Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Fasal 12—Dari Hal Sjak Hati

    Banjak orang, istimewa jang masih muda dalam kehidupan orang Masehi, seringkali disusahkan oleh karena kekuatiran hatinja. Bahwa adalah dalam Kitab Sutji banjak perkara jang mereka itu tidak bisa terangkan, ataupun artikan, dan Iblispun menggunakan ini buat menggojangkan pertjaja mereka itu atas Kitab Sutji sebagai suatu kenjataan darlpada Allah. Mereka bertanja dalam hati, “Bagaimanakah saja boleh mengetahui djalan jang benar ? Kalau betul Kitab Sutji perkataan Allah, bagaimanakah saja boleh bebas dari pada kekuatiran dan kesusahan-kesusahan hati ini ?”DJT 86.1

    Allah tidak pernah minta kita mempertjajai, dengan tidak memberikan kepada kita tjukup bukti atas mana pertjaja kita boleh dialaskan. SifatNja, tabiatNja, kebenaran perkataanNja semuanja sudah tentu dari segala kesaksian jang mengagumkan hati kita; maka kesaksian ini berkelimpahan adanja. Akan tetapi Allah tidak pernah djauhkan hati kita dari pada kemungkinan adanja kekuatiran. Pertjaja kita mesti teralas atas kenjataan, bukan atas pertundjukan. Orang jang suka sangsi akan mendapat kesempatan buat bersangsi; sementara orang jang sungguh-sungguh ingin hendak mengetahui kebenaran, akan mendapat banjak bukti atas mana mereka boleh alaskan pertjajanja.DJT 86.2

    Sesungguhnja mustahil sekali pikiran jang fana akan mengetahui sifat dan pekerdjaan Allah taala. Meski pikiran jang tertadjam, dan pikiran jang terpeladjar betul, Allah jang sutji tinggal djuga rahasia kepadanja. “Pada sangkamu engkau boleh menduga takdir Allahkah ? Engkau boleh mendapatikah kesempurnaan Allah jang Maha Kuasa ? Adalah tinggi Ia dari pada segala langit, maka engkau boleh berbuat apa ? Bahwa lebih dalam Ia dari pada naraka, bagaimana dapat engkau mengetahuinja ?” Ajub 11 : 7, 8.DJT 86.3

    Rasul Paul mengatakan. “Hai bagaimana limpah kekajaan dan hikmat dan pengetahuan Allah ! Bahwa tidak terduga segala hukumNja dan djalanNja pun tidak terselidik !” Rum 11 : 33. Tetapi meskipun “awan-awan dan kelam kabut adalah kelilingNja, kebenaran dan adalat itulah ketetapan arasNja.” Mazmur 97 : 2. Kita bisa mengerti sekian djauh akan perbuatanNja kepada kita, dan maksud-maksudNja, hingga kita bisa melihat tjinta jang ta’ berwatas dan kemurahan jang begitu besar dihubungkan dengan kuasa jang amat sangat. Kita bisa mengerti maksudNja sebanjak jang akan mendjadi kebaikan bagi kita; dan lebih dari pada itu kita mesti harap pada tangan jang Maha Kuasa, dan hati jang penuh dengan kasihan.DJT 86.4

    Perkataan Allah, sebagaimana sifat Tuhan jang mengatakanNja, berisi rahasia-rahasia jang tidak sekali-kali dapat dimengerti dengan sempurna oleh machluk jang fana. Bagaimana dosa masuk kedalam dunia, pendjelmaan al-Maseh, mendjadi semula kembali, kebangkitan, dan banjak perkara lain jang dinjatakan dalam Kitab Sutji, jaitu rahasia-rahasia jang terlalu dalam akan diterangkan oleh pikiran manusia, dan akan diartikan sekalipun. Akan tetapi tiadalah sebab pada kita akan menaruh sjak atas Perkataan Allah oleh sebab kita tidak mengerti segala rahasia hikmat Tuhan. Dalam dunia pun kita sering kali dikelilingi oleh rahasa-rahasia jang kita tidak bisa tahu djuga. Rupa kehidupan jang paling hina sekalipun mendjadi satu soal jang tidak bisa diterangkan oleh jang terpintar diantara orang berilmu. Dimana-mana ada keheranan jang tak bisa terduga oleh kita. Maka haruskah kita djuga tertjengang bahwa dalam perkara rohani ada djuga perkara-perkara jang ta’ dapat kita mengerti? Adapun kesusahan itu hanja teralas atas sebab kelemahan dan kependekan pikiran manusia, Allah sudah berikan kepada kita dalam Kitab Sutji tjukup bukti dari hal sifatnja jang ilahi, maka kita pun tidak patut menjangsikan perkataanNja sebab kita tidak bisa mengerti akan segala rahasia hikmatNja.DJT 87.1

    Rasul Petrus mengatakan bahwa dalam Kitab Sutji “ada beberapa perkara jang susah artinja dan jang diputar balikkan oleh orang jang tidak berpeladjaran dan tidak tentu . . . sehingga didatangkannja kebinasaan atas dirinja.” 2 Petrus 3 : 16. Maka ajat-ajat jang susah dalam Kitab Sutji telah dipegang oleh orang-orang jang tidak pertjaja akan Allah sebagai suatu kenjataan melawan Kitab Sutji; akan tetapi bertentangan dengan itu adalah ajat-ajat ini mendjadi bukti jang kuat bahwa jaitu dari Allah datangnja. Kalau Kitab Sutji tidak menuliskan hal Allah dengan djalan jang susah-susah, kalau kebesaran dan kemuliaanNja dapat dipegang oleh pikiran-pikiran manusia jang fana, maka Kitab Sutji tidak akan mendapat pengakuan jang tak boleh disangsikan lagi sebagai berasal dari surga. Kemuliaan dan rahasia jang dinjatakan Kitab Sutji, sudah tjukup menggerakkan pertjaja kepadanja sebagai perkataan Allah adanja.DJT 87.2

    Kitab Sutji membukakan kebenaran dengan terang serta ditjotjokkan betul-betul kepada keperluan dan kerinduan hati manusia, jang sudah membikin tertjengang dan menjukakan pikiran-pikiran jang paling halus, sementara dibolehkannja orang jang ta’ terpeladjar dan jang rendah akan mengetahui djalan selamat. Akan tetapi segala kebenaran jang dikatakan dengan terang ini menundjukkan hal perkara-perkara jang begitu tinggi, dan jang begitu djauh tudjuannja, dan jang begitu djauh sekali dari pengertian pikiran manusia, sehingga kita bisa terima dia hanja sebab Allah telah mengatakannja. Demikian ichtiar keselamatan d tundjukkan dengan njata-njata kepada kita, supaja tiap-tiap djiwa dapat melihat djalan jang harus ditempuhnja buat bertobat kepada Allah, dan pertjaja kepada Tuhan kita Isa al-Maseh, supaja boleh selamat dalam djalan jang Allah telah tentukan; akan tetapi dibawah segala kebenaran ini, jang begitu gampang diartikan, terletak rahasiarahasia jang menutupi kemuliaanNja — rahasia-rahasia jang melebihi kuasa pikiran waktu menjelidiknja, akan tetapi menguatkan si penuntut kebenaran jang tulus akan kebenaran dengan kehormatan dan pertjaja. Makin diselidiknja Kitab Sutji, makin dalam pula kejakinan hatinja bahwa Kitab itu perkataan Allah jang hidup adanja, dan pertimbangan manusia tunduk dihadapan kemuliaan kenjataan Allah.DJT 88.1

    Mengatakan bahwa kita tidak dapat mengerti betul akan kebenaran-kebenaran besar jang ada dalam Kitab Sutji berarti satu pengakuan bahwa pikiran jang fana ini ta’ sanggup memegang pikiran Tuhan jang ta’ berwatas; bahwa manusia dengan pengetahuan jang berwatas itu, tidak bisa mengerti akan segala maksud Allah taala.DJT 88.2

    Oleh sebab mereka itu tidak dapat menduga segala rahasia Allah, orang pura-pura dan jang tidak pertjaja akan Allah menolakkan perkataanNja; dan bukan semua orang jang mengaku pertjaja akan Kitab Sutji ada bebas dari bahaja ini. Rasul Paul berkata, “Maka ingatlah hai saudara-saudaraku, djangan barangkali dalam barang seorang diantara kamu pun ada hati jang djahat, jang tidak pertjaja, sehingga ia berpaiing dari pada Allah jang hidup.” Iberani 3 : 12. Baik kalau akan mempeladjari dengan betul hal pengadjaran-pengadjaran Kitab Sutji, dan menjelidik “perkara Allah jang dalam-dalam,” 1 Koriniti 2 : 10, seperti dinjatakan dalam Kitab Sutji. “Segala perkara jang tersembunji jaitu bagi Tuhan Allah kita, tetapi segala perkara jang dinjatakan itu bagi kitalah.” Ulangan 29 : 29. Akan tetapi adalah pekerdjaan Setan djuga memusingkan kuasa pikiran jang hendak memeriksai perkataan Allah. Ditjampurkannja kesombongan dengan pertimbangan kebenaran Kitab Sutji, supaja manusia merasa kurang sabar serta putus harap kalau mereka itu tidak blsa menerangkan tiap-tiap bagian Kitab Sutji dengan sepuas hatinja. Mereka itu merasa terlalu malu mengatakan bahwa mereka itu tidak mengerti akan perkataan Allah. Mereka itu tidak suka menantikan dengan sabar sampai Allah berkenan hendak menjatakan kebenaran itu kepadanja. Mereka merasa bahwa budinja dengan tidak ditolong sudah tjukup akan mengetahui Kitab Sutji, maka kalau mereka itu tidak bisa mengerti, dengan njata-njata disangkalnja akan kekuasaan Kitab itu. Benar, banjak pengadjaran dan pikiranpikiran jang orang sangka diambil dari Kitab Sutji, tidak beralas disitu, dan sesungguhnja berlawanan dengan bunji perkataan ilham Tuhan. Segala perkara ini telah mendjadi kesangs:an dan kebingungan kepada banjak pikiran. Akan tetapi segala pengadjaran itu tidak boleh disalahkan atas Perkataan Tuhan, melainkan kepada hal diputar-balikkannja Perkataan itu.DJT 88.3

    Kalau mungkin kiranja bagi machluk-machluk jang didjadikan Allah untuk mentjapai satu pengertian jang sempurna tentang Allah dan pekerdjaanNja, maka setelah sampai pada daradjat ini, tidak lagi gunanja mereka itu beladjar kebenaran lain-lain, dan mereka tidak bertumbuh lagi dalam pengetahuan, dan tidak lagi pula bertambah pikiran dan hati mereka itu. Allah tidak akan lebih tinggi lagi; dan manusia sesudah sampai kewatas pengetahuan dan perolehan, akan berhenti bertambah-tambah. Marilah kita mengutjapkan sjukur kepada Allah karena tidaklah demikian keadaannja. Allah maha kuasa adanja; dalam Dia “terselindung segala kekajaan hikmat dan pengetahuan.” Kolosi 2 : 3. Maka sampai selama-lamanja manusia akan senantiasa menjelidik dan mempeladjari, akan tetapi tidak pernah dapat menghabiskan peladjaran tentang budi Allah, kebaikan dan kuasaNja.DJT 89.1

    Allah berkehendak supaja dalam hidup ini sekalipun kebenaran perkataanNja akan selalu dinjatakan kepada umatNja. Hanja ada satu djalan mendapat pengetahuan ini. Kita boleh mengerti perkataan Allah hanja oleh keterangan jang diberikan oleh Roh Sutji jang olehnja perkataan itu telah diberikan. “Seorang pun tiada jang mengetahui perkara Allah, melainkan Roh Allah djuga;” “karena Roh itu memeriksai segala sesuatu, djikalau perkara Allah jang dalam-dalam sekalipun.” 1 Korinti 2 : 11, 10. Maka perdjandjian Tuhan kepada orang jang menurut Dia jaitu, “Apabila datanglah la, jaitu Roh kebenaran, Iapun akan membawa kamu kepada segala jang benar, karena Iapun akan bersabda bukan dari kehendak dirinja sendiri, melainkan barang jang didengarnja itu djuga akan dikatakannja dan Iapun akan memberi tahu kepadamu perkaraperkara jang lagi akan datang. Maka Iapun akan mempermuliakan Daku, karena Ia akan mengambilnja dari pada barang jang Aku punja, diberinja tahu kepada kamu kelak.” Jahja 16 : 13, 14.DJT 89.2

