9 - Elia Orang Tisbe
DI SEBELAH timur sungai Yordan, di celah-celah pegunungan Gilead, hiduplah seorang pada zaman raja Ahab, seorang yang setia dan selalu berdoa yang bekerja dengan tidak gentar khusus untuk mengamat-amati tersebarnya kemurtadan yang begitu cepat di Israel. Tinggal jauh sekali dari kota yang ramai, serta tidak menjabat suatu kedudukan yang tinggi dalam kehidupannya, namun Elia orang Tisbe menerjunkan diri ke atas tugasnya dengan penuh keyakinan terhadap maksud Allah yang akan meratakan jalan yang terbentang di hadapannya dan yang akan memberikan kemajuan yang limpah kepadanya. Perkataan yang beriman dan berkuasa ada pada bibirnya, dan seluruh hidupnya telah dibaktikan kepada pekerjaan pembaruan. Suaranyalah yang berseru-seru di padang belantara untuk mencela dosa dan untuk menekan kembali arus pasangnya kejahatan. Dan ketika ia muncul pada orang banyak sebagai orang yang akan memperbaiki dosa, pekabarannya laksana minyak Gilead bagi jiwa-jiwa yang sakit dosa dari semua orang yang ingin disembuhkan.PR 68.1
font 6 (7) di tengah-tengah, paling bawah.
(Pasal ini diangkat dari 1 Raja-raja 17:1-7)PR 68.2
Ketika Elia melihat Israel semakin dalam tenggelam ke dalam penyembahan berhala, jiwanya tertekan dan kemarahannya bangkit. Allah telah melakukan hal yang besar bagi umat-Nya. Ia telah melepaskan mereka dari perhambaan dan mengaruniakan “negeri-negeri bangsa-bangsa, . . . agar supaya mereka tetap mengikuti ketetapan-Nya, dan memegang segala pengajaran-Nya.” Mazmur 105:44, 45, tetapi ikhtiar-ikhtiar Yehova yang bermanfaat sekarang hampir dilupakan. Dengan cepat ketidakpercayaan memisahkan bangsa pilihan itu dari Sumber kekuatan mereka. Dari atas gunung perteduhannya Elia memandang kemurtadan ini dengan sedih dan duka. Dengan menderita tekanan batin ia memohon kepada Allah untuk menghukum bangsa yang pernah diunggulkan itu di jalan mereka yang jahat, mendatangi mereka dengan pehukuman jika perlu, agar mereka boleh dituntun untuk melihat di dalam terang yang benar itu akan perpisahan mereka dari surga. Ia rindu melihat mereka diantar kepada pertobatan sebelum mereka melangkah lebih jauh dalam perbuatan jahat seakan-akan menghasut Tuhan agar membinasakan mereka habis-habisan.PR 68.3
Doa Elia telah dijawab. Bujukan berulang-ulang, peringatan dan amaran telah gagal menuntun Israel kepada pertobatan. Waktunya telah tiba manakala Allah harus berbicara kepada mereka dengan ancaman-ancaman hukuman. Sebegitu jauh para penyembah Baal menyatakan bahwa perbendaharaan surga, embun dan hujan, bukan berasal dari Yehova, tetapi berasal dari tenaga-tenaga alam yang berkuasa, dan bahwa atas daya cipta matahari maka tanah menjadi subur sehingga dapat memberikan hasil panen yang berlimpah-limpah, akibatnya laknat Allah harus menimpa negeri yang najis ini. Kepada suku-suku Israel yang murtad, haruslah ditunjukkan hasil kebodohan bersandar pada kuasa Baal demi berkat-berkat yang tidak pasti. Sampai pada saat mereka kembali pada Allah dengan pertobatan, dan mengenal-Nya sebagai sumber segala berkat, maka tidak akan turun hujan atau embun ke atas negeri itu.PR 68.4
Kepada Elialah tugas untuk menyampaikan berita pehukuman Surga bagi Ahab, dipercayakan. Ia tidak menawarkan diri untuk menjadi pesuruh Tuhan; karena firman Tuhanlah yang datang kepadanya. Merasa gemas terhadap besarnya rencana Allah, ia tidak tekebur mengikuti panggilan Ilahi, meskipun menurut bagaikan mengundang kematian yang cepat di tangan raja yang jahat itu. Segera nabi itu bersiap dan berangkat dengan berjalan siang malam sampai ia tiba di Samaria. Ia tidak minta izin di istana, juga tidak menunggu sambutan resmi. Berpakaian jubah kasar yang biasa dipakai oleh para nabi pada zaman itu, ia melewati para pengawal, seperti tidak diperhatikan lalu berdiri sebentar di hadapan raja yang terpukau.PR 69.1
Elia tidak meminta maaf atas kelancangannya yang muncul tiba-tiba. Ia ditugaskan oleh seorang yang lebih Besar daripada raja Israel, untuk berbicara dan sambil mengacungkan tangannya ke langit, dengan khidmatnya ia diberi kepastian oleh Allah yang hidup bahwa pehukuman dari Yang Mahatinggi segera akan menimpa orang Israel. Ia memaklumkan, “Demi TUHAN yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun dan hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.” Hanyalah oleh iman yang teguh yang sudah terlatih dalam kuasa firman Allah yang tak pernah gagal Elia dapat menyampaikan berita ini. Sekiranya ia tidak memiliki keyakinan yang penuh pada Satu yang ia sembah, ia tidak pernah akan dapat muncul di hadapan Ahab. Dalam perjalanannya ke Samaria, Elia melewati sungai-sungai yang selalu mengalir, gunung-gunung yang diselimuti tumbuh-tumbuhan yang menghijau, dan hutan-hutan di negeri itu yang kelihatannya tidak mungkin menjadi kering. Setiap benda yang ditangkap oleh mata diliputi keindahan. Mungkin saja nabi ini telah memikir-mikirkan bagaimana seandainya sungai-sungai itu yang tidak pernah berhenti mengalir akan menjadi kering, atau bagaimana mungkin gunung-gunung dan lembah-lembah itu akan menjadi gundul dan kering. Tetapi ia tidak menyambut ketidakpercayaan itu ke dalam dirinya. Ia percaya sepenuhnya bahwa Allah akan melumerkan Israel yang murtad itu, sehingga oleh melalui pehukuman, mereka akan dapat dibawa kepada pertobatan. Perintah Surga telah diberikan; firman Allah tak dapat gagal; dan pada saat Elia menyabung nyawa dengan beraninya ia menunaikan tugasnya. Laksana halilintar di siang hari bolong, berita bencana pehukuman jatuh ke telinga raja yang jahat itu; akan tetapi sebelum keterkejutan raja menjadi reda, atau dapat menjawab, dalam sekejap mata Elia berlalu dari sana sebagaimana ketika ia datang, tanpa menunggu untuk menyaksikan apa akibat dari pemberitaannya. Maka Tuhan beserta dengan dia, menuntun perjalanannya. Nabi itu mendapat perintah, “berjalan ke timur, dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi engkau makan di sana.”PR 69.2
ketgamPR 69.3
Elia mendatangi istana raja Ahab di Samaria, dia masuk tanpa memberi tahu sebelumnya, dan memberitakan kepada raja bahwa hujan tidak akan turun di negeri Israel.PR 69.4
Sang raja mengadakan pencaharian dengan tekun, tetapi nabi itu tidak dapat ditemukan. Ratu Izebel menjadi geram atas berita yang mengunci perbendaharaan surga, dengan tidak membuang-buang waktu ia berunding dengan para imam Baal, yang bersatu dengan dia dalam mengutuk nabi itu dan menentang murka Yehova. Tetapi meskipun mereka ingin menangkap orang yang dianggap penyebab kesengsaraan, mereka telah ditakdirkan untuk menemui kekecewaan. Walaupun mereka juga tidak dapat menyembunyikan dari orang-orang lain berita pehukuman yang sudah dimaklumkan itu sebagai akibat kemurtadan yang sudah berlangsung. Berita kutuk Elia terhadap dosa-dosa Israel, dan ramalannya akan adanya hukuman yang segera akan tiba, dengan cepat tersebar ke seluruh pelosok negeri. Ada sebagian yang merasa gentar, tetapi pada umumnya pekabaran surga tersebut diterima dengan cemoohan dan hinaan.PR 69.5
Kata-kata nabi itu segera menjadi kenyataan. Mereka yang pada mulanya cenderung mengejek pikiran yang mendatangkan marabahaya, segera melihat pantulannya yang benar-benar menjadi kenyataan; sebab setelah beberapa bulan kemudian tanah tidak dibasahi oleh hujan atau embun, menjadi kering, sehingga tumbuh-tumbuhan layu. Sementara waktu berjalan terus, sungai-sungai yang tidak pernah berhenti mengalir mulai surut, dan anak-anak sungai mulai menjadi kering. Namun rakyat telah diberi semangat oleh para pemimpinnya agar yakin pada kuasa Baal dan supaya melupakan ramalan omong kosong Elia. Imam-imam itu masih tetap menyatakan bahwa adalah kuasa Baal sehingga tidak ada hujan. Jangan takut terhadap Allah Elia atau gentar terhadap firman-Nya, kata mereka, Baallah yang mendatangkan penuaian pada musimnya dan yang menjamin kehidupan manusia dan hewan.PR 70.1
