Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Fasal 3—Pertobatan

    Bagaimanakah kita orang boleh djadi benar dengan Allah ? Bagaimanakah orang berdosa boleh didjadikan benar ? Oleh al-Maseh sadja kita boleh dirukunkan dengan Allah, dengan kesutjian; tetapi bagaimanakah kita boleh datang kepada al-Maseh buat minta kebenaran ? Banjak orang sekarang jang bertanja seperti pertanjaan orang-orang diwaktu Pantekosta, katanja “Apakah jang patut kami perbuat ?” Perkataan Petrus jang pertama jaitu “Bertobat.” Kisah 2 : 38. Pada tempoh lain tidak berapa lama sesudah itu, katanja lagi : “Hendaklah kamu bersesal dan bertobat, supaja dihapuskan segala dosamu.” Kisah 3 : 19.DJT 20.1

    Bertobat artinja bersusah karena dosa, dan mendjauhkan diri daripadanja. Kita tidak akan membuangkan dosa kalau kita tidak melihat bagaimana djahatnja dosa itu ; sebelum kita mendjauhkan dosa dalam hati kita, tidak akan ada perubahan jang betul dalam hidup.DJT 20.2

    Banjak orang salah mengerti dari hal keadaan pertobatan jang sebenarnja. Banjak orang jang bersusah hati sebab telah berdosa, dan lalu mengadakan pembaharuan setjara lahir, sebab mereka takut kalau-kalau perbuatan jang salah itu akan mendatangkan sengsara. Akan tetapi ini bukan pertobatan jang benar. Diratapkannja kesengsaraan itu, bukan dosa itu. Begitulah hal kesusahannja Esau tempoh dilihatnja hak kesulungannja sudah hilang selama-lamanja. Balhum, sebab takut melihat malaikat jang berdiri pada djalannja dengan pedang terhunus, sudah mengaku kesalahannja supaja djangan hilang njawanja; akan tetapi tidak ada pertobatan jang sungguh daripada dosa, tidak ada perubahan maksud, tidak ada kebentjian kepada kedjahatan. Judas Iskariot, sesudah menjerahkan Tu- hannja berteriak dengan keras : “Aku berdosa, sebab kuserahkan darah orang jang tidak bersalah !” Matius 27 : 4.DJT 20.3

    Pengakuan itu dipaksa keluar dari djiwanja jang bersalah itu oleh satu perasaan gentar akan kebinasaan dan dinantikannja suatu pehukuman jang hebat. Akibat jang akan djadi sama dia sebab kesalahannja, sudah membikin hatinja djadi terlalu takut, tetapi tidak ada dukatjita jang dalam dan menghantjurkan hati dalam djiwanja karena sudah menjerahkn Anak Allah dan menjangkal jang Maha Sutji orang Israil. Piraun, kapan menanggung sengsara dari pehukuman Allah, lantas mengaku dosanja, supaja ia djangan mendapat hukuman lebih djauh, tetapi sesudah dilepaskan dari hukuman, dia melawan lagi kepada kuasa Allah. Semua orang-orang jang tersebut diatas, sudah merasa takut dapat hukuman sebab dosa-dosanja, tetapi mereka tidak merasa susah karena dosa itu sendiri.DJT 21.1

    Akan tetapi apabila hati menjerah kepada pengaruh Roh Allah, angan-angan hati akan dihidupkan, dan orang berdosa itu akan melihat dalamnja dan sutjinja taurat Allah jang sutji, alasan pemerintahan Allah disurga dan dibumi. “Adapun terang benar, jang menerangi segala orang, jaitu ada datang kedalam dunia.” Jahja 1 : 9. Maka terang itulah jang menerangi sudutsudut jang gelap dalam djiwa, dan perkara-perkara jang tersembunji dalam kegelapan pun dinjatakannja. Kejakinan menggenggam pikiran dan hati. Orang berdosa itu beroleh satu perasaan akan kebenaran Allah, dan merasa gentar hendak menghadap, dalam kesalahan dan perbuatannja jang nadjis itu, dihadapan Allah jang menjelidik hati manusia. Dia melihat ketjintaan Allah, kemuliaan perhiasan jang sutji dan kesukaan kesutjian, dia kepingin supaja dirinja dibersihkan dan dihubungkan kembali dengan Allah.DJT 21.2

    Do’a radja Daud sesudah dia djatuh kedalam dosa, menjatakan keadaan penjesalan jang benar. Pertobatannja ada dengan tulus hati dan dalam. Dia tidak tjari ‘akal atau udzur buat mengurangkan kesalahannja; tidak ada keinginan hendak melepaskan dirinja dari pada hukuman jang akan djatuh atasnja; menekunkan dia dalam do’anja. Daud sudah melihat kebesaran pelanggarannja; dilihatnja kekotoran djiwanja sebab itu dia sudah bentji akan dosanja. Bukan sadja dimintanja keampunan, melainkan kesutjian hati. Dia rindu akan kesenangan kesutjian, — dirukunkan dan dihubungkan kembali dengan Allah. Bahwa inilah perkataan Daud :DJT 21.3

    “Berbahagialah orang jang telah diampuni
    salahnja dan ditudungkan dosanja !
    Berbahagialah orang jang tidak ditanggungkan Tuhan dosa atasnja,
    Dan jang tidak menaruh tipu dalam hatinja.”

    “Kasihankanlah kiranja aku, ja Allah,
    sekedar kemurahanMu;
    Dan hapuskan apalah segala durhakaku, sekedar kebenaran
    segala rahmatMu !
    Basuhkanlah aku baik-baik daripada salahku,
    Dan sutjikanlah aku daripada dosaku.
    Karena tahulah aku akan salahku,
    Dan senantiasa adalah dosaku dihadapanku
    Sutjikanlah kiranja aku daripada dosa dengan zupa,
    Maka aku akan sutji kelak ;
    Basuhkanlah aku, maka aku akan putih daripada saldju
    Djadikanlah dalam aku hati jang sutji, ja Allah,
    Dan baharuilah dalam aku roh jang teguh.
    Djangan apalah Engkau membuang aku
    dari hadapan hadiratMu,
    Dan djangan Engkau mengambil RohulkudusMu dari padaku.
    Kembalikanlah kiranja kepadaku Kesukaan
    selamat jang daripadaMu.
    Dan sokonglah akan daku dengan
    Roh jang terutama
    Lepaskanlah aku daripada hutang darah, ja Allah,
    Ja Allah, pohon selamatku,
    Maka lidahku akan memberitahu kepudjianMu.” Mazmur 32 : 1, 2; Mazmur 51 : 3-16.
    DJT 22.1

    Pertobatan jang seperti ini lebih dari pada jang kita boleh buat dengan kita sendiri; pertobatan jang begitu dapat hanja dari al-Maseh jang sudah naik keatas dan jang telah memberikan segala karunia kepada manusia.DJT 22.2

    Bahwa disinilah satu perkara dimana banjak orang sesat, dan sebab itu mereka tidak terima pertolongan jang al-Maseh ingin berikan kepadanja. Mereka pikir tidak boleh datang kepada al-Maseh sebelum bertobat; dan bahwa pertobatanlah menjediakan keampunan dosanja. Sungguh mesti bertobat dulu baru mendapat keampunan dosa, karena tjuma hati jang petjah dan hantjur sadja jang merasa keperluannja akan satu Djuru Selamat. Akan tetapi mestikah orang berdosa tunggu sampai dia telah bertobat sebelum dia boleh datang kepada al-Maseh? Adakah pertobatan mendjadi satu halangan diantara orang berdosa dengan Djuru Selamat ?DJT 22.3

    Kitab Sutji tidak adjarkan bahwa orang berdosa mesti bertobat dulu baru datang kepada al-Maseh jang mengatakan: “Marilah kepadaKu, hai segala orang jang penat dan jang menanggung berat-berat, maka Aku kelak memberi perhentian kepadamu.” Matius 11 : 28. Bahwa kebadjikan jang datang dari al-Maseh sadja jang boleh pimpin kepada pertobatan jang sungguh. Petrus sudah terangkan perkara ini dengan terang dalam pembitjaraannja kepada orang Jahudi, apabila katanja: “Maka ditinggikan Allah akan Dia dengan tangan kananNja akan Radja dan Djuru Selamat, supaja Ia mendatangkan tobat dan keampunan dosa kepada segala orang Israil.” Kisah 5:31. Kita tidak bisa bertobat kalau tiada dengan Roh al-Maseh jang menggerakkan hati kita, dan kita tidak bisa diampuni kalau tiada dengan al-Maseh.DJT 23.1

    Al-Masehlah awalan segala gerakan jang benar. Dia sadja jang bisa menanamkan perlawanan akan kedjahatan dalam hati. Tiap-tiap keinginan akan kebenaran dan kesutjian, tiap2 kejakinan tentang bagaimana berdosa keadaan kita, adalah bukti bahwa Rohnja jang bekerdja dalam hati kita.DJT 23.2

    Al-Maseh telah berkata: “Apabila Aku ini ditinggikan dari atas bumi, Aku akan menggerakkan hati orang sekalian, supaja mereka itu datang kepadaKu.” Jahja 12 : 32. Kepada orang berdosa, Isa mesti dinjatakan sebagai Djuru Selamat jang mati sebab dosa-dosa dunia; dan kapan kita melihat Domba Allah diatas kaju palang, rahasia tebusan mulai terbuka pada pikiran kita, dan kebaikan Tuhan akan memimpin kita kepada pertobatan. Oleh mati buat orang-orang berdosa, al-Maseh menjatakan ketjintaan jang sangat besar, dan kapan orang berdosa melihat ketjintaan itu, hatinja pun hantjur, pikirannja digerakkan dan kerendahan hati pun djadi dalam djiwanja.DJT 23.3

    Sungguh tempoh-tempoh manusia malu mengingat djalan-djalannja sendiri jang djahat, lalu membuangkan beberapa ‘adatnja jang djahat meskipun belum diketahuinja bahwa mereka sedang tertarik kepada al-Maseh. Tetapi kapan mereka berusaha membaharui hidupnja, digerakkan oleh keinginan jang sungguh hendak berbuat baik, maka kuasa al-Maseh sudah menarik mereka. Satu kuasa jang tidak diketahuinja bekerdja dalam djiwa; hatinja digerakkan dan perangainja pun dibaiki. Maka apabila al-Maseh panggil mereka supaja memandang kaju salib akan melihat Dia jang sudah tertikam oleh karena dosanja, maka teringatlah hati akan hukum Tuhan. Waktu itu mereka akan mengerti kedjahatan kehidupan dan dosa jang tersembunji. Kebenaran al-Maseh akan mulai dikenal olehnja, lalu berseru: “Apakah dosa, hingga perlu persembahan jang begitu besar akan menebus orang-orang jang berbuat dosa itu? Apakah segala ketjintaan, kesusahan, sengsara dan kehinaan ini dituntut supaja orang berdosa djangan binasa melainkan mendapat hidup jang kekal ?”DJT 23.4

    Orang berdosa boleh djadi menolak ketjintaan ini dan tidak mau ditarik kepada al-Maseh, tetapi djikalau tidak ditolakkannja, dia akan tertarik kepada al-Maseh. Pengetahuan maksud Allah akan menjelamatkan manusia, akan memimpin dia kebawah kaju salib dalam pertobatan dari segala dosanja jang sudah mendatangkan sengsara jang begitu besar atas Anak Allah jang kekasih itu.DJT 24.1

    Pikiran Allah jang bekerdja dalam kedjadian. berkata-kata djuga kepada hati manusia, dan menerbitkan keinginan akan perkara jang mereka tidak mempunjai. Perkara-perkara dunia tidak bisa memuaskan keinginannja. Roh Allah membudjuk mereka supaja mentjari perkara-perkara jang bisa memberi perdamaian dan perhentian — rahmat al-Maseh, kesukaan dalam kesutjian. Oleh kuasa jang kelihatan dan jang tidak kelihatan, Djuru Selamat kita selalu bekerdja hendak menarik hati manusia dari kesukaan-kesukaan dosa jang tidak bisa memuaskan hati, kepada berkat jang tidak terhitung jang mereka boieh dapat pada Tuhan. Kepada segala orang jang mentjari dengan sia-sia hendak minum dari kesukaan-kesukaan dunia, Allah berseru: “Biar orang jang berdahaga itupun datang hampir dan barang siapa jang hendak biar diambilnja air alhajat itu dengan tiada bajaran.” Wahju 22 : 17.DJT 24.2

    Engkau jang rindu akan perkara-perkara jang lebih baik dari pada jang biasa diberikan oleh dunia, mengenal kerinduan ini sebagai suara Allah kepada djiwamu. Mintalah kepada Tuhan supaja Dia memberikan pertobatan kepadamu, menjatakan al-Maseh kepadamu dalam ketjintaanNja jang tidak terduga, dan dalam kesutjianNja jang sempurna. Dalam kehidupan Djuru Selamat kita, azas-azas hukum Allah — tjinta kepada Allah dan tjinta kepada manusia — diterangkan dengan njatanjata. Kemurahan dan ketjintaan jang sempurna, itulah kehidupan djiwaNja. Adalah sementara kita memandang kepadaNja, ketika terang dari Djuruselamat menerangi kita, jang kita melihat babwa hati kita penuh dengan dosa-dosa jang sangat tjemar.DJT 24.3

    Barangkali kita pudji-pudji diri seperti Nikodemus, bahwa kehidupan kita benar dan tingkah laku kita baik, serta kita pikir bahwa tidak perlu merendahkan diri dihadapan Tuhan Allah seperti orang lain jang berdosa; akan tetapi kapan terang al-Maseh memantjar kedalam hati, kita akan melihat betapa tjemar keadaan kita; kita akan melihat maksud kita jang kikir dan perlawanan kita, jang sudah mengotorkan segala perbuatan kita dihadapan Allah. Maka kita akan tahu bahwa sesungguhnja kebenaran kita ada seperti kain buruk jang sangat kotor, dan tjuma darah al-Maseh sadja jang bisa membersihkan kita dari pada segala ketjemaran dosa, dan membarui hati kita dalam teladan Tuhan sendiri.DJT 24.4

    Satu sinar kemuliaan Allah dan satu terang dari kesutjian al-Maseh jang masuk kedalam djiwa membikin segala tjatjat ketjemaran itu dengan njata betul dan membukakan segala keburukan dan kekurangan tabiat manusia dengan terang sekali. Dinjatakannja keinginan-keinginan jang djahat, hati jang kurang pertjaja, bahkan segala kekotoran bibir. Perbuatan orang berdosa dalam melanggar hukum Allah dinjatakan pada pemandangannja, dan rohnja merasa luka dan susah dibawah pengaruh jang tadjam dari Roh Allah. Dibentjinja akan dirinja sendiri sementara dilihatnja tabiat al-Maseh jang sutji dan bersih.DJT 25.1

    Kapan nabi Daniel melihat kemuliaan jang mengelilingi suruhan surga jang diutus kepadanja, ia merasa kelemahan dan kenadjisannja. Dalam melukiskan pemandangannja, katanja: “Maka tidak bergaja lagi aku dan mukakupun putjat lesi dan tidak aku bersemangat lagi.” Daniel 10 : 8. Hati jang sudah didjamah seperti ini, akan membentji kekikiran jang ada padanja, bentji tjinta diri sendiri, lalu dengan kebenaran al-Maseh ditjaharinja kesutjian jang bersetudju dengan hukum Allah dan kelakuan al-Maseh.DJT 25.2

    Kata rasul Paul, “akan hal kebenaran jang dalam torat” — kalau mengingat perbuatan setjara lahir sadja — adalah ia tidak “berketjelaan,” Pilipi 3:6; tetapi apabila sifat kerohanian torat itu dipandang, ia mengaku diri seorang berdosa. Menurut huruf torat sebagaimana manusia akan menimbang kehidupan lachir, ia bersih dari dosa; tetapi waktu ia memandang kepada dalamnja perintah torat jang sutji itu, ia melihat diri sebagaimana Tuhan Allah sudah melihat dia, maka Paul merendahkan diri serta mengaku dosanja. Katanja : “Maka dahulu aku hidup dengan tiada hukum, tetapi setelah datang hukum itu dosapun hidup pula, tetapi aku mati.” Rum 7 : 9. Pada waktu dia mengertikan kerohanian torat dengan betul, dosa kelihatan dalam kekedjiannja jang sebenarnja maka segala kemegahan diri sudah hilang.DJT 25.3

    Maka Allah tiada menghitungkan segala dosa dengan sama rata besarnja. Sebagaimana manusia ada membikin perbedaan, begitu Allah hitung djuga. Tetapi meskipun dosa terhitung ketjil dalam fikiran manusia, tidak ada dosa jang ketjil dihadapan Allah. Timbangan manusia berat sebelah dan kurang sempurna, akan tetapi Allah menimbang segala perkara sebagaimana betul adanja. Seorang mabuk dihinakan serta dibilang jang dia tiada masuk surga, tetapi kesombongan, kekikiran dan keiobaan, dibiarkan sadja. Maka dosa-dosa ini sangatlah dibentji oleh Allah, sebab itu melawan tabiatNja jang maha-murah. Barang siapa jang djatuh dalam dosa besar, boleh merasa malu dan mentjari pertolongan dari al-Maseh, tetapi kesombongan tidak merasa keperluan itu, dan menutup hati bagi Djuru Selamat dan segala berkat jang Dia mau berikan.DJT 26.1

    Pemungut tjukai jang meminta doa itu dengan berkata, “Ja Allah ! kasihankanlah aku, seorang jang berdosa!” (Lukas 18 : 13), mengetahui bahwa dia seorang jang amat djahat, sama seperti orang lain djuga memandang sama dia; akan tetapi dia merasa hal keperluannja, dan dengan pikulan kedjahatan dan kehinaannja, dia datang menghadap Tuhan serta memohonkan kasihan daripadaNja. Hatinja terbuka akan Roh Sutji jang mau bekerdja hendak melepaskan dia dari kuasa dosa. Tetapi do’a orang Farisi jang begitu sombong dan membenarkan diri itu, menundjukkan bahwa hatinja ada tertutup bagi pekerdjaan R.oh Sutji. Maka oleh sebab djauh daripada Allah, dia tidak merasa bahwa dirinja tjemar adanja, berlawanan dengan kesempurnaan kesutjian surga. Dia tidak merasa keperluan apa-apa, maka dia pun tidak menerima apa-apa.DJT 26.2

    Kalau engkau merasa akan kedosaanmu, djangan tunggu sampai merasa engkau sudah djadi orang jang lebih baik. Berapa banjak orang jang pikir bahwa mereka tidak lajak datang kepada al-Maseh. Apakah engkau pikir bahwa engkau bisa membikin diri djadi lebih baik oleh usaha sendiri ? “Bolehkah seorang Kusji menukar kulit tubuhnja atau harimau berubah belang-belangnja ? Demikian pun manakah boleh kamu berbuat baik, kamu jang memang beladjar berbuat djahat!” Jeremia 13 : 23. Tjuma dalam Allah sadja kita bisa dapat pertolongan. Kita mesti djangan tunggu sampai budjukanbudjukan jang lebih keras, kesempatan-kesempatan jang lebih baik, atau perangai jang lebih sutji. Kita tidak bisa berbuat apa-apa jang baik oleh diri sendiri. Kita mesti datang kepada al-Maseh sebagaimana kita ada.DJT 26.3

    Akan tetapi djangan seorang menipu dirinja dengan memikirkan bahwa Allah dalam kemurahanNja dan ketjintaanNja, masih mau menjelamatkan manusia meskipun mereka menolakkan kemurahanNja. Kedjahatan dosa boleh diketahui oleh melihat kematian al-Maseh diatas kaju palang. Kapan orang kata Allah terlalu baik akan membuangkan orang berdosa, biarlah ia melihat kekaju salib. Adalah karena tidak ada lain djalan dengan mana manusia bisa diselamatkan, karena kalau dengan tiada pengorbanan Anaknja, mustahil manusia bisa lepas dari kuasa dosa, dan dihubungkan kembali dengan machluk-machluk jang sutji, — mustahil bisa dapat kehidupan rohani — itulah sebabnja al-Maseh sudah angkat atas diriNja dosa manusia, dan menanggung sengsara ganti orang-orang berdosa. Ketjintaan, kematian dan penanggungan Anak Allah, semuanja menjaksikan bagaimana hebat dan djahat adanja dosa itu, dan menjatakan bahwa tiada kelepasan dari kuasanja, tiada pengharapan akan kehidupan jang lebih tinggi, ketjuali oleh menjerahkan djiwa kepada al-Maseh.DJT 26.4

    Orang-orang berdosa kerapkali ma’afkan dirinja oleh mentjelakan orang-orang jang mengaku dirinja orang Masehi. Kata mereka : “Kebaikan saja sama djuga dengan kebaikan mereka. Tidak mereka lebih menjangkal diri, lebih sabar atau lebih berhati-hati dalam kelakuannja dari pada saja. Mereka suka plesir dan memboros sama seperti saja.” Dengan begitu diambilnja kesalahan orang lain akan ma’afkan dirinja dari pada berbuat kewadjibannja. Akan tetapi dosa dan kesalahan orang lain tidak ma’afkan siapa sadja; sebab Tuhan tidak tundjuk teladan jang sesat dan jang kurang sempurna bagi kita. Isa al-Maseh, jang tidak berketjelaan, sudah berikan kepada kita satu teladan, maka orang-orang jang bersungutsungut sebab perdjalanan salah dari orang-orang jang mengaku dirinja orang Masehi, patut menundjukkan kehidupan jang lebih baik dan teladan jang lebih sempurna. Djikalau mereka memandang begitu tinggi tentang bagaimana wadjib hidupnja orang Masehi, bukankah dosanja ada lebih besar ? Mereka tahu kebenaran, tetapi tidak mau membuatnja.DJT 27.1

    Djaga baik-baik supaja djangan bertangguh. Djangan lalai dalam usaha membuangkan dosa-dosamu, dan mentjahari kesutjian hati oleh berkat al-Maseh. Dalam perkara ini beriburibu orang tersesat dan hilang pengharapan jang kekal. Saja tidak akan tundjukkan disini bagaimana pendek dan kurang tentunja kehidupan manusia; akan tetapi ada satu bahaja besar, satu bahaja jang semua orang kurang insjaf, jaitu lalai berserah kepada gerakan Roh Allah jang Sutji, oleh lebih suka hidup dalam dosa; karena demikianlah adanja kelalaian ini jang sebenarnja. Berapa ketjilpun satu dosa dikirakan, djika- lau selalu diperbuat, kesudahannja akan menghilangkan djiwa. Apa jang kita tidak kalahkan, akan mengalahkan kita, dan mendatangkan kebinasaan kita sendiri.DJT 27.2

    Sangkaan Adam dan Hawa, bahwa memakan buah larangan itu ada satu perkara ketjil, dan tentu tidak akan mendatangkan kesusahan jang begitu besar seperti jang Tuhan sudah katakan. Akan tetapi dalam pelanggaran jang disangka ketjil itu, mereka sudah melanggar hukum Allah jang sutji, dan jang sekali-kali tidak akan diubahkan, maka perbuatan itu sudah mentjeraikan manusia dari Tuhan, dan membukakan pintu kematian dan tjelaka kepada dunia ini. Berabad-abad tangis dan ratap jang mengeluh selalu naik dari dunia ini, dan segenap kedjadian menanggung kesakitan sebab dosa manusia. Surga djuapun merasa akibatnja durhaka manusia kepada Tuhan. Salib al-Maseh mendjadi satu peringatan, betapa besarnja korban jang sudah disembelihkan buat membajar pelanggaran atas hukum jang sutji itu. Djangan kita kirakan dosa seperti satu perkara jang ringan.DJT 28.1

    Tiap-tiap pelanggaran, tiap-tiap kasihan al-Maseh jang ditolakkan, akan kembali nanti atas dirimu; dan perbuatan itu mengeraskan angan-angan hati, merusakkan kemauan, mematikan pengertian, dan bukan sadja membikin engkau kurang ingin berserah, akan tetapi djuga membikin lebih tidak sanggup menjerah kepada budjukan jang lemah-lembut dari Roh Allah jang sutji.DJT 28.2

    Banjak orang mendiamkan pergerakan angan-angan hati oleh memikirkan bahwa mereka bisa ubahkan djalannja kapan sadja mereka suka, dan dipermain-mainkannja panggilan dalam kasihan Allah, meskipun berulang-ulang digerakkan dalam hatinja. Mereka pikir bahwa sesudah berbuat perkara-perkara jang berlawanan dengan Roh kemurahan, sesudah menjerahkan dirinja dan segala kuasanja kepada Setan, dalam waktu pentjobaan jang luar biasa boleh mereka ubahkan djalannja. Akan tetapi perkara ini bukan gampang dibuat. Segala pengalaman dan peladjaran sepandjang umur hidup sudah merupakan tabiat begitu rupa, sehingga hanja sedikit sadja jang mau menerima teladan dan rupa al-Maseh.DJT 28.3

    Meskipun satu tabi’at jang salah atau satu keinginan jang djahat kalau selalu dibuat, achirnja akan merusakkan kuasa kebenaran indjil dalam diri. Tiap-tiap perbuatan djahat menguatkan perasaan durhaka kepada Allah. Orang jang menjatakan kekerasan kelakuan seperti orang kafir, atau pendirian jang tidak perduli sama kebenaran jang dari surga, hanja menjabit jang dulu ditanam olehnja sendiri. Dalam segenap Kitab Sutji tidak ada satu amaran terhadap bermain-main dengan dosa jang begitu keras ditegaskan seperti perkataan radja Solaiman jang mengatakan bahwa orang jang djahat itu “akan terikat oleh tali dosanja sendiri.” Amtsal Solaiman 5 : 22.DJT 28.4

    Al-Maseh ada sedia akan melepaskan kita dari dosa, akan tetapi Dia tidak paksa kemauan kita; dan kalau kita selalu melanggar, kemauan itu dikeraskan dalam kedjahatan, dan kita tidak ingin akan dibebaskan, djika kita tidak m a u menerima kemurahanNja, apakah lagi jang Dia boleh buat ? Kita binasakan diri sendiri oleh selalu menolakkan ketjintaanNja. “Maka sesungguhnja, sekarang inilah ketika jang senang bahwasanja sekarang inilah hari selamat.” “Pada hari ini serta kamu mendengar suaraNja, djangan kamu mengeraskan hatimu.” 2 Korinti 6:2; Iberani 3 : 7, 8.DJT 29.1

    ,.Manusia memandang barang jang dihadapan mata sadja, tetapi Tuhan menilik sampai kedalam batin” 1 Semuil 16 : 7, hati manusia dengan segala tjita-tjitanja jang bertentangan akan kesukaan dan kesusahan, hati jang mengembara dan sesat, tempat kediaman ketjemaran dan tipu daja. Tuhan tahu segala gerakan, tudjuan dan maksud-maksudnja. Pergilah kepada Tuhan dengan djiwamu jang tjemar sebagaimana adanja. Seperti Radja Daud, bukakan bilik-bilik hatimu dihadapan Tuhan jang melihat segala perkara, dan bilang: “Selidiklah akan daku, ja Allah, ketahuilah akan hatiku, udjilah akan daku dan ketahuilah akan segala kepikiranku. Dan lihatlah kiranja kalau padaku ada suatu djalan tjelaka, dan pimpin apalah aku pada djalan keachirat.” Mazmur 139 : 23, 24.DJT 29.2

    Banjak orang, beragama dalam pikirannja sadja, memakai rupa peribadatan, sedang hatinja tidak dibersihkan. Biarlah perkataan ini mendjadi do’amu: “Djadikanlah dalam aku hati jang sutji, ja Allah, dan baharuilah kiranja dalam aku Roh jang teguh.” Mazmur 51 : 12. Berlakulah djudjur terhadap djiwamu sendiri. Biarlah engkau sama tulus dan sungguh hati seperti djikalau djiwamu jang fana ini diantjam bahaja maut. Bahwa inilah perkara jang harus diselesaikan diantara Allah dengan djiwamu sendiri, diselesaikan untuk selama-lamanja. Pengharapan jang disangka-sangka sadja, dan tidak lebih, akan membawa kebinasaanmu.DJT 29.3

    Peladjarilah perkataan Allah dengan meminta do’a. Perkataan itu menghadapkan kepadamu dalam taurat dan dalam kehidupan al-Maseh, azas-azas kesutjian jang benar. Dengan tiada penjutjian “seorang djuapun ta’ dapat melihat Tuhan.” Iberani 12 : 14. Perkataan Allah menempelak dosa dan tundjukkan djalan selamat dengan terang. Dengar baik-baik akan segala jang dikatakannja sama seperti Allah sendiri berkata kepada djiwamu.DJT 29.4

    Kapan engkau melihat kedjahatan dosa, kapan engkau memandang dirimu sebagaimana adanja, djangan putus harap. Tuhan Isa sudah datang akan menjelamatkan orang berdosa. Kita tidak merukunkan Allah kepada kita, akan tetapi — “kasih jang ‘adjaib!” — “Dalam al-Maseh adalah Allah memperdamaikan isi dunia ini dengan diriNja.” 2 Korinti 5 : 19. DibudjukNja dengan ketjintaanNja akan anak-anakNja jang sesat. Tidak ada ibu bapa jang begitu sabar dengan kesalahan anak-anaknja, seperti Bapa kita sabarkan orang-orang jang Dia berusaha hendak menjelamatkan. Tiada seorang manusia dapat membudjuk lebih lembut kepada orang jang berdosa. Tiada bibir manusia pernah mentjurahkan budjukan jang lebih lem-but kepada orang jang sesat daripada Dia. Segala perdjandjianNja, amaranNja, semuanja kenjataan ketjintaanNja jang tidak terkatakan.DJT 30.1

    Apabila Setan datang dan berkata bahwa engkau seorang berdosa, pandanglah kepada Djuru Selamatmu dan bitjara dari hal djasaNja. Sesuatu jang akan menolong engkau jaitu melihat kepada terangNja. Aku dosamu, akan tetapi katakan kepada musuhmu bahwa “al-Maseh Isa telah datang kedalam dunia akan memberi selamat kepada orang jang berdosa,” 1 Timotius 1 : 15, dan engkau boleh diselamatkan oleh tjintaNja jang tidak terduga. Isa sudah bertanja kepada Simon dari hal dua orang jang berhutang. Seorang berhutang kepada tuannja tidak berapa banjak, dan jang seorang lagi berhutang banjak sekali; akan tetapi tuan itu selesaikan hutang keduanja, lalu Isa bertanja sama Simon, siapa diantara kedua orang itu jang lebih mengasihi tuannja? Simon menjahut: “Orang itu djuga jang lebih diampuninja.” Lukas 7 : 43. Kita semua orang berdosa besar, akan tetapi Isa sudah mati supaja kita boleh diampuni. Djasa pengorbanan djiwaNja sudah tjukup menghadapkan kita dihadirat Tuhan. Orang-orang jang sudah diampuniNja paling banjak, akan mengasihi Dia paling banjak, dan akan berdiri paling dekat kepada tachtaNja untuk memudji Dia sebab ketjintaanNja jang begitu besar dan sebab korbanNja jang ta’ terduga itu. Kapan kita mengerti ketjintaan Allah dengan segenap-genapnja, kita akan kenal kedjahatannja dosa. Kapan kita lihat kebesaran perhubungan jang diadakan bagi kita, dan kapan kita mengerti persembahan jang besar jang al-Maseh sudah buat guna kita, hati kita akan dihantjurkan dengan rawan hati dan penjesalan.DJT 30.2

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents