). PAZ 214.4