Seperti nenek moyang dahulu kala, semua orang yang mengaku cinta kepada Allah harus mendirikan satu mezbah bagi Tuhan di tempat mereka itu mendirikan kemahnya. Kalau kiranya ada waktu di mana tiap-tiap rumah harus menjadi satu rumah sembahyang, sekaranglah waktunya itu. Bapa-bapa dan ibu-ibu harus sering mengangkat hatinya kepada Allah dalam permohonan yang rendah hati untuk dirinya sendiri dan anak-anaknya. Hendaklah bapa itu, sebagai imam dalam rumah tangga, meletakkan di atas mezbah Tuhan korban pagi dan sore, sementara isteri dan anak-anak bersatu dalam doa dan puji-pujian. Dalam rumah yang demikianlah Yesus senang tinggal. AML 303.1
Dari tiap-tiap rumah Kristen haruslah bersinar cahaya yang suci. Cinta harus dinyatakan dalam perbuatan. Cinta harus mengalir dalam segala percakapan dalam rumah tangga, menunjukkan hal itu dalam pikiran penuh pengasihan dan mengingat kepentingan orang lain, dalam keramahan yang lemah lembut dan tidak mengindahkan diri sendiri. Banyak rumah tangga yang menjalankan azas yang demikian ini,—rumah-rumah yang di dalamnya Allah disembah, dan cinta yang sejatilah yang berkuasa. Dari rumah-rumah ini, doa pagi dan sore naik kepada Allah sebagai bau-bauan yang harum, dan kemurahanNya serta berkat- berkatNya turun ke atas orang-orang yang memohon itu seperti embun pada pagi hari. AML 303.2
Satu rumah tangga Kristen yang teratur baik dalam satu bukti yang kuat tentang kebaikan agama Kristen secara nyata,—satu bukti yang tidak dapat dibantah oleh orang yang tiada percaya pada Tuhan. Semua orang dapat melihat bahwa ada satu pengaruh yang bekerja dalam keluarga yang menggerakkan anak-anak, yang Allah Ibrahim beserta mereka itu. —Patriarchs and Prophets, hal. 144. AML 303.3