“Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu” (Ulangan 15:11). PyM 15.1
Berbahagialah orang yang bermurah hati. Tuhan Yesus mengatakan, “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” Tidak pernah ada waktu bilamana ada kebutuhan yang lebih besar untuk perlakuan kemurahan ketimbang sekarang ini. Orang miskin ada di sekitar kita, yang susah, yang menderita, yang bersusah hati, dan mereka yang siap binasa. PyM 15.2
Mereka yang sudah menimbun harta telah melakukannya melalui talenta yang diberikan Allah kepada mereka, tetapi talenta untuk menimbun harta diberikan kepada mereka oleh Siapa yang membuat mataharinya bersinar dan hujannya tercurah bagi yang benar dan yang tidak benar, agar dengan kesuburan bumi manusia boleh memiliki persediaan untuk semua kebutuhan mereka. Ladang sudah diberkati Allah, dan “dari kebaikan-Nya Dia telah menyediakannya bagi orang miskin.— Signs of the Times, 13 Juni 1892. PyM 15.3
Penderitaan dan Kesengsaraan Tidak Dimaksudkan Allah. Banyak orang menyesali Allah karena dunia begitu penuh dengan kekurangan dan penderitaan, tetapi Allah tidak pernah bermaksud agar kesengsaraan ini ada. Dia tidak pernah maksudkan agar seseorang harus mempunyai hidup yang berkelimpahan dengan kesenangan sementara anak-anak orang lain merengek minta makan. Allah itu adalah Allah yang penuh kebajikan.— Testimonies, jld. 6, hlm. 273. PyM 15.4
Allah telah menciptakan manusia menjadi pelayan-Nya, dan Dia tidak akan dituntut karena penderitaan, kesengsaraan, ketelanjangan, dan kekurangan umat manusia. Tuhan telah membuat cukup persediaan bagi semua orang, Dia telah memberikan kepada ribuan orang sejumlah besar perbekalan dengan mana meringankan kekurangan teman-teman mereka; tetapi orang-orang yang sudah diangkat menjadi pelayan tidak tahan uji, karena mereka gagal meringankan penderitaan dan membebaskan yang berkekurangan. PyM 16.1
Bilamana orang-orang yang telah diberkati surga dengan limpah-nya gagal menjalankan rencana Allah, dan tidak membebaskan yang miskin dan yang tertekan, Tuhan dikecewakan dan tentu akan membalas mereka. Tidak ada maaf bagi mereka yang menahan dari tetangga yang telah ditempatkan ke dalam kekuasaan mereka untuk dibagikan; dan Allah tidak dihormati, tabiat-Nya disalahtafsirkan oleh Setan, Dia digambarkan sebagai Hakim yang lalim yang mendatangkan penderitaan kepada makhluk yang Ia ciptakan. Penyelewengan tabiat Allah tampak sebagai kebenaran, dengan demikian melalui penggodaan hati manusia dikeraskan terhadap Allah. Setan mempersalahkan Allah melakukan kejahatan yang Ia sendiri lakukan sehingga manusia tidak mau menolong tabiatnya sendiri.— Review and Herald, 26 Juni 1894. PyM 16.2
Tidak Perlu Ada Kemelaratan dan Kepapaan. Sekiranya manusia melakukan tugasnya selaku pelayan yang setia untuk harta Tuhan, tidak akan ada tangisan untuk roti, tidak ada penderitaan dalam kemiskinan, tidak ada yang telanjang berkekurangan. Adalah ketidak- setiaan manusia yang membawa penderitaan ke mana umat manusia dicemplungkan. Jikalau mereka yang sudah di angkat jadi pelayan mau membagikan harta Tuhan kepada sasaran yang ditentukan-Nya, tidak akan ada keadaan penderitaan ini. Tuhan menguji manusia dengan memberikan kepada mereka hal-hal yang baik, sama seperti Dia menguji orang kaya dalam perumpamaan itu. Jika kita terbukti tidak setia dalam mammon yang benar, siapakah yang akan mempercayakan kepada kita kekayaan yang sejati? Hanya mereka yang tahan menghadapi ujian di dunia ini, yang didapati setia, yang menuruti firman Tuhan agar bermurah hati, dalam memanfaatkan perolehan mereka untuk memajukan kerajaan-Nya, merekalah yang akan mendengar dari bibir Guru, “Sabaslah hai hamba-hamba yang setia.”— Review and Herald, 26 Juni 1894. PyM 16.3
Sebagian Kaya-Sebagian Miskin. Alasan mengapa Allah membiarkan sebagian keluarga umat manusia menjadi begitu kaya dan sebagian begitu miskin akan tetap menjadi rahasia bagi manusia sampai kekekalan, kecuali mereka memasuki jaringan yang benar bersama Allah dan melaksanakan rencana-Nya ketimbang melakukan pemikiran mereka yang mementingkan diri sendiri.— Testimonies to Ministers, hlm. 280. PyM 17.1
Mendorong Kasih dan Kemurahan. Dalam pemeliharaan Allah, kejadian-kejadian disusun begitu rupa sehingga orang miskin selalu ada bersama kita, agar tetap ada usaha dalam hati manusia untuk membagikan kemurahan dan kasih. Manusia perlu membangun kelemahlembutan dan rasa kasihan dari Kristus; dia tidak perlu memisahkan diri dari orang miskin, yang tersiksa, yang miskin dan yang susah.— Signs of the Times, 13 Juni 1892. PyM 17.2
Mengembangkan Tabiat Allah dalam Manusia. Selagi dunia memerlukan rasa simpati, selagi memerlukan doa dan pertolongan bagi umat Allah, sementara perlu melihat Kristus dalam hidup para pengikut-Nya, dalam hal yang sama umat Allah membutuhkan kesempatan yang menarik rasa simpati mereka, melengkapi doa mereka, dan mengembangkan di dalam diri mereka satu tabiat Ilahi yang jadi teladan. PyM 17.3
Untuk menyediakan kesempatan ini, maka Allah menempatkan orang miskin di antara kita, yang malang, yang sakit, dan yang menderita. Mereka adalah warisan Kristus bagi jemaat-Nya, dan mereka harus dipelihara sebagaimana Dia memelihara mereka. Dalam hal ini Allah memisahkan kotoran dan memurnikan emas itu, memberikan kepada kita kesopanan hati dan tabiat yang kita perlukan. PyM 17.4
Tuhan dapat memajukan pekerjaan-Nya tanpa kerja sama kita. Dia tidak bergantung atas kita karena uang kita, waktu kita, atau usaha kita. Tetapi gereja sangat berharga dalam pemandangan-Nya. Itu merupakan kotak di mana tersimpan semua permata-permata-Nya, kandang yang berisi kawanan domba-Nya, dan Dia rindu melihatnya tanpa cacat cela atau yang seperti itu. Dia merindukannya dengan kasih sayang yang tidak terperikan. Inilah sebabnya Dia memberikan kesempatan kepada kita untuk bekerja bagi-Nya, dan Dia menerima usaha kita sebagai lambang kasih dan kesetiaan kita.— Testimonies, jld. 6, hlm. 261. PyM 17.5
Agar kita dapat memahami Kemurahan Allah. Orang miskin dan orang kaya adatan target perhatian dan pemeliharaan Allah secara khusus. Hapuskan kemiskinan maka kita tak dapat memahami kemurahan dan kasih Allah. Tak ada cara mengenal Allah yang berbelaskasihan dan simpatik. - Letter 83, 1902. PyM 18.1
Allah Memberikan kepada Kita Supaya Memberikannya kepada Orang lain. Allah mencurahkan berkat-Nya kepada kita untuk dicurahkan kepada orang lain. Bilamana kita meminta dari Dia makanan kita sehari-hari, Dia melihat ke dalam hati kita apakah kita mau membagikannya kepada yang lebih berkekurangan dibandingkan dengan kita. Bilamana kita berdoa, “Tuhan, kasihanilah hambamu ini seorang berdosa,” Dia perhatikan apakah kita mau menunjukkan belas kasihan terhadap mereka dengan siapa kita bergaul. Inilah bukti hubungan kita dengan Allah, agar kita bermurah hati sebagaimana Bapa surgawi yang adalah berkemurahan.— Testimonies, jld. 6, 283, 284. PyM 18.2
Menahan Orang Kerdil Pertumbuhan Rohaninya. Tidak ada yang lebih cepat melemahkan kerohanian ketimbang menutupinya dalam sikap mementingkan diri dan mempedulikan diri sendiri. Mereka yang memanjakan diri dan tidak mempedulikan jiwa dan tubuh orang-orang yang telah ditebus Kristus dengan nyawa-Nya sendiri, tidak memakan roti hidup dan meminum air hidup keselamatan. Mereka kering kerontang seperti pohon yang tidak mengeluarkan buah. Mereka adalah orang-orang kerdil rohani, yang menghabiskan kekayaan mereka untuk diri sendiri; tetapi “barang apa yang ditabur orang, itulah yang dituai.” — Review and Herald, 15 Januari 1895. PyM 18.3
Itulah sebabnya mengapa orang kaya tidak mau berbuat sesuatu terhadap orang miskin yang dirancang Allah untuk mereka harus lakukan, sehingga mereka bertambah sombong, lebih merasa berkecukupan, sangat baik untuk diri sendiri dan keras hati. Mereka memisahkan orang miskin dari mereka sendiri karena mereka miskin, dan dengan demikian mereka diberi kesempatan menjadi cemburu dan dengki. Banyak yang menjadi dingin, dan diilhami dengan rasa benci terhadap orang yang memiliki segala sesuatu sementara mereka tidak mempunyai apa-apa. PyM 18.4
Allah menimbang tindakan, dan setiap orang yang tidak setia dalam penatalayanannya, yang gagal menolak kejahatan yang ada di dalam kekuasaannya, akan tidak dihargai dalam pengadilan surga. Mereka yang tidak tertarik kepada kebutuhan orang yang berkekurangan, akan dianggap sebagai pelayan yang tidak setia, dan akan terdaftar sebagai musuh Allah dan manusia. Mereka yang menyalahgunakan harta yang telah dipercayakan kepada mereka untuk menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan mereka, itu membuktikan bahwa mereka tidak mempunyai hubungan dengan Kristus, karena mereka gagal menyatakan kelemahlembutan Kristus terhadap mereka yang kurang beruntung ketimbang diri mereka sendiri.— Review and Herald, 10 Desember 1895. PyM 19.1
Jikalau Orang Kaya Berjalan dalam Jejak Kristus. Orang kaya adalah penatalayan Allah, dan jika dia berjalan dalam jejak kaki Kristus, mempertahankan hidup saleh yang rendah hati, melalui perubahan tabiat, dia menjadi rendah hati dan sabar dalam hati. Dia menyadari bahwa milik mereka hanyalah harta yang dipinjamkan, dan dia merasa bahwa kepercayaan yang kudus diberikan kepadanya untuk menolong yang berkekurangan dan yang menderita, gantinya Kristus. Pekerjaan ini akan membawa upahnya dalam harta kekayaan yang diletakkan di sisi takhta Allah. Dengan demikian orang kaya akan memperoleh kemenangan hidup rohani, sebagaimana seorang penatalayan yang setia dari harta milik Tuhan.— Manuscript 22, 1898. PyM 19.2
Penderitaan-Satu Sarana Penyempurnaan Tabiat. Kata-kata Juruselamat mengandung kata penghiburan juga bagi mereka yang sedang menderita kesengsaraan atau belasungkawa. Kesusahan kita tidak meloncat keluar dari dalam tanah. Allah “tidak rela menyusahkan atau mendukakan anak manusia.” Bilamana Dia mengizinkan pencobaan dan penderitaan, itu “adalah untuk keberuntungan kita agar kita mengambil bagian dalam kesucian-Nya.” Jika diterima dalam iman, pencobaan yang nampaknya begitu pahit dan berat dipikul, akan menjadi satu berkat. Pukulan kejam yang merusak kegembiraan dunia akan menjadi sarana mengarahkan pandangan kita ke surga. Berapa banyak orang berada di sana yang tidak pernah mengenal Yesus kalau bukan kesusahan yang menuntun mereka untuk mencari hiburan dalam Dia. PyM 19.3
Pencobaan hidup adalah usaha Allah untuk membuang kekotoran dan kekasaran dari tabiat kita. Penebangan, pengkotakan, pemahatan, pembakaran dan penghalusan, masing-masing adalah satu proses yang menyakitkan; susah memasukkannya ke bawah roda panggilan. Tetapi sebagian batu sudah dipersiapkan untuk mengisi tempat dalam bait suci surgawi. Guru memberikan pekerjaan yang saksama dengan hati-hati bukan pada bahan yang tidak berguna. Hanya batu-batu berharga milik-Nya yang dipoles sesuai dengan contoh dari istana. PyM 19.4
Allah bekerja bagi semua orang yang menaruh percaya kepadaNya. Kemenangan yang gemilang akan diperoleh orang-orang yang setia. Pelajaran-pelajaran yang gemilang akan dipelajari. Pengalaman- pengalaman yang gemilang akan disadari.— Mount of Blessing, hlm. 23, 24. PyM 20.1
Penderitaan dan Malapetaka Bukanlah Petunjuk bahwa Allah Tidak Suka. “Waktu Yesus sedang lewat, ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepadanya: ‘Rabi, siapakah yang berbuat dosa, sehingga ia dilahirkan buta?’ jawab Yesus, ‘Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan dalam dia.”‘ PyM 20.2
Umumnya orang Yahudi percaya bahwa dosa dihukum dalam kehidupan ini. Setiap penderitaan adalah hukuman kesalahan, apakah dari penderita itu sendiri atau orang tuanya. Benar bahwa semua penderitaan adalah akibat pelanggaran hukum Allah, tetapi kebenaran ini terbalik. Setan, asal mula dosa dan semua akibatnya, telah menuntun manusia untuk menganggap penyakit dan kematian berasal dari Allah —satu hukuman yang sewenang-wenang dibebankan karena dosa. Sebab itu, seorang yang sudah menderita kesusahan atau malapetaka, dia menerima beban tambahan karena dianggap dosanya besar.... PyM 20.3
Allah memberikan satu pelajaran yang dibuat untuk mencegah hal ini. Sejarah Ayub telah menunjukkan bahwa penderitaan diberikan oleh Setan dan diizinkan oleh Allah demi kemurahan. Tetapi orang Israel tidak mengerti pelajaran itu. Kesalahan yang sama untuk mana Allah telah menegur teman-teman Ayub, diulangi oleh orang Yahudi dalam penolakan mereka terhadap Kristus. PyM 20.4
Kepercayaan orang Yahudi tentang hubungan dosa dengan pen-deritaan, itu dipegang oleh murid-murid Kristus. Sementara Yesus membetulkan kesalahan mereka, Dia tidak menerangkan penyebab penderitaan manusia, tetapi mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi sebagai akibatnya. Oleh karena itu pekerjaan Allah dinyatakan. “Selama Aku berada dalam dunia,” kata-Nya, “Aku adalah terang dunia.” Kemudian setelah menjamah mata orang itu, Dia menyuruh dia ke kolam Siloam dan penglihatan orang itu dikembalikan. Dengan demikian Yesus menjawab pertanyaan murid-murid itu dengan cara praktis, sebagaimana biasanya Dia menjawab pertanyaan yang diajukan kepada-Nya dengan rasa ingin tahu. Murid-murid tidak diarahkan kepada perbincangan tentang siapa yang melakukan dosa dan siapa yang tidak, tetapi memahami kuasa dan kemurahan Allah dalam mengembalikan penglihatan kepada orang buta itu.— The Desire of Ages, hlm. 470, 471. PyM 20.5
Kristus Dilihat dan Didengar Melalui Kita. Allah merencanakan agar orang sakit, yang malang, yang dirasuk Setan, akan mendengar suara-Nya melalui kita. Melalui perantaraan manusia, Dia ingin menjadi seorang penasihat, seperti yang belum perihal dilihat oleh manusia sebelumnya. Suara-Nya akan dikumandangkan oleh para pengikutNya: “Janganlah diberi hatimu terharu, kamu percaya kepada Allah, percaya jugalah kepada-Ku.” PyM 21.1
Tuhan akan bekerja melalui setiap jiwa yang berserah untuk dipekerjakan, bukan hanya untuk berkhotbah, tetapi untuk melayani yang gelisah dan mengilhamkan pengharapan dalam hati yang putus harap dan melayani yang ragu-ragu. Kita harus melaksanakan bagian kita dalam membebaskan dan memperhalus penderitaan hidup ini. Penderitaan dan rahasia hidup ini adalah berkabut dan gelap sebagaimana ribuan tahun yang lalu. Ada sesuatu yang dapat kita lakukan: “Bangkitlah, pancarkanlah terangmu, karena terangmu sudah datang, dan kemuliaan Tuhan bersinar atasmu.” Ada yang berkekurangan dekat kita, para penderita ada di sekitar kita, para penderita ada di sekitar kita. Kita harus mencoba menolong mereka. Dengan kemurahan Kristus, mata air yang tertutup bagi pekerjaan yang mirip pekerjaan Kristus yang sungguh- sungguh dan harus dibuka. Dalam kekuatan Dia yang memiliki segala kekuatan, kita bekerja seperti belum pernah sebelumnya.— Manuscript 65b, 1898. PyM 21.2