Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Berbagai Amanat Kepada Orang<sup>2</sup> Muda - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    FASAL 44—PENJANGKALAN DIRI

    Isa mengosongkan diriNja sendiri, dan didalam segala perkara jang dibuatNja, diri itu tidak kelihatan. Dia menaalukkan segala perkara kepada kehendak Bapanja. Pada waktu pekerdjaanNja dalam dunia sudah hampir selesai, Dia dapat berkata, “Telah Kupermuliakan Dikau diatas bumi dan Kusampaikan pekerdjaan jang Kau berikan kepadaKu akan dikerdjakan.” Dan Dia perintahkan pada kita “Beladjarlah padaKu, karena Aku ini lembut dan rendah hati.” “Kalau barang seorang mau mengikut Aku, hendaklah ia menjangkal dirinja”; biarlah diri itu diturunkan dari atas tachtanja, dan tidak lagi memerintahkan djiwa.AOM 159.1

    Barang siapa jang memandang al-Maseh dalam penjangkalanNja akan diriNja, kelembutan dan kerendahan hatiNja, akan terpaksa mengatakan, “Mukaku pun putjat lesu dan tidak aku bersemangat lagi”. . . . Sifat manusia itu selalu berdjuang hendak dikemukakan, siap sedia hendak bertempur; akan tetapi barang siapa jang beladjar tentang al-Maseh, adalah dikosongkan tentang dirinja, kesombongan, tjinta akan kedudukan jang lebih tinggi, dan adalah kesunjian dalam djiwa. Diri berserahlah kepada kegunaan menurut kehendak Roh Sutji. Lantas kita pun tidak rindu lagi hendak mendapat kedudukan jang paling tinggi. Kita tidak lagi mempunjai keinginan hati tinggi hendak mendorongkan diri supaja mendapat perhatian; melainkan kita merasa bahwa tempat kedudukan kita jang tertinggi adalah dekat kaki Djuru Selamat kita. Kita memandang kepada Isa, menunggu pimpinan tanganNja, mendengarkan suaraNja jang memimpin. Rasul Paul mendapat pengalaman ini, lalu katanja, “Bahwa telah aku dipalangkan dengan al-Maseh, maka bukan lagi aku jang hidup, melainkan al-Maseh djuga jang hidup dalam aku; maka adapun hidupku dalam daging sekarang ini, jaitu sebab aku hidup oleh pertjaja akan Anak Allah, jang kasih akan daku dan menjerahkan diriNja karena aku.” — “Thoughts from the Mount of Blessing,” hal. 30,.31.AOM 159.2

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents