Mengorbankan Kemurahan Allah
Dengan pemberontakan dan kemurtadan manusia mengorbankan kemurahan Allah; bukan hak manusia, karena manusia tidak mempunyai nilai selain apa yang telah diberikan kepada Anak-Nya yang kekasih. Hal ini harus dimengerti. Ia mengorbankan hak istimewanya di mana Allah dengan kemurahan telah memberikan Anak-Nya sebagai pemberian cuma-cuma, harta yang berharga yang dimaksudkan untuk digunakan meninggikan maksud dan kemuliaan-Nya, dan keuntungan bagi makhluk yang telah Ia ciptakan. Pada saat manusia menolak untuk mematuhi hukum kerajaan Allah, saat itu juga manusia kehilangan kesetiaannya terhadap pemerintahan Allah dan ia telah membuat dirinya tidak layak bagi semua berkat yang Allah akan berikan kepadanya.IP 26.1
Ini adalah posisi manusia pada saat ia menceraikan dirinya dengan Allah oleh akibat dari pelanggarannya. Dan ia tidak lagi layak mendapatkan udara untuk bernapas, sinar matahari, atau elemen terkecil dari makanan. Dan alasan manusia tidak dibinasakan adalah karena Allah sangat mengasihinya sehingga Ia mengaruniakan Anak yang dikasihi-Nya supaya Ia menanggung akibat dari pelanggaranpelanggaran manusia. Kristus telah mengajukan diri sebagai Penjamin dan Pengganti manusia, bahwa seorang manusia, melalui kemurahan yang tiada taranya memiliki pengalaman seperti Adam dan Hawa sebagai peringatan untuk tidak melanggar hukum Allah seperti yang mereka lakukan. Sebagaimana manusia menikmati berkat Allah akan sinar matahari, makanan, seharusnya ada bagian dari diri manusia yang ingin menyembah Allah dalam ucapan syukur dan pengakuan bahwa semua berasal dari Allah. Apa pun yang kita berikan kepada-Nya adalah mengembalikan apa yang Ia telah berikan kepada kita.IP 26.2
Manusia melanggar hukum Allah, dan melalui Penebus, janji yang baru dan segar telah diciptakan pada dasar yang berbeda. Semua berkat harus datang melalui seorang Perantara. Sekarang semua anggota dari umat manusia diserahkan sepenuhnya ke dalam tangan Kristus, dan apa pun yang kita miliki—apakah pemberian berupa uang, rumah, ta-nah, atau kekuasaan berpikir, kekuatan fisik, talen-ta intelektual—dalam kehidupan sekarang ini, dan berkat di masa yang akan datang, telah ditempatkan ke dalam kepemilikan kita atas harta Allah untuk digunakan dengan setia membantu orang lain. Setiap pemberian telah dimeteraikan dengan salib dan membawa citra dari Yesus Kristus. Semua hal datang dari Allah. Mulai dari hal yang terkecil sampai dengan berkat yang terbesar, semuanya mengalir kepada satu saluran—pengantaraan seorang manusia sempurna yang ditandai dengan darah yang tak ternilai harganya karena ini adalah hidup Allah di dalam Anak-Nya.IP 27.1
Sekarang tidak ada satu jiwa pun yang dapat memberikan sesuatu kepada Allah yang tidak meru-pakan milik-Nya. Renungkanlah hal ini: “Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepadaMu” (1 Tawarikh 29:14). Hal ini harus dicamkan oleh manusia ke mana pun mereka pergi—bahwa kita tidak memiliki apa pun, tidak dapat menawarkan apa pun dalam nilai, usaha, dalam iman yang tidak kita terima pertama kali dari Allah bahwa Ia tidak dapat menumpangkan tangan dan berkata, segala hal ini adalah milik-Ku pemberian dan berkat telah kuper-cayakan kepadamu, tidak untuk memperkaya dirimu, melainkan untuk pertumbuhan yang bijaksana dalam membantu dunia ini.IP 28.1