Pekabaran Allah kepada Ahab memberikan kesempatan bagi Izebel dan imam-imamnya serta semua pengikut Baal dan Asytoret untuk menguji kuasa-kuasa allah-allah mereka, sehingga jika mungkin membuktikan kepalsuan perkataan Elia. Ramalan Elia berdiri sendiri, melawan kepastian ratusan imam penyembah berhala. Meskipun ada maklumat nabi itu, bukankah Baal tetap dapat memberikan embun dan hujan, yang menyebabkan sungai-sungai mengalir terus dan menyegarkan tumbuh-tumbuhan, lalu membiarkan raja Israel berbakti kepadanya dan rakyat akan mengaku bahwa dialah Allah.PR 70.2
Untuk tetap memikat rakyat dalam penipuan, imam-iman Baal terus mempersembahkan korban kepada allah-allah mereka dan berseru kepada allah-allah itu siang malam agar menurunkan hujan. Dengan persembahan-persembahan yang mahal para imam itu berusaha untuk meredakan amarah allah-allah mereka; dengan semangat yang tabah dan mempertunjukkan jasa yang sebaik-baiknya mereka mengelilingi mezbah-mezbah berhala mereka dan berdoa dengan tekun agar turun hujan. Dari malam ke malam di seluruh negeri yang bernasib malang itu, terdengar seruan dan tangisan. Tetapi tidak ada awan yang muncul di langit pada siang hari untuk menghalangi sinar matahari yang membakar itu. Tidak ada embun atau hujan yang membasahi tanah yang melekah. Firman Yehova tetap tidak berubah oleh apa saja yang dapat diperbuat oleh imam-imam Baal itu.PR 70.3
Setahun telah berlalu namun hujan pun belum turun. Bumi seakan-akan dipanggang oleh api. Panas terik matahari membinasakan tumbuh-tumbuhan kecil apa saja yang masih hidup. Sungai-sungai menjadi kering, binatang ternak yang menguak dan mengembik beredar-edar ke sana ke mari dalam keadaan putus asa. Padang-padang yang tadinya subur telah berubah bagaikan padang pasir yang hangus, suatu kebinasaan yang sia-sia. Hutan-hutan yang membuat nikmat bagi para penyembah berhala kini menjadi gundul; pohon-pohon di hutan, yang menghiasi alam menjadi kurus dan kering karena tidak ada yang menaungi. Udara kering dan mencekik; topan debu yang membutakan yang hampir-hampir membuat napas berhenti. Kota-kota dan desa-desa yang tadinya makmur kini telah menjadi tempat-tempat berkabung. Rasa lapar dan haus memberitahukan kepada manusia dan hewan akan adanya kematian yang ditakuti. Bala kelaparan dengan segala kengeriannya semakin lama semakin dekat.PR 70.4
ketgam.PR 71.1
Untuk menentang Allah yang di surga, raja Ahab memanggil imam-imam Baal mempersembahkan korban-korban persembahan siang dan malam untuk menyegarkan bumi dengan hujan.PR 71.2
Namun, walaupun kuasa Allah yang menyebabkan peristiwa-peristiwa ini, Israel tetap saja tidak bertobat, atau pun mempelajari pelajaran yang Allah inginkan supaya mereka pelajari. Mereka tidak mengerti bahwa Ia yang menciptakan alam yang mengatur sesuai dengan hukum-hukum-Nya, dan dapat menjadikan hukum-hukum alam itu sebagai alat-alat berkat atau alat-alat kebinasaan. Hati yang congkak, yang terpikat oleh perbaktian mereka yang palsu, mereka tidak rela menundukkan dirinya di bawah tangan Allah yang mahakuasa, maka mereka mulai melontarkan hal-hal yang kira-kira menjadi penyebab penderitaan mereka.PR 71.3
Izebel sama sekali tidak menerima bahwa kekeringan ini adalah sebagai pehukuman dari Yehova. Dengan bersikeras dalam pendiriannya untuk menentang Allah di surga, ia bersama hampir seluruh Israel menuduh bahwa Elialah yang menjadi biang keladi segala kemalangan mereka. Bukankah ia telah memberikan kesaksian yang melawan bentuk-bentuk perbaktian mereka? Sekiranya ia disingkirkan saja pikirnya, maka kemarahan allah-allah mereka akan menjadi reda, dan kesusahan mereka akan berlalu.PR 71.4
Atas desakan ratunya Ahab mengerahkan pencarian yang secermat-cermatnya di mana tempat nabi itu bersembunyi. Ia mengirim utusan-utusannya kepada bangsa-bangsa di sekelilingnya jauh dan dekat, untuk mencari orang yang dibencinya sekaligus yang ditakutinya; dan dalam kegeramannya ia meningkatkan pencarian itu seberapa mungkin, ia menuntut agar raja-raja dan bangsa-bangsa ini bersumpah bahwa mereka sama sekali tidak mengetahui di mana nabi itu berada. Tetapi pencarian itu sia-sia. Nabi itu selamat dari dendam kesumat raja yang olehnya dosa-dosanya telah mengakibatkan pemakluman Allah yang sakit hati ke atas negeri itu.PR 71.5
Gagal dalam usahanya mengambil Elia, Izebel memutuskan untuk membalas dendam sendiri dengan jalan membantai semua nabi Yehova di Israel. Tidak seorang pun yang boleh dibiarkan hidup. Perempuan yang angkara murka itu melaksanakan rencananya dengan membunuh hamba-hamba Allah sebanyak-banyaknya. Namun tidak semuanya tewas. Obaja, kepala istana Ahab, yang tetap setia kepada Allah, mempertaruhkan nyawanya dengan “mengambil seratus orang nabi, lalu menyembunyikan mereka lima puluh-lima puluh sekelompok dalam gua dan mengurus makanan dan minuman mereka.” 1 Raja-raja 18:4.PR 71.6
Tahun kedua masa paceklik berlalu, langit yang tidak punya belas kasihan tidak memberikan tanda-tanda akan hujan. Musim kemarau dan bala kelaparan meneruskan pembinasaannya ke seluruh pelosok kerajaan. Para ayah dan ibu, tidak berdaya untuk mengurangi penderitaan anak-anaknya, yang terpaksa melihat kematian mereka. Namun Israel tetap saja tidak mau merendahkan hatinya di hadapan Allah dan terus bersungut-sungut menentang orang yang mengatakan pehukuman yang didatangkan ke atas mereka. Tampaknya mereka tidak sanggup melihat di dalam penderitaan dan kesengsaraannya suatu panggilan untuk bertobat, suatu perantara Ilahi untuk menyelamatkan mereka dari langkahnya yang membawa maut di luar jangkauan pengampunan Surga.PR 71.7
Kemurtadan Israel adalah suatu kejahatan yang lebih mengerikan daripada semua ketakutan yang berlipat ganda terhadap bala kelaparan. Allah sedang berusaha untuk membebaskan umat itu dari kebinasaannya dan mau menuntun mereka untuk mengerti akan pertanggungjawaban mereka kepada siapa mereka berutang nyawa dan segala perkara. Ia sedang berusaha untuk menolong mereka mengembalikan iman mereka yang hilang, dan terpaksa Ia harus mendatangkan kesusahan besar atas mereka. “Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?” “Buangkanlah daripadamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku dan perbaruilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel? Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH.” “Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?” Yehezkiel 18:23, 31, 32; 33:11.PR 72.1
Allah telah mengutus pesuruh-pesuruh-Nya ke Israel, dengan ajakan agar mereka kembali menjadi setia. Sekiranya mereka mengindahkan ajakan-ajakan ini, sekiranya mereka berbalik dari Baal kepada Allah yang hidup, maka pekabaran pehukuman dari Elia tidak pernah akan dinyatakan. Tetapi amaran-amaran yang diberikan agar menikmati kehidupan demi kehidupan ternyata bagi mereka menikmati maut demi maut. Kecongkakan mereka itu terluka, kemarahan bangkit menentang para pesuruh, maka sekarang mereka menyatakan kebencian mereka yang mendalam terhadap nabi Elia. Sekiranya ia jatuh ke tangan mereka, maka dengan gembira mereka akan menyerahkannya kepada Izebel--seakan-akan dengan membungkam suaranya mereka dapat membatalkan kegenapan perkataannya! Menghadapi malapetaka dengan sengitnya mereka terus menyembah berhala. Dengan demikian mereka sedang menambah kesalahan yang telah mengakibatkan pehukuman Surga melanda negeri itu. Bagi Israel yang menderita cuma satu obatnya--berbalik dari dosa-dosa yang telah mendatangkan pehukuman tangan Allah ke atas mereka, dan dengan sepenuh hatinya berbalik kepada Allah. Jaminan telah diberikan kepada mereka, “Bila Aku menutup langit, sehingga tidak ada hujan, dan bila Aku menyuruh belalang memakan habis hasil bumi, dan bila Aku melepaskan penyakit sampar di antara amat-Ku, dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari Surga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.” 2 Tawarikh 7:13, 14. Adalah untuk mengingat hasil yang diberkati pada masa yang lalu sehingga Allah tetap menahan dari mereka hujan dan embun sampai pembaruan yang menentukan harus sudah dilaksanakan.PR 72.2