Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Untuk Organ Jang Tak Berpengalaman

    Saja lihat, ada orang jang belum insjaf benar akan keperluan kebenaran itu ataupun akan pengaruhnja, maka bertindak karena dorongan hati atau perasaan jang timbul sebentar, mereka menurut perasaannja dengan tak meng¬indahkan peraturan sidang. Orang jang begitu seolah-olah berpikir bahwa agama itu ialah terutama mengadakan gembar-gembor. Beberapa orang jang baru sadja menerima kebenaran pekabaran tiga malaekat sudah sedia menegor dan mengadjar orang jang telah teralas dalam kebenaran itu bertahun-tahun lamanja dan telah menanggung seng¬sara karenanja dan telah merasa kuasanja jang menjutjikan itu. Mereka jang telah begitu dibongakkan oleh musuh itu, masih harus merasa pengaruh jang menjutjikan dari kebenaran itu dan memperoleh keinsjafan bagaimana mereka didapat kebenaran itu, — “tjelaka dan malang dan miskin dan buta dan telandjang.” Bilamana kebenaran itu mulai membersihkan mereka dan buangkan segala sanga dan timah, hal mana nistjaja mesti djadi bila mereka menjambut kebenaran itu dalam kasih, maka orang jang telah melakukan pekerdjaan ini bagi dia tidak akan merasa bahwa dia kaja dan bertambah kaja serta tidak berkekurangan.TP 146.1

    Orang2 jang mengaku kebenaran itu dan menjangka bahwa telah diketahuinja semuanja, sebelum dipeladjarinja azas2 jang pertama, lalu berani mengambil tempat guru2 serta menegor orang2 jang telah bertahun-tahun menurut kebenaran itu dengan setiawan, dengan njata menundjukkan bahwa mereka tidak ada pengertian akan kebenaran itu dan djuga tak tahu akan pengaruhnja; karena kalau mereka ada tahu kuasa jang menjutjikan itu, nistjaja mereka akan mengeluarkan buah2 kebenaran dan mendjadi orang2 jang lemah lembut dibawah pengaruh kebenaran jang manis dan berkuasa itu . . . . Mereka akan mengeuarkan buah2 untuk kemuliaan Allah, dan mengerti apa jeng telah diperbuat oleh kebenaran itu baginja dan kira-kan orang lain lebih baik dari dirinja.TP 146.2

    Saja lihat bahwa umat jang sisa itu tidak sedia menghadapi apa jang akan datang kedunia ini. Kebebalan seperti ketiduran seolah-olah hinggap atas pikiran kebanjakan diantara orang2 jang mengaku pertjaja bahwa pada kita ada pekabaran jang terachir. Malaekat pengawal saja itu berseru dengan suara jang sungguh2 dan dahsjat, “Bersiap! Bersiap! Bersiap! Karena amarah Allah jang hebat itu lekas datang. MurkaNja itu akan ditjurahkan dengan tidak bertjampur kemurahan, dan engkau belum bersiap. Kojakkanlah hati, dan bukan pakaian Satu pekerdjaan besar mesti diperbuat untuk umat jang sisa itu. Banjak dari mereka jang pikirannja dipenuhi dengan pentjobaan2 ketjil.” Kata malaekat itu, “Banjak malaekat2 djahat ada kelilingmu, dan sedang berusaha buat memasukkan kegelapan kepadamu supaja engkau terdjerat dan tertawan. Engkau membiarkan pikiranmu terlalu gampang disimpangkan dari pekerdjaan persiapan dan dari segala kebe¬naran jang maha penting untuk zaman penghabisan ini. Dan engkau memikir-mikirkan tjobaan ketjil2 dan membahas tetek-bengeknja sampai memuaskan hati orang ini atau itu.” Pembitjaraan diperpandjang sampai berdjamdjam lamanja antara kedua belah fihak jang bersangkutan, dan bukan waktu mereka sadja sia2 terbuang, tetapi hamba2 Allah telah tertahan untuk mendengar mereka, sedang hati kedua belah fihak tidak dilembutkan oleh kemurahan. Bila tinggi hati dan tamaha tadinja dikesampingkan, lima menit sudah tjukup buat membereskan kebanjakan kesusahan. Malaekat2 Tuhan telah mendjadi djengkel dan Allah tak senang sebab waktu ber-djam2 lamanja jang dipakai untuk membenarkan diri. Saja lihat bahwa Tuhan tidak mau berkenan dan mendengar perkataan membenarkan diri jang pandjang2 dan Ia djuga tidak suka hamba2Nja berbuat demikian, dan dengan djalan begitu, terbuanglah waktu jang indah2, jang seharusnja dipakai buat menundjukkan kepada pelanggar2 kesalahan mereka dan menjentak djiwa2 dari api.TP 147.1

    Saja lihat bahwa umat Allah ada pada daerah berbahaja, dan beberapa telah kehilangan hampir semua perasaan tentang singkatnja waktu jang tinggal dan harganja djiwa. Tinggi hati telah menjelundup kedalam orang pemelihara hari Sabat, — tinggi hati dalam pakaian dan rupa. Kata malaekat itu, “Orang2 pemelihara hari Sabat harus mati kepada diri, mati kepada kesombongan dan tjinta akan pudjian.”TP 148.1

    Kebenaran, kebenaran jang menjelamatkan haruslah diberikan kepada orang jang mati kelaparan dalam kegelapan. Saja lihat bahwa banjak jang minta kepada Tuhan, supaja mereka direndahkan; tetapi bila Allah mau mendjawab permintaan mereka, itu akan djadi oleh perkara2 hebat dalam kebenaran. Adalah kewadjiban mereka buat merendahkan dirinja . . . . Saja lihat, bila tinggi hati dibiarkan masuk, pasti akan disesatkannja djiwa2, dan bila tidak dikalahkan nistjaja itu mendjadi tjelaka mereka sendiri. Bila seorang mulai merasa dirinja tinggi dalam pemandangannja, dan pikir ia dapat perbuat apa2, Roh Tuhanpun ditarik dari padanja, dan orang itupun djalan dalam kuasanja sendiri sampai dia djatuh. Saja lihat bahwa seorang orang saleh, bila dia benar, dapat menggerakkan tangan Allah; tetapi biarpun orang banjak bersamasama, bila mereka salah, akan lemah dan tak dapat perbuat suatu apa.TP 148.2

    Banjak orang jang mempunjai hati jang tidak ditalukkan dan direndahkan serta berpikir lebih banjak tentang kesusahan dan pentjobaan jang ketjil2 dari mereka sendiri daripada djiwa orang berdosa. Djikalau mereka selalu ingat kemulian Allah, nistjaja mereka akan ada perasaan terhadap djiwa2 jang hendak binasa sekelilingnja, maka bila mereka insjaf akan keadaan mereka jang amat berbahaja itu, merekapun akan bekerdja dengan semangat sambil pertjaja kepada Allah dan mengangkat tangan hamba2 Allah keatas, supaja mereka dengan beraninja tetapi dengan tjinta menjiarkan kebenaran itu dan adjak orang menerimanja sebelum panggilan kemurahan jang merdu bunjinja itu kelak lalu. Kata malaekat itu; “Mreeka, jang mengaku namaNja tidak sedia.” Saja lihat bahwa bela jang tudjuh itu hendak datang atas kepala orang2 durdjana jang tidak mempunjai perlin¬dungan; dan kemudian orang jang meng-halang2i mereka itu akan mendengar perkataan penjesalan dari orang2 berdosa, dan hati mereka pun hantjurlah didalam dirinja.TP 148.3

    Maka kata malaekat itu, “Kamu telah merimbit atas tetek-bengek — mengusahkan diri karena pentjobaan ketjil2 — dan orang2 berdosa mesti binasa sebagai akibatnja.” Allah adalah rela bekerdja untuk kita dalam kumpulan2 kita dan memang sukalah Dia bekerdja. Tetapi Setan berkata, “Saja akan halangi pekerdjaan itu.” Kaki tangannja itu berkata, “Amin.” Orang2 jang mengaku pertjaja kepada kebenaran itu merimbit atas segala pentjobaan dan kesukaran jang ketjil2, jang telah di-besar2kan oleh Setan dalam pemandangan mereka itu. Waktu dibuang dengan pertjuma dan tidak akan pernah diperoleh kembali. Musuh2 kebenaran telah melihat kelemahan kita, Allah telah disusahkan, Kristus dilukai. Tudjuan Setan tertjapai, rentjananja berhasil dan ia ber-megah2.TP 149.1

    ——————

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents