Biarlah kita ingat bahwa hari raya Natal itu dirayakan untuk mengingatkan hari jadi Juruselamat dunia. Hari itu biasanya dirayakan dengan pesta dan makan-makan. Banyak uang yang dibelanjakan untuk menurutkan hawa nafsu sendiri yang sebenarnya tidak perlu. Nafsu makan dan hawa nafsu dijalankan atas kerugian terhadap kuasa tubuh, otak, dan batin. Tetapi hal ini sudah menjadi satu kebiasaan. Kesombongan mode, dan hal memuaskan nafsu makan sudah menelan jumlah uang yang amat banyak yang sebetulnya tidak memberi faedah pada seorang pun, melainkan sudah menganjurkan pemborosan uang yang tidak disukai oleh Allah. Hari-hari itu dilewatkan untuk memuliakan diri sendiri lebih dari memuliakan Allah. Kesehatan sudah dikorbankan, uang dibuang percuma, banyak orang sudah hilang nyawanya oleh sebab terlalu banyak makan atau oleh percabulan yang merendahkan derajat, dan banyak jiwa-jiwa hilang oleh karenanya. AML 291.2
Tuhan Allah tentu akan dipermuliakan oleh anak-anakNya kalau kiranya mereka makan sederhana, dan menggunakan uang yang diserahkan kepadanya dengan membawa kepada perbendaharaanNya persembahan- persembahan, baik kecil maupun besar, untuk dipakai waktu mengirimkan terang kebenaran kepada jiwa-jiwa yang masih dalam kegelapan dosa. Hati perempuan janda dan piatu akan senang oleh sebab pemberian yang akan menolong mereka dan mengenyangkan perutnya yang lapar. AML 291.3