Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Para Nabi Dan Raja - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    17 - Elisa Dipanggil

    ALLAH telah menyuruh Elia mengurapi orang lain untuk menjadi nabi penggantinya. “Elisa bin Safat . . . harus kau urapi menjadi nabi menggantikan engkau.” (1 Raja-raja 19:16), demikianlah firman Tuhan, dan dalam ketaatannya terhadap perintah itu pergilah Elia mencari Elisa. Dalam perjalanannya ke arah utara, dilihatnya berapa besar perubahan pemandangan yang terjadi dalam tempo yang singkat! Tadinya tanah yang merekah, daerah-daerah perkebunan yang tak dikerjakan, karena baik embun terlebih pun hujan tak pernah turun selama tiga setengah tahun. Kini pada setiap jengkal tanah sayur-sayuran sedang tumbuh dengan suburnya bagaikan hendak menebus waktu kekeringan dan kelaparan.PR 126.1

    Ayah Elisa adalah seorang petani kaya, seorang yang seisi rumahnya termasuk orang-orang yang pada zaman kemurtadan masal tidak pernah menyembah Baal. Rumah mereka adalah tempat di mana Allah dihormati dan di mana kesetiaan terhadap iman Israel purba menjadi peraturan hidup sehari-hari. Lingkungan beginilah yang dilewati Elisa ketika ia masih muda belia. Hidup di negeri yang tenang, di bawah ajaran Allah dan alam serta ketekunan dalam pekerjaan yang bermanfaat, ia menerima pendidikan hidup sederhana dan menurut kepada orangtuanya serta kepada Allah, itulah yang menolongnya agar layak untuk menduduki jabatan tinggi yang sebentar lagi akan dipegangnya.PR 126.2

    Panggilan menjadi nabi bagi Elisa datang, ketika ia sedang membajak ladang bersama hamba-hamba ayahnya. Ia telah menerima pekerjaan yang terdekat. Ia telah memiliki baik kemampuan menjadi seorang pemimpin di antara manusia maupun kelemahlembutan dari seorang yang siap sedia untuk melayani. Dengan roh yang lembut dan tenang, namun ia bersemangat dan tabah. Kejujuran, kesetiaan, dan kasih serta takut akan Allah adalah sifatnya, dan di dalam kerendahan pekerjaan sehari-hari ia memperoleh kekuatan tujuan dan kemuliaan tabiat, dengan tetap bertambah-tambah dalam karunia dan pengetahuan. Sementara bekerja sama dengan ayahnya dalam pekerjaan di rumah setiap hari, ia belajar bekerja sama dengan Allah.PR 126.3

    Oleh setia di dalam perkara-perkara yang kecil, Elisa sedang menyediakan diri untuk mendapat kepercayaan bagi perkara-perkara yang lebih berat. Hari demi hari melalui pengalaman yang praktis, ia mencapai kelayakan untuk pekerjaan yang lebih luas dan lebih tinggi. Ia belajar melayani; dan dalam mempelajari akan hal ini, ia juga belajar bagaimana memberi petunjuk dan memimpin. Pelajaran ini adalah untuk semua orang. Tidak ada orang yang bisa mengetahui apa yang dimaksudkan Allah dalam disiplin-Nya; tetapi semua orang boleh merasa pasti bahwa kesetiaan terhadap hal-hal yang kecil akan menjadikan orang layak untuk mendapat tanggung jawab yang lebih besar. Setiap perbuatan dalam kehidupan adalah suatu bukti tabiat, dan hanyalah orang yang dalam kewajiban-kewajiban kecil membuktikan dirinya sendiri “seorang pekerja yang tidak perlu merasa malu” dapat dihormati Allah dengan pekerjaan yang lebih tinggi. 2 Timotius 2:15. Barangsiapa yang merasa bahwa tidak ada akibatnya sebagaimana ia melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih kecil membuktikan bahwa ia sendiri tidak layak untuk menjabat kedudukan yang lebih tinggi. Ia boleh saja mengira bahwa dirinya sendiri cukup sanggup untuk memegang tugas-tugas yang lebih besar; tetapi Allah melihat lebih dalam daripada kulitnya saja. Setelah diuji dan dicoba tersuratlah perkataan baginya, “Engkau telah ditimbang dengan neraca, dan didapati terlalu ringan.” Reaksi ketidaksetiaannya menimpa dirinya sendiri. Ia gagal mencapai karunia, kuasa, tenaga, tabiat, yang harus diterima melalui penyerahan tanpa syarat.PR 126.4

    Oleh karena mereka tidak berhubungan secara langsung dengan pekerjaan keagamaan, banyak orang merasa bahwa kehidupan mereka tidak ada artinya, sehingga mereka tidak berbuat apa-apa untuk mencapai kerajaan Allah. Jika sekiranya mereka dapat melakukan perkara-perkara yang besar betapa senang mereka mau melakukannya! Tetapi oleh sebab mereka hanya dapat melayani dalam hal-hal yang kecil, mereka mengira bahwa mereka dianggap tidak melakukan apa-apa. Dalam hal ini mereka salah. Seseorang dapat giat dalam pekerjaan Allah sementara berpaut pada kesibukan pekerjaan sehari-hari--sementara memotong kayu, membersihkan pekarangan atau ikut meluku. Ibu yang mendidik anak-anaknya bagi Kristus sesungguhnya keadaannya sama bagi Allah sebagaimana pendeta di mimbar.PR 127.1

    Banyak orang merindukan talenta khusus yang olehnya dapat melakukan pekerjaan yang mengherankan, sedangkan kewajiban yang ada di tangan, perbuatan yang membuat hidup itu harum, hilang dari pemandangan orang-orang ini. Biarlah orang-orang memegang kewajiban-kewajiban yang langsung terbentang di jalan mereka. Kemajuan tidak banyak bergantung atas talenta sebagaimana atas tenaga dan kemauan. Bukanlah oleh memiliki talenta-talenta yang hebat yang menyanggupkan kita untuk memberikan pelayanan yang dapat diterima, tetapi oleh melaksanakan dengan bersungguh-sungguh hati akan pekerjaan sehari-hari, roh yang puas, yang tak bercela, menaruh perhatian yang sungguh-sungguh kepada kesejahteraan orang lain. Pada orang yang paling rendah kesempurnaan sejati dapat diperoleh. Pekerjaan-pekerjaan yang terkecil sekalipun yang dilakukan dengan kesetiaan kasih, adalah indah pada pemandangan Allah.PR 127.2

    Ketika Elia yang digerakkan oleh Ilahi mencari seorang pengganti, ia melewati ladang di mana Elisa sedang membajak, ia melemparkan jubah penyerahan ke atas bahu orang muda itu. Selama masa kelaparan keluarga Safat telah maklum akan pekerjaan dan tugas Elia, dan kini Roh Allah menggerakkan hati Elisa menyambut arti tindakan nabi itu. Baginya itulah tanda bahwa Allah telah memanggilnya untuk menjadi pengganti Elia. “Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia, katanya, Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dulu, lalu aku akan mengikuti engkau.” Elia menjawab, “Baiklah, pulang dulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu.” Ini bukan penolakan tetapi ujian iman. Elisa harus menghitung untung ruginya--untuk dia sendiri mengambil keputusan menerima atau menolak panggilan itu. Kalau ia menginginkan tetap tinggal di rumah sambil menikmati keuntungan-keuntungannya, maka ia bebas untuk tetap tinggal di rumah. Tetapi Elisa mengerti akan makna panggilan itu. Ia tahu bahwa panggilan ini datangnya dari Allah, maka ia tidak ragu-ragu untuk menurut-Nya. Bukanlah untuk kesenangan duniawi ia hendak menerima kesempatan menjadi pesuruh Allah atau mengorbankan kesempatan untuk bersatu dengan hamba-Nya. Ia “mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya, dan memasak dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api, ia memberikan daging itu kepada orang-orangnya, kemudian makanlah mereka. Sesudah itu bersiaplah ia, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.” 1 Raja-raja 19:20, 21. Tanpa ragu-ragu ia meninggalkan rumah yang disayanginya, pergi mengikuti nabi itu yang hidupnya tidak mempunyai kepastian.PR 127.3

    Jika sekiranya Elisa bertanya pada Elia apa yang diharapkan daripadanya,--apa nanti pekerjaannya,--maka jawabnya ialah: Allah yang tahu; Ia akan memberitahukan kepadamu. Kalau engkau menunggu Tuhan, Ia akan menjawab setiap pertanyaanmu. Engkau boleh datang bersamaku kalau engkau mempunyai keyakinan bahwa Allah telah memanggilmu. Ketahuilah sendiri olehmu bahwa Allah berdiri di belakangku, dan suara-Nyalah yang engkau dengar. Kalau engkau dapat menghitung segala sesuatu yang terbuang tetapi engkau boleh memenangkan kebaikan Allah, datanglah.PR 128.1

    Tak berbeda dengan panggilan yang datang kepada Elisa adalah jawab yang diberikan Kristus kepada penghulu muda yang kaya yang bertanya kepada-Nya, “Perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Kristus, “Jika engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga: kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Matius 19:16, 21.PR 128.2

    Elisa menerima panggilan untuk melayani, tanpa menoleh sedikit pun kepada kesenangan dan kesukaan yang ia tinggalkan. Penghulu muda yang kaya itu ketika ia mendengar akan perkataan Juruselamat, “pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.” Ayat 22. Ia tidak rela membuat pengorbanan. Kasihnya terhadap harta kekayaannya lebih besar daripada kasihnya akan Allah. Oleh penolakannya untuk meninggalkan segala-galanya demi Kristus, ia membuktikan sendiri bahwa ia tidak layak mendapat tempat dalam pekerjaan Guru itu.PR 128.3

    Panggilan untuk mempersembahkan segala-galanya di atas mezbah pelayanan datang kepada tiap-tiap orang. Kita tidak semuanya diminta untuk bekerja seperti Elisa, atau kita semuanya disuruh menjual segala milik kita; tetapi Allah meminta kita untuk menempatkan pekerjaan-Nya nomor satu dalam kehidupan kita, jangan lewatkan satu hari berlalu tanpa berbuat sesuatu untuk memajukan pekerjaan-Nya di atas bumi. Ia tidak meminta pelayanan yang sama dari semua orang. Satu orang mungkin dipanggil untuk bekerja di luar negeri; yang lain mungkin diminta untuk memberikan hartanya guna membantu pekerjaan Injil. Allah menerima setiap persembahan. Hal itu adalah penyerahan kehidupan dan segala buah-buahnya, penting adanya. Orang-orang yang melakukan penyerahan begini akan mendengar dan menurut panggilan Surga.PR 128.4

    Bagi setiap orang yang memperoleh bagian anugerah-Nya, Allah memberikan suatu pekerjaan demi orang-orang lain. Secara perorangan kita harus berdiri dalam kesatuan kita, dan berkata, “Ini aku, utuslah aku.” Apakah seorang menjadi pendeta atau dokter, apakah ia pedagang atau petani, mempunyai keahlian khusus atau ahli mesin, tanggung jawab itu terletak padanya. Pekerjaannyalah untuk menyatakan kepada sesama manusia Injil keselamatan mereka. Setiap perusahaan di mana ia bekerja haruslah menjadi suatu tempat mengabar Injil.PR 128.5

    Bukanlah pekerjaan besar yang pertama-tama dituntut dari Elisa; pekerjaan-pekerjaan biasalah yang membangun disiplinnya. Ia yang dikatakan laksana menuang air di tangan Elia, gurunya. Ia rela mengerjakan apa saja yang Tuhan suruh, dan pada setiap langkah ia mempelajari pelajaran kerendahan dan pelayanan. Pada saat kunjungan pribadi nabi itu, ia terus membuktikan setia terhadap perkara-perkara yang kecil, sementara dengan tujuan mencari kekuatan setiap hari ia menyerahkan diri pada pekerjaan yang ditentukan Allah baginya.PR 128.6

    Kehidupan Elisa bukannya tanpa pencobaan setelah bergabung dengan Elia. Ia begitu banyak penggodaan; tetapi dalam setiap keadaan darurat ia bersandar pada Allah. Ia mendapat pencobaan dengan memikir-mikirkan rumah yang telah ditinggalkannya, tetapi pencobaan ini tidak dihiraukannya. Dengan meletakkan tangan pada bajak, ia memutuskan tidak akan berbalik, dan melalui ujian dan cobaan ia membuktikan kebenaran penurutannya.PR 129.1

    Kependetaan berarti lebih daripada berkhotbah. Hal itu berarti mendidik orang-orang muda sebagaimana Elia mendidik Elisa, mengambil mereka dari pekerjaan-pekerjaan biasa, dan memberikan kepada mereka tanggung jawab dalam pekerjaan Allah--tanggung jawab kecil-kecilan pada mulanya, lalu yang lebih besar bila mereka telah kuat dan berpengalaman. Manusia-manusia iman dan doa ada di dalam pekerjaan, yakni orang-orang yang dapat berkata, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup; . . . kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepadamu.” 1 Yohanes 1:1-3. Para pekerja muda yang belum berpengalaman harus dididik dengan pekerjaan yang nyata sehubungan dengan hamba-hamba Allah yang berpengalaman ini. Dengan demikian mereka akan mempelajari bagaimana memikul tanggung jawab.PR 129.2

    Mereka yang menerjunkan diri mendidik para pekerja muda ini sedang melakukan pekerjaan yang mulia. Tuhan sendiri bekerja sama dengan usaha-usaha mereka. Dan bagi orang-orang muda kepada siapa kata penyerahan itu telah diucapkan, yang kesempatannya harus dipadukan dengan seerat-eratnya dengan sungguh-sungguh, para pekerja ketuhanan harus melakukan yang terbaik dalam kesempatan mereka. Allah menghormati mereka oleh memilihnya untuk pekerjaan-Nya dan oleh menempatkan mereka di mana mereka dapat memperoleh kepantasan untuk pekerjaan itu, serta mereka haruslah rendah hati, setiawan, taat, dan rela berkorban. Jika mereka tunduk pada disiplin Allah, menjalankan petunjuk-petunjuknya dan memilih hamba-hamba-Nya sebagai para pembimbing mereka, mereka akan bertumbuh dalam kebenaran, bercita-cita tinggi, menjadi orang-orang yang berpendirian teguh, ke atas siapa Allah dapat mempercayakan tanggung jawab.PR 129.3

    Oleh karena Injil dikumandangkan dalam kesuciannya, maka orang-orang akan dipanggil dari tempat mereka membajak dan dari tempat pekerjaan usaha dagang yang sebagian besar memenuhi pikiran dan akan dididik sehubungan dengan pengalaman manusia. Bila mereka belajar bekerja dengan cermat, mereka akan memberitakan kebenaran dengan kuasa. Dengan perantaraan jaminan pekerjaan Ilahi yang sangat ajaib, maka kesukaran yang setinggi gunung akan dapat dipindahkan dan dibuang ke dalam laut. Pekabaran yang ditujukan sebesar-besarnya kepada para penduduk bumi akan kedengaran dan dimengerti. Manusia akan mengetahui apa kebenaran itu. Maju terus dan tetap maju terus akan membuat pekerjaan ini menyebar sampai seluruh bumi telah dapat diberi amaran lalu kemudian daripada itu datanglah kesudahan.PR 129.4

    Untuk selama beberapa tahun setelah Elisa dipanggil, Elia dan Elisa kerja bersama-sama, orang yang lebih muda itu dapat lebih bersedia untuk menghadapi pekerjaannya. Elia telah menjadi perkakas Allah untuk menggulingkan kejahatan-kejahatan yang luar biasa. Penyembahan berhala yang ditunjang oleh Ahab dan Izebel kafir itu, telah menyesatkan bangsa itu telah diberi pengendalian yang tegas. Nabi-nabi Baal telah dibunuh. Semua orang Israel telah sangat tergerak, dan banyak yang telah kembali menyembah Allah. Pengganti Elia yaitu Elisa, dengan berhati-hati, sabar memberi petunjuk, harus tabah membimbing Israel pada jalan-jalan yang selamat. Persekutuannya dengan Elia, nabi terbesar sejak zaman Musa, mempersiapkan dirinya untuk memegang pekerjaan yang tidak lama lagi akan dipikulnya sendiri.PR 129.5

    Selama tahun-tahun pekerjaan dilakukan berdua, Elia selalu dipanggil untuk pergi melawan kejahatan yang mencolok dengan teguran yang keras. Ketika Ahab yang jahat itu merampas kebun anggur Nabot, suara Elialah yang menubuatkan nasibnya dan nasib seluruh keluarganya. Dan ketika Ahazia, setelah kematian ayahnya Ahab, berpaling dari Allah yang hidup kepada Baal-zebub, allah di Ekron, suara Elialah yang sekali lagi terdengar mengadakan protes yang sungguh-sungguh.PR 130.1

    Sekolah nabi-nabi, yang didirikan oleh Samuel, telah mengalami kemunduran selama tahun-tahun kemurtadan Israel. Elia membangun sekolah-sekolah ini kembali, menjamin orang-orang muda memperoleh pendidikan yang akan memimpin mereka untuk membesarkan dan menghormati hukum. Tiga dari sekolah-sekolah ini, satu di Gilgal, satu di Betel, dan satu di Yerikho disebutkan dalam catatan. Sebelum Elia diangkat ke surga, ia dan Elisa mengunjungi pusat-pusat pendidikan ini. Pelajaran-pelajaran yang telah diberikan oleh nabi Allah itu pada kunjungan-kunjungannya yang lalu, kini diulangnya kembali. Terutama ia memberi nasihat kepada mereka mengenai kesempatan mereka yang tinggi supaya dengan tekun mempertahankan kesetiaan mereka kepada Allah yang di surga. Ia juga menekankan ke dalam pikiran mereka akan pentingnya membiarkan kesederhanaan menandai setiap bentuk pendidikan mereka. Hanya dengan jalan ini mereka dapat dibentuk oleh surga sehingga mereka boleh maju pergi bekerja dalam cara-cara Tuhan.PR 130.2

    Hati Elia bersukacita ketika melihat apa yang sedang dicapai oleh tujuan-tujuan sekolah-sekolah ini. Pekerjaan pembaruan belum selesai, tetapi ia dapat melihat di seluruh pelosok kerajaan suatu bukti dari firman Tuhan, “Tetapi Aku meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.” 1 Raja-raja 19:18.PR 130.3

    Ketika Elisa menyertai nabi itu dalam perjalanan keliling melawat dari sekolah ke sekolah, iman dan keputusannya sekali lagi diuji. Di Gilgal, juga di Betel dan Yerikho, ia telah disuruh pulang oleh nabi itu. Elia berkata: “Baiklah tinggal di sini, sebab Tuhan menyuruh aku ke Betel.” Tetapi di pekerjaannya dulu mengatur orang membajak tanah, Elisa telah belajar untuk tidak gagal atau menjadi putus asa, dan kini sebab dia telah meletakkan tangannya kepada bajak yang berbentuk lain sebagai tugas maka ia tidak mau lagi beralih dari tujuannya ini. Ia tidak mau berpisah dengan gurunya, selama masih ada kesempatan yang tersisa untuk mencapai keadaan yang lebih layak demi pelayanan. Tanpa disadari oleh Elia, kenyataan bahwa ia akan diangkat telah diketahui murid-muridnya di sekolah nabi-nabi, dan khususnya bagi Elisa. Maka kini murid hamba Allah yang dicobai ini tetap berada dekat di sisinya, “Demi Tuhan yang hidup, dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.”PR 130.4

    ketgamPR 130.5

    Elia pergi bersama dengan Elisa, dan ketika mereka tiba di sungai Yordan, Elia memukul air itu dengan jubahnya, dan air itu pun terbagilah sebelah menyebelah.PR 130.6

    “Lalu berjalanlah keduanya . . . keduanya berdiri di tepi sungai Yordan. Lalu Elia mengambil jubahnya, digulungnya, dipukulkannya ke atas air itu, maka terbagilah air itu ke sebelah sini dan ke sebelah sana, sehingga menyeberanglah keduanya dengan berjalan di tanah yang kering. Dan sesudah mereka sampai di seberang, berkatalah Elia kepada Elisa, Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat daripadamu.”PR 130.7

    Elisa tidak meminta kehormatan duniawi, atau suatu kedudukan yang tinggi di tengah-tengah manusia di bumi. Bahwa yang diidam-idamkannya ialah lebih banyak Roh seperti yang diberikan Allah dengan bebas kepada satu orang yang mendapat kehormatan yang sebentar lagi akan diangkat. Ia mengetahui bahwa tidak ada hal yang lain kecuali Roh yang berada dalam diri Elia yang dapat menyanggupkannya untuk mengisi tempat di Israel atas mana Allah telah memanggilnya, jadi ia meminta, “Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu.”PR 131.1

    Menanggapi permohonan ini, Elia berkata, “Yang kau minta itu adalah sukar, tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat daripadamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi. Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke surga dalam angin badai.” Lihat 2 Raja-raja 2:1-11.PR 131.2

    Elia adalah contoh orang-orang saleh yang akan hidup terus di atas bumi pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kali dan yang akan diubah, “dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir,” tanpa merasai kematian. 1 Korintus 15:51, 52. Itulah lambang bagi orang-orang yang akan diubahkan, sehingga Elia pada waktu Kristus tidak lama lagi mengakhiri pekerjaan-Nya di bumi, telah diizinkan berdiri dengan Musa di samping Juruselamat di atas bukit kemuliaan. Pada orang-orang yang dipermuliakan inilah, murid-murid itu melihat dalam bentuk mini, kerajaan umat tebusan. Mereka memandang Yesus yang disalut dengan terang surga; mereka mendengar “suara dari dalam awan” (Lukas 9:35), mengaku Dia adalah Anak Allah; mereka melihat Musa yang menjadi wakil orang-orang yang akan dibangkitkan dari kematian pada waktu kedatangan yang kedua kali; dan di sana juga berdiri Elia, mewakili orang-orang yang pada akhir sejarah dunia akan diubahkan dari keadaan yang fana kepada keadaan yang kekal dan akan diangkat ke surga tanpa mengalami kematian.PR 131.3

    Di padang gurun, dalam kesunyian dan putus asa, Elia pernah berkata bahwa umur sudah cukup dan telah meminta agar ia mati saja. Tetapi Tuhan dalam rahmat-Nya tidak mengambilnya ketika mengucapkan perkataan ini. Masih ada pekerjaan besar yang harus dikerjakan Elia; dan ketika pekerjaannya telah selesai, ia tidak akan binasa dalam keadaan putus asa dan kesepian. Juga tidak berlaku baginya turun ke kubur, tetapi naik dengan malaikat-malaikat Allah ke hadirat kemuliaan-Nya.PR 131.4

    “Ketika Elisa melihat itu, maka berteriaklah ia, Bapaku, bapaku, kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda. Kemudian tidak dilihatnya lagi, lalu direnggutnya pakaiannya dan dikoyakkannya menjadi dua koyakan. Sesudah itu dipungutnya jubah Elia yang telah terjatuh, lalu ia berjalan hendak pulang dan berdiri di tepi sungai Yordan. Ia mengambil jubah Elia yang telah terjatuh itu, dipukulkannya ke atas air sambil berseru, Di manakah Tuhan, Allah Elia? Ia memukul air itu, lalu terbagi ke sebelah sini dan ke sebelah sana, maka menyeberanglah Elisa. Ketika rombongan nabi yang dari Yerikho itu melihat dia dari jauh, mereka berkata, Roh Elia telah hinggap pada Elisa. Mereka datang menemui dia, lalu sujudlah mereka kepadanya sampai ke tanah.” 2 Raja-raja 2:12-15. Apabila Tuhan dalam pemeliharaan-Nya melihat bahwa ada baiknya mengganti orang-orang yang dikaruniakan hikmat dalam pekerjaan-Nya, maka Ia menolong dan memberi kekuatan bagi mereka yang menjadi pengganti-pengganti itu, bila mereka mencari pertolongan daripada-Nya dan berjalan pada jalan-jalan-Nya. Mereka mungkin saja lebih pintar daripada orang-orang yang mereka ganti, karena mereka dapat mengambil keuntungan dari pengalaman mereka dan menjadi bijak dari kesalahan-kesalahan mereka.PR 131.5

    Mulai pada saat itu Elisa mengganti Elia. Barangsiapa yang setia dalam perkara yang kecil membuktikan bahwa ia setia dalam perkara yang besar.PR 132.1

    ketgamPR 132.2

    Pada waktu air di kota Yerikho menjadi pahit dan tak baik untuk digunakan Elisa menghamburkan garam ke dalam mata air, lalu Tuhan menjadikan air itu baik untuk diminum.PR 132.3

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents