Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    45—MEMBAYANGKAN SALIB

    PEKERJAAN Kristus di dunia ini sedang mendekati akhir masa. Di hadapan-Nya, dengan latar belakang yang jelas, terbentanglah pemandangan ke arah mana kaki-Nya sedang melangkah. Sedangkan sebelum Ia mengambil kemanusiaan pada diri-Nya, Ia melihat jauhnya jalan yang harus ditempuh-Nya agar dapat menyelamatkan yang hilang. Setiap kepedihan yang melukai hati-Nya, setiap hinaan yang ditimpakan ke atas kepala-Nya. setiap penderitaan yang harus ditanggung-Nya, terpampang di hadapan-Nya sebelum Ia mengesampingkan mahkota dan jubah kerajaan-Nya, dan turun dari takhta, untuk menutupi KeilahianNya dengan kemanusiaan. Jalan dari palungan ke Golgota semuanya terbuka di nadapan mat?-Nya. Ia mengetahui dukacita yang akan datang kepada-Nya. Ia mengetahui semuanya, namun Ia berkata, “Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Aliahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku.” Mzm 40:8. 9.KSZ2 17.1

    Di hadapan-Nya Ia senantiasa melihat hasil tugas-Nya. KehidupanNya di dunia yang penuh dengan pekerjaan berat dan pengorbanan diri, di gembirakan oleh harapan bahwa tidaklah sia-sia Ia menanggung segala penderitaan ini. Dengan memberikan hidup-Nya demi hidup ma- nusia, Ia akan mengembalikan dunia Kepada kesetiaan terhadap Allah. Meskipun baptisan daran harus mula-mula diterima, meskipun dosadosa dunia menjadi beban jiwa-Nya yang tidak bersalah; meskipun bayang dukacita yang tidak terperikan ada di atas-Nya, namun karena kesukaan yang dihadapkan kepada-Nya, Ia memilih menanggung salib, dan tidak menghiraukan malu.KSZ2 17.2

    Peristiwa-peristiwa yang dihadapi-Nya masih tersembunyi dari rekan-rekan sekerja-Nya yang terpilih itu, tetapi saatnya sudah dekat bila mereka harus melihat kesengsaraan-Nya. Mereka harus melihat Dia yang sudah mereka kasihi dan percaya, yang sudah diserahkan ke tangan musuh-musuh-Nya, dan tergantung di salib Golgota. Tidak lama kemudian Ia harus meninggalkan mereka untuk menghadapi dunia tanpa penghiburan hadirat-Nya yang kelihatan. Ia mengetahui alangkah pahitnya kebencian, dan kurang percaya akan menganiaya mereka, dan Ia ingin mempersiapkan mereka untuk ujian mereka.KSZ2 18.1

    Yesus dan murid-murid-Nya kini datang ke salah satu kota di sekitar Kaisarea Filipi. Mereka sudah di seberang perbatasan Galilea, di suatu daerah di tempat penyembahan berhala merajalela. Ke sinilah muridmurid ditarik dari pengaruh “Yudaisme” yang besar itu, dibawa ke dalam hubungan yang lebih dekat dengan perbaktian kafir. Di sekeliling mereka ditunjukkan bentuk-bentuk ketakhayulan yang terdapat di segala bagian dunia. Yesus merindukan agar suatu pandangan tentang perkara-perkara ini dapat memimpin mereka untuk merasakan tanggung jawab mereka kepada orang kafir. Selama Ia tinggal di daerah ini, Ia berusaha menghindari mengajar orang banyak, dan mengabdikan diri-Nya lebih banyak untuk murid-murid-Nya.KSZ2 18.2

    Ia hampir memberitahukan kepada mereka tentang penderitaan yang menunggu Dia. Tetapi mula-mula Ia mengasingkan diri, dan mendoakan agar hati mereka disediakan untuk menerima perkataan-Nya. Ketika menggabungkan diri dengan mereka, Ia tidak segera menyampaikan hal yang hendak diberikan-Nya. Sebelum melakukannya, Ia memberi mereka suatu kesempatan untuk mengaku iman mereka kepada-Nya, agar mereka dapat dikuatkan guna menghadapi ujian yang akan datang. Ia bertanya, “kata orang, siapakah Anak Manusia itu?”KSZ2 18.3

    Dengan sedihnya murid-murid terpaksa mengakui bahwa Israel sudah gagal mengenal Mesias. Ada pula yang menyatakan Dia Anak Daud, ketika mereka melihat mukjizat-mukjizat-Nya. Orang banyak yang sudah diberi makan di Betsaida telah begitu ingin memaklumkan Dia sebagai raja Israel. Banyak orang bersedia menerima Dia sebagai nabi, tetapi mereka tidak percaya bahwa Ialah Mesias.KSZ2 18.4

    Kini Yesus menanyakan pertanyaan kedua, yang berhubungan dengan murid-murid itu sendiri: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.”KSZ2 19.1

    Sejak mulanya Petrus sudah percaya bahwa Yesus ialah Mesias. Banyak orang lain yang sudah diyakinkan oleh khotbah Yohanes Pembaptis, dan yang telah menerima Kristus, mulai meragukan tugas Yohanes ketika ia dipenjarakan dan dibunuh; dan kini mereka meragukan bahwa Yesus adalah Mesias, yang sudah lama sekali mereka nantikan. Banyak dari antara murid-murid-Nya yang dengan sungguh-sungguh mengharapkan Yesus mengambil tempat-Nyadi takhta Daud, meninggalkan Dia ketika mereka melihat bahwa Ia tidak mempunyai niat seperti itu. Tetapi Petrus dan rekan-rekannya tidak berbalik dari kesetiaan mereka. Perilaku yang ragu-ragu di pihak orang-orang yang memuji kemarin serta mempersalankan hari ini tidaklah merusak iman pengikut Kristus yang sejati itu. Petrus menyatakan, “Engkau adalah Mesias. Anak Allah yang hidup.” Ia tidak menunggu kehormatan raja untuk memahkotai Tuhannya, melainkan menerima Dia dalam kerendahan-Nya.KSZ2 19.2

    Petrus telah mengungkapkan iman kedua belas murid itu. Meskipun demikian murid-murid itu masih jauh dari pengertian akan tugas Kristus. Perlawanan dan gambaran yang salah di pihak imam-imam dan penghulu-oenghulu, meskipun tidak dapat membalikkan mereka dari Kristus, namun masih menyebabkan kebingungan besar bagi mereka. Mereka tidak melihat jalan mereka dengan jelas. Pengaruh pendidikan mereka yang mula-mula, ajaran para rabi, kuasa tradisi, masih menghambat pandangan mereka akan kebenaran. Sekali-sekali cahaya yang mulia dari Yesus bersinar kepada mereka, namun sering mereka bagaikan orangorang yang meraba-raba di antara bayang-bayang. Tetapi pada hari ini, sebelum mereka dibawa berhaaap-hadapan dengan ujian besar untuk iman mereka, Roh Kudus memenuhi mereka dengan kuasa. Seketika lamanya mata mereka dipalingkan dari “barang yang kelihatan’ untuk “memandang yang tidak kelihatan.” 2 Kor. 4:18. Di bawah samaran kemanusiaan mereka melihat kemuliaan Anak Allah.KSZ2 19.3

    Yesus menjawab kepada Petrus dengan berkata, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga.”KSZ2 20.1

    Kebenaran yang telah diakui oleh Petrus merupakan dasar iman orang percaya. Justru itulah yang telah dinyatakan Kristus sendiri sebagai hidup kekal. Tetapi hanya memiliki pengetahuan ini bukannya menjadi alasan untuk memuliakan diri sendiri. Bukannya dengan hikmat atau kebaikannya sendiri kebenaran itu telah dinyatakan kepada Petrus. Manusia tidak pemati dapat memperoleh suatu pengetahuan Ilahi dengan kuasanya sendiri. Ia “tingginya seperti langit—apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati—apa yang dapat kauketahui?” Ayub 11:8. Hanyalah Roh pengangkatan dapat menyatakan kepada kita perkara Allah secara mendalam, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia.” “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.” 1 Kor. 2:9. 10. “Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia,” dan kenyataan bahwa Petrus melihat kemuliaan Kristus membuktikan bahwa ia telah “menerima pengajaran dari Bapa.” Mzm. 25:14; Yoh. 6:45. Ah, sungguh, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu.”KSZ2 20.2

    Yesus meneruskan: “Dan Aku pun berkata Kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Kata Petrus berarti sebuah batu— sebuah batu yang berguling-guling. Petrus bukannya gunung batu yang di atasnya jemaat didirikan. Segala pintu alam maut mengalahkan dia kerika ia menyangkal Tuhannya dengan kutukan dan sumpah. Jemaat didirikan di atas Seorang yang tidak dapat dialahkan oleh pintu alam maut.KSZ2 20.3

    Berabad-abad sebelum kedatangan Juruselamat Musa telah menunjuk kepada Gunung Batu keselamatan Israel. Penulis Mazmur telah menya-nyikan “Gunung Batuku.” Yesaya telah menulis, “Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh.” UI. 34:4. Mzm. 62:7; Yes. 28:16. Petrus sendiri, yang menulis dengan ilham mengenakan nubuatan ini kepada Yesus. Ia mengatakan. “Jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan. Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormati di hadirat Allah. Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani ” 1 Ptr. 2:3-5.KSZ2 20.4

    “Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” 1 Kor. 3:11. “Di atas batu karang ini,” kata Yesus, “Aku akan mendirikan jemaat-Ku.” Di hadapan hadirat Allah, dan segala makhluk-makhluk cerdas di surga, dihadiri olen tentara alam maut yang tidak kelihatan, Kristus mendirikan jemaat-Nya di atas Gunung Batu yang hidup. Gunung Batu itu ialah diriNya sendiri, tubuh-Nya sendiri, yang dipecahkan dan dihancurkan bagi kita. Terhadap jemaat yang didirikan di atas dasar inilah pintu alam maut pun tidak dapat menang.KSZ2 21.1

    Alangkah kecilnya jemaat itu kelihatan ketika Kristus mengucapkan perkataan ini! Hanya sedikit sekali orang percaya, terhadap siapa segala kuasa Setan dan kuasa orang jahat ditujukan, meskipun demikian para pengikut Kristus tidak usah khawatir. Karena kekuatan mereka didirikan di atas Gunung Batu, mana mereka tidak dapat dikalahkan.KSZ2 21.2

    Selama enam ribu tahun iman sudah bertumpu pada Kristus. Selama enam ribu tahun banjir dan topan kemarahan Setan sudah dikalahkan di atas Gunung Batu keselamatan; tetapi Gunung Batu itu berdiri dengan tidak goyah.KSZ2 21.3

    Petrus telah mengungkapkan kebenaran yang menjadi dasar iman jemaat itu, dan kini Yesus menghormati dia sebagai wakil segenap rombongan orang percaya. Ia berkata Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga ”KSZ2 21.4

    “Kunci kerajaan surga,” ialah sabda Kristus. Segala perkataan Kitab Suci adalah milik-Nya, dan termasuk yang di sini. Perkataan ini mempunyai kuasa untuk membuka dan menutup surga. Hal itu menyatakan keadaan yang dengannya manusia diterima atau ditolak. Demikianlah orang-orang yang memasyhurkan sabda Allan menjadi suatu semerbak kehidupan menuju hidup atau bau maut menuju mati. Pekerjaan mereka adalah suatu tugas yang sarat dengan hasil abadi.KSZ2 21.5

    Juruselamat tidak menyerahkan pekerjaan Injil kepada Petrus secara pribadi. Beberapa waktu kemudian, ketika mengulangi perkataan yang diucapkan kepada Petrus, Ia mengenakannya langsung kepada jemaat. Dan perkataan yang sama diucapkan juga kepada kedua belas murid sebagai wakil-wakil rombongan orang percaya. Sekiranya Yesus telah menyerahkan sesuatu wewenang khusus kepada salah seorang muridNya melebihi murid-murid yang lain, maka kita tidak akan sering melihat mereka bertengkar mengenai siapa seharusnya yang terbesar. Sudah tentu mereka tunduk kepada kehendak Tuhannya, dan menghormati orang yang telah dipilih-Nya.KSZ2 22.1

    Gantinya menunjuk seorang menjadi kepala mereka, Kristus mengatakan kepada murid-murid, “Janganlah kamu diseout rabi,” “janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu. yaitu Mesias.” Mat. 23:8, 10.KSZ2 22.2

    “Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus.” “Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus,” dan “Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.” 1 Kor. 11:3; Ef. 1:22, 23. Didirikan di atas Kristus sebagai dasarnya, jemaat itu harus mentaati Kristus sebagai kepalanya. Jemaat itu tidak seharusnya bergantung pada manusia, atau dikendalikan oleh manusia. Banyak orang menuntut bahwa suatu jabatan dengan tanggung jawab besar dalam sidang memberi mereka wewenang untuk mendiktekan apa yang harus dipercayai oleh orang lain dan apa yang harus mereka lakukan. Tuntutan ini tidak dibenarkan Allah. Juruselamat menyatakan, “Kamu sekalian ini bersaudara.” Semuanya mudah terkena pencobaan, dan ada kemungkinan berbuat kekeliruan. Kita tidak dapat bergantung pada makhluk yang terbatas untuk mendapat bimbingan. Gunung Batu iman ialah hadirat Kristus di dalam jemaat. Padanyalah yang paling lemah sekalipun boleh bergantung, dan mereka yang menganggap diri paling kuat sekalipun akan terbukti paling lemah, kecuali mereka menjadikan Kristus menjadi kesanggupan bagi mereka. “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri,” Tuhan bagaikan “Gunung Batu yang pekerjaan-Nya sempurna.” “Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya.” Yer. 17:5; UI. 32:4; Mzm. 2 12KSZ2 22.3

    Sesudah pengakuan Petrus, Yesus memerintahkan murid-murid agar tidak menceritakan kepada seorang pun bahwa Ialah Kristus. Perintah ini diberikan sebab perlawanan yang nekad di pihak ahli Taurat dan orang Farisi. Lebih dari itu, orang banyak dan murid-murid sekalipun mempu-nyai suatu pengertian yang sangat keliru tentang Mesias, sehingga suatu pengumuman tentang Dia kepada khalayak ramai tidak akan memberi mereka pendapat yang benar tentang tabiat-Nya atau pekerjaan-Nya. Tetapi dari hari ke hari Ia menyatakan diri-Nya kepada mereka sebagai Juruselamat, dan dengan demikian Ia ingin memberikan kepada mereka suatu pengertian yang benar tentang Dia sebagai Mesias.KSZ2 23.1

    Murid-murid masih mengharapkan agar Kristus memerintah sebagai seorang putra duniawi. Meskipun sudah lama Ia menyembunyikan rencana-Nya, namun mereka percaya bahwa Ia tidak akan selamanya tinggal dalam kemiskinan dan dalam keadaan tidak dikenal; waktunya sudah dekat bila Ia akan mendirikan kerajaan-Nya. Bahwa kebencian imamimam dan rabi-rabi tidak pernah akan dikalahkan, bahwa Kristus akan ditolak oleh bangsa-Nya sendiri, dihukum sebagai seorang penipu, dan disalibkan sebagai seorang penjahat, pikiran seperti itu tidak pernah timbul dalam hati murid-murid. Tetapi saat kuasa kegelapan sudah dekat dan Yesus harus memaparkan kepada murid-murid-Nya tentang pertentangan yang ada di depan mereka. Ia merasa sedih sementara Ia menantikan ujian itu.KSZ2 23.2

    Sampai saat itu Ia telah menahan diri dari memberitahukan kepada mereka sesuatu berkenaan dengan penderitaan dan kematian-Nya. Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus Ia berkata, “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” Yoh. 3:14, 15. Tetapi murid-murid tidak mendengar hal ini dan sekiranya saja mereka mendengarnya, mereka tidak akan mengerti. Tetapi sekarang mereka sudah bersama-sama dengan Yesus, mendengarkan perkataan-Nya, melihat perbuatan-Nya, sehingga meskipun keadaan di sekitar-Nya sangat hina, dan Ia mendapat perlawanan dari pihak imam-imam dan orang banyak, namun merek i dapat ikut serta dalam kesaksian Petrus, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” Sekarang sudah tibalah saatnya selubung yang menyembunyikan masa depan pun tersingkap. “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”KSZ2 23.3

    Dalam keadaan bungkam karena kesedihan dan keheranan, muridmurid mendengarkannya. Kristus telah menerima pengakuan tentang Dia sebagai Anak Allah, dan sekarang perkataan-Nya yang menunjuk kepada penderitaan dan kematian-Nya tampaknya tidak dapat dipahami. Petrus tidak dapat tinggal diam. Ia berpaut pada Tuhannya, seakan-akan menarik Dia dari nasib yang mengancam, sambil berseru “Tuhan, kiranya Allah menjadikan hal itu! Hal itu sekali-kali tak akan menimpa Engkau.”KSZ2 24.1

    Petrus mengasihi Tuhannya, tetapi Yesus tidak memuji dia karena menyatakan kerinduan untuk melindungi Dia dari penderitaan. Perkataan Petrus tidaklah sedemikian rupa sehingga dapat menjadi suatu pertolongan dan penghiburan kepada Yesus dalam ujian besar yang dihadapi-Nya. Hal itu tidak sesuai, baik dengan tujuan rahmat Allah terhadap dunia yang hilang, mau pun dengan pelajaran pengorbanan diri yang hendak diajarkan Yesus oleh teladan-Nya sendiri. Petrus tidak ingin melihat salib dalam pekerjaan Kristus. Kesan yang hendak diberikan oleh perkataannya sangatlah bertentangan dengan kesan yang hendak diberikan oleh Kristus pada pikiran para pengikut-Nya, dan Juruselamat tergerak untuk mengucapkan salah satu tempelakan yang paling keras yang pernah keluar dari bibir-Nya: “Enyahlah Iblis, engkau satu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”KSZ2 24.2

    Setan berusaha mengecewakan Yesus, dan membalikkan Dia dari tugas-Nya; dari Petrus dalam kasih yang buta, sedang memberikan suara kepada pencobaan. Putra kejahatan adalah sumber buah pikiran itu. Ajakannya ada di belakang permohonan yang membujuk itu. Di padang belantara. Setan telah menawarkan kerajaan dunia kepada Kristus dengan syarat meninggalkan jalan kerendahan hati dan pengorbanan. Sekarang ia mengemukakan pencobaan yang sama kepada mund Kristus Ia sedang berusaha menetapkan pandangan Petrus pada kemuliaan duniawi, sehingga ia tidak melihat salib yang diinginkan Yesus supaya dilihatnya Dan dengan perantaraan Petrus, Setan sekali lagi melancar kan pencobaan kepada Yesus. Tetapi juruselamat tak menghiraukannya, pikiran-Nya tertuju kepada murid-Nya. Setan telah berdiri di antara Petrus dan Tuhannya, supaya hati murid itu tidak akan terharu oleh memandang perihal Kristus direndahkan baginya. Perkataan Kristus diucapkan, bukannya kepada Petrus, melainkan kepada seorang yang berusaha memisahkan dia dari Penebusnya. “Enyahlah Iblis.” Jangan lagi berdiri di ant* Aku dengan hamba-Ku yang mudah berbuat kesalahan. Biarlah Aku datang muka dengan muka dengan Petrus, supaya Aku menyatakan rahasia kasih-Ku kepadanya.KSZ2 24.3

    Hal itu menjadi suatu pelajaran yang pahit bagi Petrus, dan yang di-pelajarinya dengan lambat, bahwa jalan Kristus di dunia ini terletak melalui kesengsaraan dan sifat merendahkan diri. Murid itu mundur dari persekutuan dengan Tuhannya dalam penderitaan. Tetapi dalam kepanasan dapur api ia harus mempelajari berkatnya. Lama sesudah itu. Ketika tubuhnya yang selalu giat bekerja sudah bungkuk karena pekerjaan bertahun-tahun lamanya, ia menulis, “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu |uga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.” 1 Ptr. 4:12, 13.KSZ2 25.1

    Sekarang Yesus menjelaskan kepada murid-murid-Nya bahwa hidupNya yang penuh penyangkalan diri merupakan teladan untuk hidup mereka yang semestinya. Setelah memanggil orang banyak yang tinggal lama-lama di dekat tempat itu untuk datang kepada-Nya dengan muridmurid-Nya, Ia berkata, “Setiapa orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku.” Salib itu dihubungkan dengan kuasa Roma. Itulah alat untuk jenis kematian yang paling bengis dan hina. Para penjahat yang paling hina dituntut memikul salib ke tempat pelaksanaan hukuman mati; dan sering ketika salib itu sudah hampir diletakkan di atas bahu, mereka menolak dengan kekerasan yang penuh perasaan putus asa, sampai mereka dikuasai, dan alat penyiksa diikatkan pada mereka. Tetapi Yesus menyuruh para pengikut-Nya mengangkat salib dan memikulnya seperti Dia. Bagi murid-murid, perkataan-Nya, meskipun dipahami dengan samar-samar, menunjuk kepada penyerahan diri mereka pada sifat merendahkan diri yang paling pahit, penyerahan diri meskipun sampai kepada maut karena nama Kristus. Tidak ada penyerahan diri yang lebih sempurna yang dapat digambarkan oleh perkataan Juruselamat. Tetapi segala perkara ini telah diterima-Nya bagi mereka. Yesus tidak menganggap surga suatu tempat yang dirindukan sementara kita dalam keadaan hilang, la meninggalkan istana surga untuk hidup yang penuh celaan dan hinaan, serta kematian yang memalukan. Ia yang kaya dengan harta benda surga yang tak ternilai, menjadi papa, supaya oleh kepapaan-Nya kita boleh menjati’ kaya. Kita harus mengikuti jalan yang ditempuh-Nya.KSZ2 25.2

    Kasih bagi jiwa-jiwa yang baginya Kristus mati berarti menyalibkan diri sendiri. Sejak saat itu ia yang menjadi seorang anak Allah harus me-mandang dirinya sebagai suatu mata rantai dalam rantai yang diulurkan untuk menyelamatkan dunia, satu dengan Kristus dalam rencana kemurahan-Nya, keluar dengan Dia untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Orang Kristen harus senantiasa menyadari bahwa ia sudah me-musatkan dirinya kepada Allah, dan bahwa dalam tabiat ia harus menya-takan Kristus kepada dunia. Pengorbanan diri, simpati, kasih yang di-tunjukkan dalam kehidupan Kristus hendaknya kelihatan kemban dalam kehidupan pekerja Allah.KSZ2 26.1

    Karena barangsiapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Sifat mementingkan diri adalah kematian. Tidak ada anggota tubuh yang dapat hidup sekiranya pelayanannya dibatasi baginya sendiri. Jantung yang gagal mengirimkan darah yang memberi hidup ke tangan dan kepala, akan segera hilang kekuatannya. Sebagaimana darah yang memberi hidup, demikian juga halnya dengan kasih Kristus yang tersebar melalui setiap bagian tubuh-Nya yang bersifat ajaib. Kita adalah anggota-anggota satu dengan yang lain, dan jiwa yang enggan membagikan akan binasa. Dan “apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia,” kata Yesus, tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”KSZ2 26.2

    Di balik kemiskinan dan kehinaan masa sekarang, Ia mengalihkan perhatian murid-murid kepada kedatangan-Nya dalam kemuliaan, bu-kannya dalam keindahan takhta duniawi, melainkan dengan kemuliaan Allah dan balatentara surga. Dan kemudian Ia berkata, “Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.” Kemudian untuk memberanikan mereka Ia memberikan janji, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam kerajaanNya.” Tetapi murid-murid tidak mengerti perkataan-Nya. Kemuliaan tampaknya sangat jauh. Mata mereka menatap pandangan yang lebih dekat, hidup dalam kemiskinan 01 dunia, kehinaan, dan penderitaan. Apakah harapan mereka yang menggembirakan tentang kerajaan Mesias harus dibatalkan? Tidakkah mereka akan melihat Tuhan mereka dinaikkan ke takhta Daud? Mungkinkah Kristus harus hidup sebagai seorang pengembara yang hina dan tidak berumah, dihina, ditolak, dan dibunuh? Kesusahan menekan hati mereka karena mereka mengasihi Tuhan Kebimbangan juga mengganggu pikiran mereka, karena tampaknya tidak masuk akal bahwa Anak Allah harus ditaklukkan kepada kehinaan sekejam itu. Mereka menanyakan mengapa Ia rela pergi ke Yerusalem untuk menghadapi perlakuan yang telah dikatakan-Nya kepada mereka harus didapat-Nya di sana. Bagaimanakah Ia dapat menyerah pada nasib seperti itu, dan meninggalkan mereka dalam kegelapan yang lebih besar daripada kegelapan yang dalamnya mereka meraba-raba sebelum Ia menyatakan diri-Nya kepada mereka?KSZ2 27.1

    Murid-murid memberikan alasan bahwa di daerah Kaisarea Filipi Kristus tidak dapat dijangkau oleh Herodes dan Kayafas. Tidak suatu pun dikhawatirkan-Nya dari kebencian orang Yahudi atau dari kuasa orang Roma. Mengapa tidak bekerja di sana jauh dari orang Farisi? Mengapa Ia perlu menyerahkan diri-Nya kepada kematian? Jika Ia harus mati, bagaimanakah kerajaan-Nya akan didirikan dengan teguh sehingga pintu alam maut pun tidak akan mengalahkannya? Bagi murid-murid hal ini sungguh merupakan suatu rahasiaKSZ2 27.2

    Pada saat ini mereka sedang mengadakan perjalanan sepanjang pesisir Danau Galilea ke arah kota di mana segala harapan mereka akan di-hancurkan. Mereka tidak berani memprotes Kristus, tetapi mereka bercakap-cakap bersama-sama dalam nada yang rendah dan sedih mengenai apa yang akan terjadi pada masa depan. Di tengah kesangsian mereka sekalipun mereka berpegang pada anggapan bahwa sesuatu keadaan yang tidak diharapkan lebih dulu dapat mengelakkan nasib yang tampaknya menunggu Tuhan mereka. Demikianlah mereka bersusah hati dan bimbang, harap-harap cemas, selama enam hari yang suram itu.KSZ2 28.1

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents