Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Para Nabi Dan Raja - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    37 - Ditawan Ke Babel

    PADA tahun kesembilan pemerintahan Zedekia “datanglah Nebukadnezar, raja Babel, dengan segala tentaranya menyerang Yerusalem,” dan mengepung kota itu. 2 Raja-raja 25:1. Dalam pandangan Yehuda sudah tidak mempunyai pengharapan. “Lihat, Aku akan menjadi lawanmu,” Tuhan sendiri berfirman melalui Yehezkiel. “Aku, Tuhan, mencabut pedang-Ku dari sarungnya, sehingga tidak akan kembali lagi ke situ. . . setiap hati akan menjadi tawar dan semua tangan menjadi lemah lesu, segala semangat menghilang, dan semua orang terkencing ketakutan.” “Aku akan mencurahkan geram-Ku atasmu dan menyemburkan api murka-Ku kepadamu dan menyerahkan engkau ke dalam tangan orang-orang dungu, yang menimbulkan kemusnahan.” Yehezkiel 21:3, 5-7, 31PR 262.1

    Orang-orang Mesir berusaha datang hendak membebaskan kota yang terkepung itu; dan orang-orang Kasdim, dalam usaha supaya orang-orang Mesir pulang, untuk sementara waktu meninggalkan pengepungan terhadap ibu kota Yehuda. Harapan timbul kembali di hati Zedekia, lalu ia mengirim seorang utusan kepada Yeremia, yang memohon kepadanya supaya berdoa kepada Allah demi keselamatan bangsa Ibrani.PR 262.2

    Jawab nabi itu yang menakutkan ialah bahwa orang-orang Kasdim akan datang kembali dan membinasakan kota itu. Putusan telah ke luar lebih dahulu; bangsa yang tegar tengkuk itu tidak dapat lagi mencegah hukuman Ilahi. “Janganlah kamu membohongi dirimu sendiri,” kata Tuhan memberi amaran kepada umat-Nya. “Orang-orang Kasdim . . . tidak pergi untuk selamanya. Dan seandainya kamu memukul kalah segenap tentara orang Kasdim yang telah memerangi kamu itu, sehingga di antara mereka hanya tinggal orang-orang yang luka parah, masing-masing di kemahnya mereka akan bangun dan menghanguskan kota ini dengan api.” Yeremia 37:9, 10. Sisa orang Yehuda akan dibawa sebagai tawanan, untuk belajar dari musuh pelajaran-pelajaran yang mereka tidak mau pelajari dalam kesempatan yang lebih menyenangkan. Dari pernyataan Pengawal yang kudus ini tidak ada lagi bujukan.PR 262.3

    Di antara orang-orang benar yang tetap berada di Yerusalem, kepada siapa rencana Ilahi telah dijelaskan, ada beberapa orang yang berketetapan untuk menyimpan tabut perjanjian kudus yang berisi loh-loh batu yang berisi Sepuluh Perintah supaya tidak akan jatuh ke tangan orang-orang yang bengis. Ini mereka lakukan. Dengan menangis dan bersedih mereka menyembunyikan tabut itu di dalam sebuah gua, di mana tabut itu tersembunyi dari orang-orang Israel dan Yehuda oleh karena dosa mereka, dan tidak lagi akan dikembalikan kepada mereka. Tabut yang kudus itupun telah disembunyikan. Itu tidak akan terganggu selama itu disembunyikan. Bertahun-tahun lamanya Yeremia berdiri di hadapan orang banyak itu sebagai seorang saksi Allah yang setia: dan kini, ketika kota yang malang itu sudah hendak jatuh ke tangan orang kafir, ia menganggap pekerjaannya telah selesai dan berusaha untuk pergi dari sana, tetapi dicegah oleh salah satu anak dari para nabi palsu, yang melaporkan bahwa Yeremia hendak bergabung dengan bangsa Babel, kepada siapa ia berulang-ulang mendesak orang-orang Yehuda supaya menyerah. Nabi itu menyangkal tuduhan palsu itu, tetapi “para pemuka ini menjadi marah kepada Yeremia; mereka memukul dia dan memasukkannya ke dalam rumah tahanan.” Ayat 15.PR 262.4

    Pengharapan yang tadinya telah timbul di hati para pemuka dan orang banyak ketika tentara Nebukadnezar beralih ke Selatan untuk menghadapi orang-orang Mesir, segera tercampak ke atas tanah. Firman Allah ialah, “Lihat, Aku menjadi lawanmu, hai Firaun, raja Mesir.” Kekuatan Mesir hanyalah seperti bambu yang patah. “Semua penduduk Mesir,” ilham menyatakan, “akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan. Oleh karena engkau ibarat tongkat bambu bagi kaum Israel.’” “Aku akan menguatkan tangan raja Babel, tetapi tangan raja Firaun akan jatuh terkulai. Dan mereka akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan, pada saat Aku memberikan pedang-Ku dalam tangan raja Babel dan mengacungkannya melawan tanah Mesir. Yehezkiel 29:3, 6; 30:25, 26. Sementara para pemuka Yehuda dengan sia-sia masih mengharapkan pertolongan dari Mesir, Raja Zedekia dengan perasaan gelisah memikirkan nabi Allah yang telah dimasukkan ke dalam penjara. Setelah beberapa hari lamanya raja itu menyuruh supaya nabi itu diambil dan dengan diam-diam bertanya kepadanya, Adakah datang Firman dari Tuhan?” Jawab Yeremia: “Ada, lagi katanya, bunyinya, engkau akan diserahkan ke dalam tangan raja Babel.PR 263.1

    “Kemudian berkatalah Yeremia kepada raja Zedekia, Apakah dosa yang kuperbuat kepadamu, kepada pegawai-pegawaimu dan kepada bangsa ini, sehingga kamu memasukkan aku ke dalam penjara? Di manakah gerangan para nabimu yang telah bernubuat kepadamu, bahwa raja Babel tidak akan datang menyerang kamu dan negeri ini? Sekarang dengarkanlah, hai tuanku raja: biarkan permohonanku sampai di hadapanmu; janganlah kembalikan aku ke rumah Panitera Yonatan, nanti aku mati di sana.” Yeremia 37:17-20.PR 263.2

    Dengan ini raja Zedekia memberi perintah supaya mereka “menahan Yeremia di pelataran penjagaan dan memberikan setiap hari kepadanya sepotong roti dari jalan tukang roti, sampai pada waktu segala roti habis di kota itu. Demikianlah Yeremia tinggal di pelataran penjagaan itu.” Ayat 21.PR 263.3

    Raja itu tidak berani terang-terangan mengaku percaya kepada Yeremia. Walaupun ketakutan mendesaknya untuk mencari keterangan pribadi daripadanya, namun ia terlalu lemah untuk menentang penolakan keras daripada para pemukanya dan orang banyak untuk menyerah kepada kehendak Allah sebagaimana yang dinyatakan oleh nabi itu.PR 263.4

    Dari pelataran penjagaan Yeremia terus menasihatkan supaya menyerah kepada raja Babel. Untuk menunjukkan penolakan akan mengundang kematian yang pasti. Pekabaran Tuhan kepada Yehuda ialah: “Siapa yang tinggal di kota ini akan mati karena pedang, karena kelaparan dan karena penyakit sampar; tetapi siapa yang ke luar dari sini mendapatkan orang Kasdim, ia akan tetap hidup; nyawanya akan menjadi jarahan baginya dan ia tetap hidup.” Jelas dan baik adanya perkataan yang diucapkan itu. Dalam nama Tuhan dengan beraninya nabi itu menyatakan, “Kota ini akan pasti diserahkan ke dalam tangan tentara raja Babel yang akan merebutnya.” Yeremia 38:2, 3. Akhirnya para pemuka, yang menjadi marah atas nasihat Yeremia yang diulang-ulangi, yang bertentangan dengan kebijaksanaan penolakan mereka, mengadakan suatu protes yang keras di hadapan raja, yang mendesak bahwa nabi itu adalah musuh bagi bangsa itu, dan bahwa kata-katanya telah melemahkan tangan orang banyak serta mendatangkan kemalangan atas mereka; maka itulah sebabnya ia harus dibunuh sampai mati.PR 263.5

    Raja yang pengecut itu mengetahui bahwa tuduhan-tuduhan itu palsu; tetapi untuk mengambil hati mereka yang menduduki jabatan yang tinggi dan berpengaruh pada bangsa itu, ia berpura-pura percaya akan kepalsuan mereka dan menyerahkan Yeremia ke dalam tangan mereka untuk melakukan apa yang mereka kehendaki kepadanya. Nabi itu dimasukkan “ke dalam perigi milik pangeran Malkia yang ada di pelataran penjagaan itu; mereka menurunkan Yeremia dengan tali. Di perigi itu tidak ada air, hanya lumpur, lalu terperosoklah Yeremia ke dalam lumpur itu.” Ayat 6. Tetapi Allah memunculkan sahabat-sahabat untuk dia, yang membujuk raja demi keselamatannya, dan menyebabkan dia dikeluarkan kembali ke pelataran penjagaan. Sekali lagi Yeremia dipanggil secara pribadi, dan meminta supaya ia menyampaikan dengan ikhlas maksud Allah terhadap Yerusalem. Untuk menjawabnya, Yeremia bertanya, “Apabila aku memberitahukannya kepadamu, tentulah engkau akan membunuh aku, bukan? Dan apabila aku memberi nasihat kepadamu, engkau tidak juga akan mendengarkan aku!” Raja itu memasuki suatu persetujuan rahasia dengan nabi itu. “Demi Tuhan yang hidup yang telah memberi nyawa ini kepada kita,” kata Zedekia berjanji, “aku tidak akan membunuh engkau dan tidak akan menyerahkan engkau ke dalam tangan orang-orang yang berusaha mencabut nyawamu itu!” Ayat 15, 16.PR 264.1

    Masih tetap ada kesempatan bagi raja itu untuk menyatakan kerelaannya mau memperhatikan amaran-amaran Yehova, dan dengan demikian memperlunak dengan kemurahan hukuman-hukuman yang kini sedang menimpa kota dan bangsa itu. “Jika engkau ke luar menyerahkan diri kepada para perwira raja Babel,” adalah pekabaran yang diberikan kepada raja itu, “maka nyawamu akan terpelihara, dan kota ini tidak akan dihanguskan dengan api; engkau dengan keluargamu akan hidup. Tetapi jika engkau tidak menyerahkan diri kepada para perwira raja Babel, maka kota ini akan diserahkan ke dalam tangan orang-orang Kasdim yang akan menghanguskannya dengan api; dan engkau sendiri tidak akan luput dari tangan mereka.” “Aku takut kepada orang-orang Yehuda yang menyeberang kepada orang Kasdim itu:” jawab raja itu, “nanti aku diserahkan ke dalam tangan mereka, sehingga mereka mempermainkan aku.” Tetapi nabi itu berjanji, “Hal itu tidak akan terjadi.” Dan ia menambahkan permohonan yang sangat mendesak, “Dengarkanlah suara Tuhan dalam hal apa yang kukatakan kepadamu, maka keadaanmu akan baik dan nyawamu akan terpelihara.” Ayat 17-20.PR 264.2

    Demikianlah sampai pada saat terakhir pun, Allah dengan jelas menyatakan kerelaan-Nya untuk menunjukkan kemurahan kepada mereka yang harus mengambil keputusan untuk menyerah kepada tuntutan-tuntutan-Nya yang adil. Sekiranya raja itu memutuskan untuk menurut, maka nyawa orang banyak dapat dipelihara, dan kota itu luput dari penghapusan; tetapi ia merasa bahwa ia telah terlampau jauh untuk kembali menyusuri langkah-langkahnya. Ia takut terhadap orang-orang Yahudi, takut terhadap olokan, takut terhadap nyawanya, setelah bertahun-tahun berontak melawan, Zedekia merasa terlalu hina untuk berkata kepada rakyatnya, aku menerima perkataan Tuhan, sebagaimana yang diucapkan melalui nabi Yeremia; saya tidak berani terjun ke dalam peperangan melawan musuh di muka segala amaran ini.PR 264.3

    Dengan air mata Yeremia memohon kepada Zedekia untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan rakyatnya. Dengan kesedihan yang dalam ia memastikan kepada raja itu bahwa kecuali ia mau memperhatikan nasihat Allah, maka ia tidak dapat menyelamatkan nyawanya, dan segala miliknya akan jatuh kepada orang-orang Babel. Tetapi raja itu telah menempuh jalan yang salah, dan ia tidak sudi menyusuri kembali langkah-langkahnya. Ia memutuskan untuk mengikuti nasihat para nabi palsu, dan orang-orang yang benar-benar ia anggap rendah, dan yang mencela kelemahannya yang begitu bersedia menyerah kepada kehendak mereka. Ia mengorbankan kemerdekaan keperkasaannya yang mulia itu dan menjadi budak yang merangkak pada pendapat umum. Dengan tidak bermaksud melakukan kejahatan yang nyata, ia juga tidak mempunyai keputusan untuk berdiri dengan berani demi kebenaran. Menjadi sasaran hukuman walaupun ia mendapat nasihat yang diberikan Yeremia, ia tidak mempunyai kekuatan moral untuk menurut; dan sebagai akibatnya dengan tetap ia maju menempuh arah yang salah.PR 265.1

    Raja itupun terlalu lemah untuk berterus-terang supaya orang-orang di istana dan rakyatnya dapat mengetahui bahwa ia telah mengadakan perundingan dengan Yeremia, maka begitu penuhnya ketakutan orang itu. Jikalau Zedekia telah berdiri dengan berani dan menyatakan bahwa ia percaya akan perkataan nabi itu, maka sudah separuh digenapi, kebinasaan apa yang dapat dihindarkan! Ia seharusnya berkata, Aku akan mengikut Tuhan, dan menyelamatkan kota dari kehancuran yang tuntas. Saya tidak berani meremehkan perintah Allah oleh sebab takut atau kebaikan manusia. Saya mengasihi kebenaran, saya membenci dosa, dan saya akan mengikuti nasihat Yang Mahakuasa orang Israel.PR 265.2

    Maka orang banyak akan menghormati semangat keberaniannya, dan mereka yang terombang-ambing di antara percaya dan tidak percaya akan dapat berdiri teguh demi kebenaran. Keberaniannya yang nyata dan keadilan jalannya ini akan dapat mengilhami rakyatnya dengan kekaguman dan kesetiaan. Ia akan memperoleh bantuan yang besar, dan Yehuda akan dapat menghindarkan kesengsaraan yang tak terkatakan yaitu pembunuhan dan kelaparan seperti api.PR 265.3

    ketgamPR 265.4

    Sikap keras kepala Zedekia melawan Babel, yakni menentang nasihat Allah menuntun kehancuran Yerusalem, yang seharusnya tidak perlu.PR 265.5

    Kelemahan Zedekia merupakan suatu dosa yang olehnya ia harus bayar dengan suatu hukuman yang mengerikan. Musuh datang menyerang bagaikan tanah longsor yang tak dapat dibendung dan menghancurkan kota itu. Tentara-tentara Ibrani dipukul mundur dalam kekacauan. Bangsa itu telah ditaklukkan. Zedekia dipenjarakan dan anak-anaknya dibunuh di depan matanya. Raja itu dibawa dari Yerusalem sebagai tawanan, matanya dicungkil ke luar, dan sesudah tiba di Babel ia tewas dengan menyedihkan. Bait suci yang indah itu yang selama lebih empat abad memahkotai puncak Gunung Sion tidak dibiarkan tetap berdiri oleh orang-orang Kasdim. “Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu dengan api, sehingga musnahlah segala perabotannya yang indah-indah.” 2 Tawarikh 36:19.PR 265.6

    Pada saat penghancuran Yerusalem yang terakhir oleh Nebukadnezar, banyak yang melarikan diri ketakutan karena pengepungan yang lama itu, menemui ajalnya di ujung pedang. Mereka yang tetap tinggal, yaitu yang dikenal sebagai imam-imam kepala dan pegawai-pegawai serta pemuka-pemuka kerajaan, dibawa ke Babel dan dihukum mati sebagai para pengkhianat. Yang lain dibawa sebagai tawanan, dan hidup sebagai pelayan kepada Nebukadnezar dan putra-putranya “sampai kerajaan Persia berkuasa: dengan demikian genaplah Firman Tuhan yang diucapkan Yeremia.” Ayat 20, 21.PR 266.1

    Mengenai Yeremia sendiri ada catatan: “Nebukadnezar, raja Babel, telah memberi perintah dengan perantaraan Nebukadnezar, kepada pasukan pengawal, bunyinya: Bawalah dan perhatikanlah dia,PR 266.2

    janganlah apa-apakan dia, melainkan haruslah kau lakukan kepadanya sesuai dengan permintaannya kepadamu.’” Yeremia 39:11, 12. Dilepaskan dari penjara oleh pegawai-pegawai Babel, nabi itu memilih menggantungkan nasibnya dengan orang-orang yang sisa yang tidak mempunyai kekuatan, “yaitu orang-orang yang lemah di negeri itu,” yang ditinggalkan oleh orang-orang Kasdim untuk menjadi “tukang anggur dan tukang kebun.” Untuk orang-orang yang sisa ini bangsa Babel mengangkat Gedalya sebagai gubernurnya. Hanya beberapa bulan saja berlalu Gubernur yang baru diangkat itu dibunuh dengan dikhianati. Orang-orang yang malang itu, setelah melewati banyak kesusahan, akhirnya dibujuk oleh para pemimpin mereka supaya mengungsi ke tanah Mesir. Terhadap usaha ini, Yeremia mengangkat suaranya mengadakan protes. “Janganlah pergi ke Mesir,” katanya memohon. Tetapi nasihat yang diilhamkan ini tidak dihiraukan, dan “seluruh sisa Yehuda, . . . laki-laki, perempuan, anak-anak,” pergi mengungsi ke Mesir. “Mereka tidak mau mendengarkan suara Tuhan: maka sampailah mereka ke Takhpanhes.” Yeremia 43:5-7.PR 266.3

    Nubuatan-nubuatan tentang malapetaka yang ditegaskan Yeremia ke atas orang-orang sisa yang memberontak terhadap Nebukadnezar dengan mengungsi ke Mesir disertai dengan janji-janji pengampunan kepada mereka yang bertobat dari kebodohan mereka dan bersedia untuk kembali. Sementara Tuhan tidak akan membiarkan hidup mereka yang meninggalkan nasihat-Nya dan beralih kepada pengaruh-pengaruh berhala orang Mesir yang memikat itu, namun Ia hendak menunjukkan kemurahan kepada mereka yang akan menunjukkan setia dan benar. “Hanya beberapa orang yang terluput dari pedang--jumlahnya kecil--yang akan kembali dari tanah Mesir ke tanah Yehuda,” Firman-Nya memaklumkan: “maka seluruh sisa Yehuda yang telah pergi ke Mesir untuk tinggal sebagai orang asing di sana akan mengetahui perkataan siapa yang terwujud, perkataan-Ku atau perkataan mereka.” Yeremia 44:28.PR 266.4

    Kesusahan nabi itu atas ketergartengkukkan yang hebat dari mereka yang sebenarnya memiliki terang kerohanian dunia, kesusahannya atas nasib Sion dan atas nasib orang banyak yang dibawa ke Babel sebagai tawanan, dinyatakan dalam ratapan yang dicatatnya sebagai suatu peringatan tentang kebodohan meninggalkan nasihat-nasihat Yehova lalu beralih kepada hikmat manusia. Di tengah-tengah kehancuran yang terjadi, Yeremia masih tetap dapat menyatakan, “Bahwa karena sebab segala kemurahan Tuhan, maka tiada kita dibinasakan sama sekali;” dan doanya yang tetap ialah, “Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada Tuhan.” Ratapan 3:22, 40 terjemahan lama. Ketika Yehuda masihPR 267.1

    sebagai suatu kerajaan di antara bangsa-bangsa, ia bertanya tentang Allahnya, “Telah Kau tolakkah Yehuda sama sekali?” Telah merasa muakkah Engkau terhadap Sion?” dan dengan berani ia memohon, “Janganlah Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu.” Yeremia 14:19, 21. Kepercayaan mutlak nabi itu kepada rencana Allah yang kekal untuk menertibkan kekacauan, dan untuk memperlihatkan kepada bangsa-bangsa di bumi dan kepada seluruh semesta alam sifat-sifat-Nya yang adil dan kasih, kini membawa dia untuk memohon dengan yakin demi keselamatan orang-orang yang mungkin kembali dari kejahatan kepada kebenaran.PR 267.2

    Tetapi kini Sion sudah dibinasakan sama sekali; umat Allah sedang berada dalam tawanan. Diselubungi dengan kesedihan, nabi itu berseru: “Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai!PR 267.3

    Laksana seorang jandalah ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan. Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis, air matanya bercucuran di pipi; dari semua kekasihnya, tak ada seorang pun yang menghibur dia. Semua temannya mengkhianatinya, mereka menjadi seterunya.PR 267.4

    “Yehuda telah ditinggalkan penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan yang berat; Ia tinggal di tengah-tengah bangsa-bangsa, namun tidak mendapat ketenteraman; siapa saja yang menyerang dapat memasukinya pada saat ia terdesak. Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada; sunyi senyaplah segala pintu gerbangnya, berkeluh-kesahlah imam-imamnya; bersedih pedih dara-daranya, dan dia sendiri pilu hatinya. “Lawan-lawan menguasainya; seteru-seterunya berbahagia. Sungguh, Tuhan membuatnya merana, karena banyak pelanggarannya; kanak-kanaknya berjalan di depan lawan sebagai tawanan.”PR 267.5

    “Ah, betapa Tuhan menyelubungi putri Sion dengan awan dalam murka-Nya! Keagungan Israel dilemparkan-Nya dari langit ke bumi. Tak diingat-Nya akan tumpuan kaki-Nya tatkala Ia murka. Tanpa belas kasihan Tuhan memusnahkan segala ladang Yakub. Ia menghancurkan dalam amarah-Nya benteng-benteng putri Yehuda.” “Ia mencampakkan ke bumi dan mencemarkan kerajaan dan pemimpin-pemimpinnya.” “Dalam murka yang menyala-nyala Ia mematahkan segala tanduk Israel, menarik kembali tangan kanan-Nya pada waktu si seteru mendekat, yang membakar Yakub laksana api yang menyala-nyala, yang menjilat ke sekeliling. Ia membidikkan panah-Nya seperti seorang seteru dengan mengacungkan tangan kanan-Nya seperti seorang lawan; membunuh segala yang menyenangkan mata dalam kemah putri Sion: Ia memuntahkan geram-Nya seperti api.”PR 267.6

    “Apa yang dapat kunyatakan kepadamu, dengan apa aku dapat menyamakan engkau, ya putri Yerusalem? Dengan apa aku dapat membandingkan engkau untuk dihibur, ya dara, putri Sion? Karena luas bagaikan laut reruntuhanmu; siapa yang akan memulihkan engkau?”PR 268.1

    “Ingatlah, ya Tuhan, apa yang terjadi atas kami, pandanglah dan lihatlah akan kehinaan kami. Milik pusaka kami beralih kepada orang lain, rumah-rumah kami kepada orang asing. Kami menjadi anak yatim, tak punya bapa, dan ibu kami seperti janda. . . . Bapak-bapak kami berbuat dosa, mereka tak ada lagi, dan kami yang menanggung kedurjanaan mereka. Pelayan-pelayan memerintah atas kami; yang melepaskan kami dari tangan mereka tak ada. . . . Karena inilah hati kami sakit, karena inilah mata kami menjadi kabur.” “Engkau, ya Tuhan, bertakhta selama-lamanya, takhta-Mu tetap dari masa ke masa. Mengapa Engkau melupakan kami selama-lamanya, meninggalkan kami demikian lama? Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya Tuhan, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala.” Ratapan 1:1-5; 2:1-4, 13; 5:1-3, 7, 8, 17, 19-21.PR 268.2

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents