Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Menabur dalam Iman

    Dari antara pelajaran yang nyaris tak terhitung yang diajarkan dalam pelbagai proses pertumbuhan, beberapa yang paling berharga disampaikan dalam perumpamaan Juruselamat mengenai benih yang tumbuh. Pelajaran ini mengandung pelajaran bagi tua maupun muda.Pd 76.5

    “Beginilah hal kerajaan Allah itu; seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya. Lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.” Mrk 4:26-28.Pd 77.1

    Benih itu mengandung dalam dirinya suatu azas yang menghidupkan, suatu azas yang telah ditanamkan Allah sendiri; namun demikian jika dibiarkan kepada dirinya, benih itu tidak mempunyai kuasa untuk bertumbuh. Manusia mempunyai bagiannya untuk bertindak dalam meningkatkan Pertumbuhan gandum; tetapi ada titik yang di luar itu tak dapat dilakukannya sama sekali. Ia harus bergantung kepada Satu yang telah menghubungkan Penaburan dan penyabitan itu oleh rantai yang ajaib dari kemahakuasaanNya sendiri.Pd 77.2

    Ada kehidupan dalam benih itu, ada kuasa dalam tanah; tetapi kecuali kuasa ilahi dilaksanakan siang dan malam, benih itu tidak akan tumbuh. Curahan hujan harus menyegarkan ladang yang kering; matahari harus memberikan kehangatan; listrik harus disampaikan kepada benih yang ditanamkan. Kehidupan yang telah ditanamkan Khalik, dapat ditumbuhkan oleh Dia saja. Setiap benih bertumbuh, setiap tanaman berkembang, oleh kuasa Allah.Pd 77.3

    “ Benih itu ialah firman Allah.” “Sebab seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan demikianlah Tuhan Allah akan menumbuhkan kebenaran.” Luk 8:11; Yes 61:11. Seperti dalam penaburan secara alamiah, demikian pula dalam Penaburan secara rohani; kuasa satu-satunya yang dapat mengeluarkan kehidupNya yang berasal dari Allah.Pd 77.4

    Pekerjaan si penabur adalah pekerjaan iman. Rahasia pertunasan dan Pertumbuhan benih tak dapat dipahaminya; tetapi ia mempunyai keyakinan dalam alat yang dalamnya Allah menyebabkan tumbuhan untuk bertunas. Ia menabur benih berharap untuk menuai banyak dalam penuaian yang limpah. Demikianlah orang tua dan guru-guru harus bekerja, mengharapkan Penuaian dari benih yang ditaburkannya.Pd 77.5

    Untuk suatu ketika benih yang baik terletak tanpa diperhatikan dalam hati, tidak memberikan bukti bahwa ia telah berakar; tetapi kemudian, bila roh Allah menghembus dalam jiwa itu, benih yang tersembunyi itupun tumbuh dan pada akhirnya mengeluarkan buah. Dalam pekerjaan hidup kita, kita tidak tahu mana yang akan bertunas, ini atau itu. Pertanyaan itu tidak perlu kita persoalkan. “ Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari.” Pngkh 11:6. Janji Allah yang besar mengatakan bahwa “ selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai.” Kej 8:22. Dalam keyakinan terhadap janji itu tukang kebun membajak dan menabur. Kita pun harus yakin, dalam penaburan rohani, untuk bekerja, percaya akan jaminanNya: “ Demikianlah FirmanKu yang keluar dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” “Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.” Yes 55:11; Mzm 126:6.Pd 77.6

    Benih yang bertunas itu menggambarkan awal kehidupan rohani, dan perkembangan tanaman itu adalah suatu lambang perkembangan tabiat. Tidak akan ada kehidupan tanpa pertumbuhan. Tanaman itu harus bertumbuh atau mati. Sebagaimana pertumbuhannya itu diam dan tidak diketahui tetapi berkelanjutan, demikianlah pula pertumbuhan tabiat. Pada setiap tahapan perkembangan hidup kita bisa sempurna; namun jika maksud Allah bagi kita digenapi, akan ada kemajuan yang tetap.Pd 78.1

    Tanaman itu tumbuh dengan menerima apa yang disediakan Allah untuk menopang kehidupannya. Demikianlah pertumbuhan rohani diperoleh dengan kerja sama dengan alat-alat ilahi. Sebagaimana tanaman itu berakar dalam tanah, demikianlah kita harus berakar dalam Kristus. Sebagaimana tanaman itu menerima sinar matahari, embun dan hujan, demikianlah kita menerima Roh Kudus. Jika hati kita berdiam dalam Kristus, Ia akan datang kepada kita, “Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.” Mahatari Kebenaran akan menyinari kita “dengan kesembuhan pada sayapNya.” Kita akan “seperti bunga bakung.” Kita “tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti pohon anggur.” Hos 6:3; Mal 4:2; Hos 14:5, 7.Pd 78.2

    Gandum itu tumbuh, “mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya.” Mrk 4:28. Tujuan tukang kebun dalam menabur benih dan pemeliharaan tanaman, ialah untuk menghasilkan gandum-roti bagi orang yang lapar dan benih untuk tuaian mendatang. Demikianlah tukang kebun ilahi menantikan penuaian. Ia berusaha menghasilkan diriNya dalam hati dan kehidupan pengikut-pengikutNya, agar melalui mereka Ia dapat menghasilkan kembali dalam hati dan kehidupan orang lain.Pd 78.3

    Perkembangan tanaman yang pelahan-lahan semenjak benih merupakan suatu pelajaran praktis dalam pendidikan anak. “Mula-mula tangkai, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya.” Mrk 4:28. Ia yang memberikan perumpamaan ini menciptakan benih yang kecil itu, memberikannya kandungan yang sangat penting dan mengurapi hukum yang memerintah pertumbuhannya. Dan kebenaran yang diajarkan oleh perumpamaan itu menjadi suatu kenyataan dalam kehidupanNya sendiri. Ia, Yang Agung dari sorga, Raja kemuliaan, menjadi seorang bayi di Betlehem, dan untuk suatu ketika melukiskan bayi yang tidak berdaya dalam pengasuhan ibunya. Pada masa anak-anak Ia berbicara dan bertindak selaku seorang anak, menghormati orang tuaNya dan melaksanakan keinginan mereka dalam jalan yang bermanfaat. Tetapi sejak awal kecakapanNya Ia senantiasa bertumbuh dalam rahmat dan pengetahuan mengenai kebenaran.Pd 78.4

    Orang tua dan guru harus bercita-cita demikian untuk menanamkan kecenderungan orang muda yang pada setiap tahapan hidup dapat melukiskan keindahan pada masa yang tepat itu, bertumbuh secara alami, seperti tanaman di kebun.Pd 79.1

    Anak-anak kecil harus dididik dalam kesederhanaan seorang anak. Mereka harus dilatih untuk merasa puas dengan kewajiban yang kecil, menolong dan kesenangan serta pengalaman yang alamiah kepada tahun-tahun mereka. Masa anak-anak serupa dengan tangkai dalam perumpamaan, dan tangkai itu memiliki keelokan yang aneh pada dirinya sendiri. Anak-anak tidak boleh dipaksa ke dalam kematangan yang terlalu cepat, tetapi sedapat-dapatnya tetap bertahan segar dan bugar dari tahun-tahun permulaannya. Semakin tenang dan sederhana kehidupan seorang anak-semakin bebas dari kegairahan yang dangkal dan semakin harmonis dengan alamsemakin menguntungkan kesegaran fisik, mental dan kekuatan rohani.Pd 79.2

    Dalam mujizat Juruselamat memberi makan kepada lima ribu orang digambarkan pekerjaan kuasa Allah dalam menghasilkan tuaian Yesus menarik ke sisi tirai dari dunia alamiah, dan menunjukkan tenaga kreatif yang senantiasa dilaksanakan demi kebaikan kita. Dalam melipatgandakan benih yang ditabur ke dalam tanah, Dia yang melipatgandakan roti itu melakukan mujizat setiap hari. Dengan mujizatlah Dia senantiasa memberi makan jutaan orang dari ladang-ladang tuaian bumi ini. Orang dipanggil untuk bekerja sama dengan Dia dalam pemeliharaan gandum dan penyediaan roti, dan oleh sebab mereka telah kehilangan pandangan mengenai alat ilahi di dalam hal ini. KuasaNya yang bekerja itu dianggap sebagai hal yang alamiah saja atau karena usaha manusia, dan terlalu sering karuniaNya diselewengkan untuk penggunaan kepentingan diri sendiri sehingga menjadi kutuk gantinya berkat. Allah berusaha untuk mengubah semuanya itu. Ia ingin agar perasaan kita yang tumpul dihidupkan untuk melihat keramahan yang penuh pengasihanNya, agar karuniaNya kepada kita menjadi berkat seperti yang dimaksudkanNya.Pd 79.3

    Firman Allah, juga dengan hidupNya yang dikaruniakan, yang memberikan kehidupan kepada benih itu, dan dari kehidupan itu, kita, yang memakan gandum itu menjadi orang yang turut mengambil bagian. Inilah yang diinginkan Allah supaya kita perhatikan dengan seksama; Ia ingin agar di dalam menerima makanan kita sehari-hari pun kita dapat mengakui caraNya, sehingga membawa lebih dekat ke dalam persekutuan dengan Dia.Pd 80.1

    Oleh hukum Allah dalam alam, efek mengikuti sebab dengan kepastian yang tidak beragam. Penyabitan memberi kesaksian perihal penaburan. Di sini tidak ada pretensi yang ditoleransikan. Manusia dapat menipu sesamanya dan dapat menerima pujian dan imbalan untuk pelayanan yang tidak dipersembahkannya. Tetapi di alam tidak akan bisa terjadi penipuan. Pada tukang kebun yang tidak setia, tuaian merupakan hukuman. Dalam arti yang setinggi-tingginya hal ini juga benar dalam khazanah kerohanian. Dalam penampilanlah, dan bukan dalam kenyataan, yang membuat kejahatan itu berhasil. Anak yang mangkir dari sekolah, orang muda yang malas dalam pelajarannya, pegawai atau tukang yang gagal untuk melayani kepentingan majikannya, orang yang dalam usaha apapun atau profesi yang tidak jujur kepada tanggung jawabnya yang tertinggi, dapat menipu diri sendiri, bahwa selama kesalahannya tersembunyi ia memperoleh keuntungan. Tetapi sesungguhnya bukanlah demikian; ia menipu dirinya sendiri. Penuaian hidup ini ialah tabiat, dan inilah yang menentukan nasib, baik untuk kehidupan kini dan untuk kehidupan mendatang.Pd 80.2

    Penuaian merupakan suatu reproduksi dari benih yang ditabur. Setiap benih mengeluarkan buah menurut jenisnya. Demikianlah dengan tabiat yang kita rindukan. Sifat mementingkan diri, mencintai diri, menghargai diri, pemanjaan diri, menghasilkan yang serupa, dan pada akhirnya mendatangkan kerusakan dan kehancuran. “Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya; tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” Gal 6:8. Kasih, simpati dan keramahan menghasilkan buah-buah berkat, sebuah tuaian yang tidak akan binasa.Pd 80.3

    Dalam penuaian benih itu dilipatgandakan. Sebiji gandum, yang diperbanyak melalui penaburan yang berulang-ulang, akan memenuhi seluruh ladang dengan butir-butir keemasan. Demikian luasnya pengaruh dari satu kehidupan, atau mungkin dari satu tindakan.Pd 80.4

    Betapa kenangan kasih yang dihasilkan sepanjang zaman, karena kotak pualam yang dipecahkan untuk mengurapi Kristus. Betapa besar sumbangan dari pemberian yang tidak terhingga itu, oleh seorang perempuan janda yang tidak bernama, terdiri dari “dua peser, yaitu satu duit” (Mrk 12:42), demi pekerjaan Juruselamat.Pd 80.5

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents