Engkau harus memerintahkan pikiranmu. Ini tidak gampang, engkau tidak bisa penuhkan ini dengan tiada bertetap hati atau berusaha sekuatmu. Tetapi meskipun begitu Tuhan Allah tuntut ini daripadamu; inilah satu kewajiban yang ditaruh di atas bahu tiap-tiap orang yang harus menanggung jawab. Engkau harus menanggung jawab kepada Allah atas segala kepikiranmu. Jikalau engkau turutkan segala pikiranmu yang sia-sia, serta biarkan pikiranmu memikirkan perkara-perkara yang kotor, maka engkau ada dalam keadaan yang bersalah di hadapan Allah, sama seperti kalau engkau telah jalankan pikiran-pikiran itu dalam perbuatanmu. Satu- satunya yang menghalangi perbuatan itu ialah kesempatan yang tidak ada. AML 68.4
Siang malam bermimpi-mimpikan dan berangan-angankan perkara- perkara yang sia-sia yaitulah kebiasaan-kebiasaan yang jahat dan amat berbahaya. Jikalau kebiasaan itu sudah satu kali menduduki pikiran kita, akan sukarlah bagi kita menghentikannya dan menujukan pikiran kita pada perkara-perkara yang bersih, suci dan mulia. Engkau harus menjadi satu penunggu yang setia atas matamu, telinga dan segala panca inderamu, jikalau engkau mau memerintahkan pikiranmu, dan menyingkirkan pikiran-pikiran yang sia-sia dan buruk supaya jiwamu jangan dicemarkan. Hanya kuasa kecintaan saja yang bisa menyampaikan pekerjaan yang amat diinginkan ini. Engkau sendiri tidak berdaya apa-apa dalam soal ini. AML 69.1