    Allah mau manusia menggunakan kuasanja jang berpikir; maka mempeladjari Kitab Sutji akan menguatkan dan mengangkat pikiran sebagaimana peladjaran lain-lain ta’ bisa buat. Akan tetapi hendaklah kita berdjaga djangan sampai mendewadewakan akal budi, jang ta’luk kepada kelemahan dan kekurangan manusia. Djikalau kita tidak mau supaja Kitab Sutji digelapkan kepada pengertian kita, sehingga kebenaran jang segampang-gampangnja tidak bisa dimengerti, kita mesti pertjaja seperti anak ketjil jang sedia akan beladjar dan meminta pertolongan Roh Sutji. Satu perasaan dari kuasa dan akal-budi Tuhan, dan kurang mampunja kita memikirkan kebesaranNja, harus menggerakkan kita dengan kerendahan, dan kita harus membukakan Firman Tuhan, sebagaimana kita akan masuk hadiratNja, dengan ketakutan sutji. Kapan kita datang kepada Kitab Sutji, akal budi mesti mengaku satu kuasa jang lebih tinggi dari pada dirinja sendiri, hati dan pikiran mesti bertaluk kepada AKU ADA jang besar itu.DJT 90.1

    Bahwa banjaklah perkara jang rupanja susah dan samarsamar, jang Allah akan djadikan terang dan mudah kepada orang-orang jang berusaha demikian hendak mengetahuinja. Akan tetapi dengan tiada pimpinan Roh Sutji, kita akan selamanja mungkin memutar-balikkan Kitab Sutji atau salah mengertikannja. Ada banjak orang membatja Kitab Sutji dengan tidak mendatangkan untung, dan seringkali mendatangkan kesusahan. Kalau perkataan Allah dibuka dengan tidak hormat atau dengan tidak permintaan doa; dan kalau pikiran dan keinginan hati tidak ditetapkan kepada Allah, atau tidak setudju dengan kehendakNja, pikiran itu digelapkan oleh kesangsian; maka dalam mempeladjari Indjil, hati jang kurang pertjaja pun makin keras. Musuh memerintahkan pikiran kita, dan diandjurkannja segala tafsiran jang tidak benar. Bila manusia tidak dengan perkataan dan perbuatan berusaha hendak bersetudju dengan Allah, meski betapa terpeladjar pun mereka itu, boleh djuga mereka tersesat dalam pengertiannja akan Kitab Sutji, dan tidaklah selamat akan mengharap pada keterangannja. Orang-orang jang menjelidik Kitab Sutji untuk mentjahari perkara-perkara jang berselisih, tidak mempunjai penglihatan rohani. Dengan pemandangan jang memang dibelok-belokkan, mereka itu akan melihat banjak sebab akan sangsi dan tidak pertjaja dalam perkara jang gampang dan jang terang.DJT 90.2

    Bagaimana pun mereka menjembunjikan hal itu, sebab jang sebetulnja dari kesangsian dan tidak pertjaja itu dalam banjak hal, adalah tjinta akan dosa. Pengadjaran dan larangan-larangan perkataan Allah tidak diterima oleh hati jang sombong dan jang mengasihi dosa, maka orang-orang jang tidak suka menurut perintah Firman itu adalah sedia menjangsikan kuasanja. Supaja boleh sampai kepada kebenaran, kita mesti ada keinginan jang tekun hendak mengetahui kebenaran dan suka akan menurutnja. Maka segala orang jang berbuat demikian dalam menjelidik Kitab Sutji, akan mendapat banjak kenjataan bahwa jaitulah Perkataan Allah, dan mereka itu boleh mendapat pengertian akan kebenarannja jang akan mendjadikan mereka berbudi kepada keselamatan.DJT 91.1

    Al-Maseh telah berkata: “Djikalau barang seorang hendak menurut kehendakNja, iapun mengetahui kelak akan pengadjaran ini.” Jahja 7 : 17. Ganti bertanja dan mentjela perkaraperkara jang engkau tidak mengerti, turutlah terang jang engkau sudah mengerti, maka engkau akan menerima terang jang lebih besar. Dengan kemurahan al-Maseh, lakukanlah tiap-tiap kewadjiban jang sudah dinjatakan kepada pengertianmu, maka engkaupun akan dapat mengerti dan melakukan perkara-perkara jang engkau sangsikan sekarang.DJT 91.2

    Bahwa adalah satu kenjataan jang terbuka kepada semua manusia, — kepada orang jang terpintar dan jang terbodoh — jaitu bukti dari pengalaman. Allah mengadjak supaja kita mengudji bagi diri kita masing-masing tentang kebenaran perkataanNja, dan kebenaran perdjandjianNja. DisuruhNja kita, “Tengoklah akan Tuhan bahwa baiklah Ia.” Mazmur 34 : 9. Ganti bergantung kepada perkataan orang lain, hendaklah kita merasai bagi diri kita sendiri. KataNja, “Pintalah maka kamu akan beroleh.” Jahja 16 : 24. Segala perdjandjianNja akan digenapkan. SabdaNja tidak pernah ta’ digenapkan; tidak sabda itu akan pernah gagal. Dan kapan kita menghampiri al-Maseh, dan bergemar dalam kesempurnaan ketjintaanNja, kesangsian dan kegelapan kita akan lenjap dalam tjahaja hadiratNja.DJT 91.3

    Rasul Paul mengatakan bahwa sudah “dilepaskanNja kita dari pada kuasa kegelapan dan dipindahkanNja kita kepada keradjaan Anaknja jang kekasih itu.” Kolosi 1 : 13. Maka tiap-tiap orang jang sudah berpindah dari kematian kepada kehidupan sanggup “memeteraikan bahwa Allah benar adanja.” Jahja 3 : 33. Dia bisa saksikan, “Saja perlu akan pertolongan, dan saja mendapatnja dalam Isa. Segala keperluan telah ditjukupkan, kelaparan djiwaku telah dikenjangkan; maka sekarang Kitab Sutji mendjadi kenjataan al-Maseh kepadaku. Bertanjakah tuan mengapa saja pertjaja akan al-Maseh ? — Sebab Ia bagiku seorang Djuru Selamat. Mengapakah saja pertjaja akan Kitab Sutji ? — Sebab telah kudapati bahwa itulah suara Allah jang berkata kepada djiwaku.” Kita boleh ada kesaksian dalam diri kita sendiri bahwa Kitab Sutji tu benar adanja, dan bahwa al-Maseh itu Anak Allah. Kita tahu bahwa bukan kita menurut tjerita bohong karangan tipu-daja.DJT 91.4

    Rasul Petrus menasihatkan saudara-saudaranja supaja “bertambah-tambah dalam karunia dan dalam pengetahuan jang dari pada Tuhan, Djuru Selamat kita Isa al-Maseh.” 2 Petrus 3 : 18. Kapan umat Allah bertambah-tambah dalam kemurahan, mereka itu akan senantiasa mendapat pengertian jang lebih terang akan perkataanNja. Mereka itu akan melihat terang jang baru dan keindahan dalam kebenaran-kebenaran jang sutji itu. Bahwa hal ini benar adanja dalam hikajat geredja dalam segala zaman, dan demikian djuga halnja sampai pada kesudahan dunia ini. “Djalan orang benar itu seperti terang padjar, makin lama, makin bertjahaja sampai kepada siang sempurna.” Amtsal Solaiman 4 : 18.DJT 92.1

    Oleh pertjaja kita boleh memandang keachirat, dan memegang perdjandjian Allah untuk pertumbuhan pikiran, kuasa pikiran manusia disatukan dengan kuasa ilahi, dan segala kuasa dihubungkan langsung dengan Pantjaran terang. Kita boleh bersuka hati bahwa segala perkara jang sudah menjusahkan kita dalam hikmat Allah akan dlterangkan pada ketika itu; perkara-perkara jang susah diartikan akan mendapat keterangannja pada ketika itu; dan dimana pikiran kita jang fana ini mendapat hanja katjau-balau dan maksud-maksud jang berpetjah-petjah, kita akan melihat persetudjuan jang sempurna dan jang sangat indahnja. “Karena sekarang kita melihat dari pada suatu tjermin akan rupa samar-samar sadja, tetapi pada masa itu kita akan memandang muka sama muka. Sekarang aku mengetahui sekerat sadja, tetapi pada masa itu aku akan mengetahui sebagaimana aku diketahui djuga.”1 Korinti 13 : 12.DJT 92.2

    *****

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents