Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Fasal 2—Keperluan Orang Berdosa

    Maka pada mulanja, Adam itu sudah dikaruniai dengan kuasa besar dan pikiran jang sempurna. Bahwa sempurnalah ia dalam tubuhnja, setudju dengan kehendak Allah. Segala kepikirannja bersih dan maksudnja sutji. Akan tetapi sebab durhakanja, kuasanja jang baik itu sudah berubah, dan ketjintaannja sudah djadi kekikiran. Oleh pelanggaran, keadaannja mendjadi begitu lemah hingga mustahil baginja, dalam kuasanja sendiri, melawan kuasa kedjahatan. Dia sudah ditawan oleh Setan dan akan tetap dibawah kuasa itu, djikalau Tuhan tidak memerlukan dan datang menolong dia. Adalah maksud Setan akan membinasakan maksud Allah dalam mendjadikan manusia, lalu memenuhi bumi ini dengan kesusahan dan tjelaka. Maka ia mau menundjuk kepada segala kesusahan dan tjelaka itu sebagai hasil pekerdjaan Allah dalam mendjadikan manusia.DJT 15.1

    Dalam keadaan jang sutji manusia dapat bertjampur gaul dengan Allah jang “dalam Dia djuga terlindung segala kekajaan hikmat dan pengetahuan.” Kolosi 2 : 3. Akan tetapi sesudah ia berdosa, ia tidak bisa djadi senang dalam kesutjian, sebab itu ia berusaha hendak menjembunjikan dirinja dari hadirat Allah. Begitu djuga keadaan hati orang jang belum dibarui, karena ia selalu berseteru dengan Allah dan tidak bisa dapat kesukaan dalam perhubungan dengan Tuhan. Orang berdosa tidak bisa senang dihadapan Tuhan, dan ia selalu undurkan dirinja dari pergaulan orang-orang sutji. Djikalau dia dibiarkan masuk kedalam surga, dia tidak akan bersuka disana. Ketjintaan dan perdamaian jang kekal ada disana tidak senangkan dirinja. Kepikiran dan kesukaannja berlainan dari kepikiran dan kesukaan orang-orang jang diam disana. Lagunja tidak akan bersetudju dengan lagu surga, dan surga akan mendjadi satu tempat siksa baginja. Tentu dia ingin sekali bersembunji dari hadapan Tuhan jang terang dan pusat dari kesukaan tempat itu. Bukan Tuhan Allah mau membuangkan orang berdosa dari dalam surga; tetapi orang berdosa tidak bisa masuk kesana sebab tidak lajak mendapat persekutuannja. Kemuliaan Tuhan Allah akan mendjadi satu api jang bernjala-njala baginja. Orang djahat akan lebih suka dibinasakan supaja ia terlindung dari wadjah al-Maseh jang sudah mati djadi Penebusnja.DJT 15.2

    Kalau dengan kuasa kita sendiri, mustahil kita bisa lepas dari keleburan dosa dimana kita sudah djatuh. Hati kita djahat, dan kita tidak bisa mengubahkannja. “Siapa gerangan dapat menerbitkan jang sutji dari pada jang nadjis ? seorang pun tidak !” “Karena kepikiran daging itulah durhaka kepada Allah sebab ta’ ta’aluk ia kebawah hukum Allah, dan lagi ta’ boleh ta’aluk djuga.” Ajub 14 : 4; Rum 8 : 7. Pendidikan, peradaban, pemerintahan kemauan hati, dan segala usaha manusia berguna dalam tempatnja masing-masing, akan tetapi dalam perkara ini segala perkara itu tidak berkuasa. Boleh djadi semuanja itu bisa menghasilkan tingkah laku jang baik setjara diluar sadja, tetapi dengan sebenarnja, dia tidak bisa mengubahkan hati; dia tidak bisa membsrsihkan pantjaran kehidupan batin. Sebelum manusia bisa mengubahkan hatinja jang djahat djadi baik dia mesti dapat kuasa dari atas jang kerdja dari dalam hati. Kuasa itu jaitu Isa al-Maseh. Kemurahan Isa sadja jang bisa bangunkan kuasa djiwa-djiwa jang lemah dan menariknja kepada Allah, kepada kesutjian. Isa bilang : “Djikalau orang tidak djadi semula” — kalau tidak menerima hati jang baharu, keinginan jang baharu, maksud jang baharu dan kesukaan-kesukaan jang baharu, jang memimpin kepada kehidupan jang baharu, — “ta’ dapat melihat ia keradjaan Allah.” Jahja 3 : 3. Pikiran jang mengatakan bahwa jang perlu hanja menumbuhkan jang baik jang terdapat dalam manusia menurut keadaan alam, ada satu perkara jang terlalu salah, dan berbahaja sekali : “Orang djasmani itu tidak menerima perkara jang dari Roh Allah, karena jaitu suatu kebodohan kepadanja, dan tidak djuga ia dapat mengerti dia.” 1 Korinti 2 : 14. “Djangan engkau heran, akan kataKu kepadamu ini : Harus kamu djadi semula.” Jahja 3 : 7. Dari hal Isa ada dituliskan : “Maka dalamNja adalah hidup dan hidup itulah terang bagi manusia,” dan “tiada djuga nama lain, jang dikaruniakan kepada ma-nusia akan mendatangkan selamat kepada kita.” Jahja 1:4: Kisah Rasul 4 : 12.DJT 16.1

    Tidak tjukup kalau tjuma mengetahui ketjintaan dan kasihan Allah dan melihat kemurahan dan sajang jang seperti bapa dari tabi’atNja. Tidak tjukup kalau tjuma tahu dari hal kebenaran dan keadilan hukumNja atau melihat bahwa hukum itu dialaskan diatas ketjintaan jang kekal. Rasul Paul sudah melihat segala perkara ini kapan dia berseru : “Mengakulah aku akan hukum itu baik adanja.” “Hukum itulah sutji dan firman itupun sutji dan benar dan baik adanja.” Akan tetapi dalam kesusahan djiwanja ditambahkannja djuga dengan perkataan ini : “Tetapi aku ini djasmani, terdjual kebawah kuasa dosa.” Rum 7 : 16, 12, 14. Dia ingin mendapat kesutjian, kebenaran, jang dalam kuasanja sendiri dia tidak ada kuat akan mendapatnja, lalu ia berseru : “Wai orang tjelaka aku ! Siapa gerangan akan melepaskan daku dari pada tubuh kematian ini ?” Rum 7 : 24. Begitulah teriak jang keluar dari mulut orang-orang jang merasa keberatan dosanja dalam segala negeri pada segala zaman. Kepada semuanja hanja ada satu penjahutan sadja. “Lihatlah Anak Dornba Allah, jang menghapuskan dosa dunia itu.” Jahja 1 : 29.DJT 16.2

    Banjak djalan-djalan sudah ditjahari oleh Ruh Sutji akan menerangkan kebenaran Allah dan terangkan itu kepada djiwa-djiwa, jang ingin mendapat kebebasan dari keberatan kesalahannja. Kapan Jakub sudah menipu abangnja, Esau, dia sudah lari dari rumah bapanja, dan merasa keberatan kesalahannja. Dia merasa sunji-senjap bertjerai dari segala perkara jang mendjadikan hidup senang. Perkara jang paling besar, jang selalu ada dalam pikirannja, jaitu kalau-kalau dosanja sudah mentjeraikan dia dari Tuhan Allah, dan Tuhan Allah sudah meninggalkan dia. Dalam susah hati, dia berbaring diatas tanah, dikelilingnja ada gunung-gunung jang sunjisenjap, diatasnja langit penuh dengan bintang-bintang. Selagi tidur, dia melihat satu terang jang lain, dimana ada satu tangga jang tingginja dari bawah sampai kegerbang surga dan diatasnja, malaikat-malaikat naik turun dan suara Allah kedengaran dengan satu kabar penghiburan dan pengharapan. Begitulah dinjatakan pada Jakub bagaimana perihal keinginan dan keperluan djiwanja akan Djuru Selamat. Dengan sukatjita dan mengutjap sjukur, Jakub lihat satu djalan, oleh jang mana dia seorang jang berdosa, bisa berhubung kembali dengan Allah. Tangga jang ‘adjaib itu mengumpamakan Isa, satu-satunja djalan perhubungan diantara Allah dengan manusia.DJT 17.1

    Ini djuga jang Isa katakan dalam pembitjaraanNja dengan Natanael apabila kataNja : “Mulai daripada sekarang ini engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat Allahpun naik turun kepada Anak manusia.” Jahja 1 : 52. Dalam hal murtad manusia mendjauhkan dirinja dari Allah; bumi sudah ditjeraikan dari surga. Antaranja ada djauh sekali dan tiada perhubungan. Akan tetapi oleh al-Maseh dunia dihubungkan lagi dengan surga. Dalam djasaNja sendiri al-Maseh hubungkan lagi pertjeraian jang terdjadi oleh karena dosa itu supaja malaikat-malaikat jang melajani boleh berhubung dengan manusia. Al-Maseh hubungkan manusia jang sudah lemah dan jang tidak berdaja lagi, dengan Awalan kuasa jang tidak ada hingganja.DJT 17.2

    Bahwa sia-sialah segala tjita-tjita manusia akan kemadjuan, dan segala usaha meninggikan manusia, djikalau mereka itu melupakan djalan pengharapan dan pertolongan jang satu itu. “Segala pemberian jang baik dan segala anugerah jang sempurna,” (Jakub 1 : 17) datang dari Allah. Perangai jang lain dari kehendak Allah bukan perangai jang baik. Djalan kepada Tuhan Allah hanja Isa al-Maseh. KataNja : “Aku inilah djalan, dan kebenaran dan hidup. Seorangpun tak boleh datang kepada Bapa melainkan oleh Aku.” Jahja 14 : 6.DJT 18.1

    Tuhan Allah tjinta kepada umatNja jang dalam dunia ini dengan ketjintaan jang lebih besar dari pada kematian. Dalam memberikan Anaknja sama kita, Dia sudah tuangkan segenap kemuliaan surga dalam satu karunia bagi manusia. Kehidupan dan kematian dan pengantaraan al-Maseh, pertolongan malaikat-malaikat, budjukan Roh Sutji, Allah bekerdja diatas dan oleh segala perkara, perhatian segala machluk surga jang tidak berhenti, semuanja dikerahkan akan djadi tebusan manusia.DJT 18.2

    Biarlah kita pikir-pikirkan korban jang begitu besar jang Tuhan sudah buat bagi kita ! Biarlah kita tjoba mengindahkan usaha, dan kekuatan jang surga sudah usahakan bagi orang jang telah sesat, akan membawa mereka kembali kerumah Bapa. Maksud jang lebih kuat dan usaha jang lebih besar tidak bisa memperbuat ini; upah besar oleh perbuatan baik, kesenangan surga, pergaulan dengan malaikat-malaikat, perhubungan dan tjinta Allah dan Anaknja, hal ditinggikan dan diluaskanNja segala kuasa kita sampai selama-lamanja, bukankah semuanja ini patut djadi pendorong jang kuat dan pengandjur jang mengadjak kita supaja memberikan hati kita dalam pekerdjaan tjinta kepada Chalik dan Djuru Selamat kita ?DJT 18.3

    Dan pada sebaliknja, hukuman jang diumumkan Allah atas dosa, pembalasan jang ta’ bisa dielakkan lagi, hal direndahkannja tabiat kita, dan kebinasaan jang kekal, sudah diterangkan dalam kitabNja untuk menasihatkan kita akan melawaa pekerdjaan Setan.DJT 18.4

    Apa kita tidak perdulikan kemurahan dan ketjintaan Allah? Apakah lagi jang Allah dapat buat ? Biarlah kita taruh diri kita dalam perhubungan jang baik dengan Dia jang mengasihi kita dengan tjinta jang ‘adjaib. Biarlah kita menggunakan kesempatan jang sudah disediakan bagi kita supaja kita boleh diubahkan mendjadi seperti Dia dan bersahabat dengan malaikat-malaikat jang berchidmat serta berhubung dengan Allah Bapa dan Anaknja, Isa al-Maseh.DJT 18.5

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents