Go to full page →

PASAL 116 - SUKA MENERIMA TAMU DENGAN PERIBADATAN AML 320

Kita akan lebih senang dan lebih berguna kalau kehidupan rumah- tangga kita dan pergaulan kita diperintah oleh kelemah-lembutan dan kesederhanaan Kristus. Gantinya berusaha untuk mempertunjukkan, membangkitkan pujian atau menimbulkan iri hati dari tamu-tamu, kita harus berusaha membuat semua orang yang ada di sekeliling kita bersuka hati dengan kegembiraan kita, belas kasihan kita, dan cinta kita. Biarlah tamu-tamu melihat bahwa kita sedang berusaha menyesuaikan diri kepada kehendak Kristus. Biarlah mereka itu melihat dalam kita, meskipun nasib kita rendah dan hina, satu roh kepuasan dan bersyukur. Suasana dari satu rumah tangga Kristen ialah satu suasana perdamaian dan kesentosaan. Teladan yang demikian itu tidak akan berlalu dengan tidak ada pengaruhnya. . . . AML 320.1

Dalam segala usaha kita untuk menyenangkan dan menggembirakan tamu-tamu, janganlah kita sekali-kali mengalpakan kewajiban kita terhadap Tuhan Allah. Waktu untuk berdoa sekali-kali jangan dilupakan oleh sesuatu sebab apa pun. Janganlah bercakap-cakap dan menyenangkan diri sampai kau terlalu penat untuk merasai senangnya satu waktu peribadatan. Dengan berbuat demikian itu berarti membawa persembahan yang timpang kepada Allah. Pada waktu sore sebelum jauh malam, kalau kita dapat berdoa dengan tidak tergesa-gesa dan dengan penuh pengertian, kita harus menghadapkan segala permohonan kita, dan mengangkat suara kita dalam puji-pujian sukar penuh gembira. AML 320.2

Biarlah semua orang yang menjadi tamu orang Kristen itu melihat bahwa waktu untuk berdoa itu adalah satu waktu yang paling indah, paling suci, dan paling gembira sepanjang hari itu. Waktu untuk mendoa ini mengerahkan satu pengaruh yang menghaluskan, dan meninggikan terhadap semua orang yang turut ambil bahagian di dalamnya. Waktu untuk berbakti membawa satu perdamaian dan kesentosaan penuh rasa syukur kepada jiwa. —Review and Herald, 29 November, 1887. AML 320.3