Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Perdjuangan Segala Zaman - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Kebebasan Manusia Untuk Memilih

    Allah memberikan pentundjuk kepada nenek mojang kita jang pertama tentang pohon pengetahuan, dan mereka diberitahukan sepenuhnja berhubung dengan kedjatuhan Setan, serta bahaja kalau mendengarkan andjuran-andjuran-nja. Tuhan tidak meniadakan mereka daripada kuasa memakan buah larangan itu. DibiarkanNja mereka sebagai macluk-macluk jang bebas untuk mempertjajai perkataanNja, menurut perintahNja, dan hidup, atau pertjaja kepada penggoda, mendurhaka, dan binasa. Keduanja telah makan, maka akal-budi tinggi jang diperolehnja adalah pengetahuan akan dosa dan satu perasaan telah berbuat djahat. Pembungkus terang jang sekelilingnja dengan segera lenjap, lalu dibawah perasaan telah bersalah dan kehilangan pembungkus ilahinja itu, mereka digenggam oleh perasaan gentar, sehingga mereka berusaha hendak menutupi badannja jang telah telandjang itu.PZ 40.1

    Nenek mojang kita jang pertama telah memilih hendak mempertjajai apa jang dipikirnja perkataan ular; tetapi ia belum pernah memberikan kepada mereka bukti-bukti tjintanja. Ular itu belum pernah berbuat suatu apapun untuk kesenangan dan kebadjikan mereka, sedang Allah telah memberikan kepada mereka itu segala sesuatu jang baik untuk makanan dan senang kepada pemandangan. Kemana sadja mata melihat ada terdapat ketjantikan jang ber-limpah-ber-limpah; tetapi Hawa telah ditipu oleh ular itu, untuk berpikir bahwa ada sesuatu jang ditahankan, hal mana akan mendjadikan mereka pintar, sama seperti Allah. Ganti mempertjajai dan menjerahkan segala perkara kepada Allah, dengan hina ia mentjurigai kebadjikanNja serta memeliharakan perkataan Setan.PZ 40.2

    Setelah Adam melanggar mula-mula-nja ia menjangka bahwa dirasanja satu keangkatan kepada satu kehidupan baru jang lebih tinggi. Tetapi segera pikiran tentang pelanggarannja itu mendatangkan ketakutan kepadanja. Hawa udara jang tadinja sederhana dan rata iklimnja, se-olah-se-olah mendjadikan mereka kedinginan. Kelamin jang bersalah itu memperoleh satu perasaan dosa. Mereka merasa ketakutan akan hari kemudian, suatu perasaan kekurangan apa-apa, suatu ketelandjangan djiwa. Kasih jang manis dan damai serta bahagia jang gembira dan puas itu se-olah-se-olah didjauhkan daripada mereka, dan sebagai gantinja datanglah perasaan keperluan sesuatu jang tidak pernah dirasanja dahulu. Lantas mereka buat pertama kali mengalihkan perhatiannja kepada jang lahir. Mereka tadinja tidak berpakaian melainkan dibungkus dalam terang sama seperti malaikat-malaikat sorga. Terang jang selama ini membungkus mereka telah lenjap. Untuk menghilangkan perasaan kekurangan dan ketelandjangan jang diinsjafinja itu, perhatian mereka pun ditudjukan kepada usaha mentjahari pembungkus akan tubuhnja, karena bagaimanakah mereka dapat memandang mata Allah dan malaikat-malaikat dengan telandjang?PZ 41.1

    Kedjahatan mereka itu sekarang njatalah kepada mereka dalam keadaannja jang benar. Pelanggaran mereka akan perintah Allah jang njata memperoleh tabiat jang lebih terang. Adam menjalahkan kebodohan Hawa jang sudah memisahkan diri daripadanja dan telah ditipu oleh ular itu. Keduanja sama-sama menjenangkan hatinja bahwa Allah, jang telah memberikan segala sesuatu untuk mendjadikan mereka senang, boleh djadi masih mau mema’afkan pelanggaran mereka karena tjintaNja jang besar kepada mereka dan mungkin pula hukuman mereka itu tidak akan begitu hebat.PZ 41.2

    Setan bersuka-ria oleh karena hasil jang diperolehnja. Ia sekarang telah menggoda perempuan itu supaja djangan pertjaja kepada Allah, supaja mentjurigai kebidjaksanaanNja, dan berusaha menjelidik se-dalam-se-dalam-nja rentjanaNja jang penuh hikmat itu. Maka oleh perempuan itu pula ia telah berhasil merubuhkan Adam, siapa telah melanggar perintah Allah oleh karena tjintanja kepada Hawa, lalu berdosa ber-sama-ber-sama dengan dia.PZ 42.1

    Kabar tentang kedjatuhan manusia itu tersiar disegenap sorga — segala ketjapi mendjadi senjap. Malaikat-malaikat itu menanggalkan makotanja daripada kepalanja dalam dukatjita. Segenap sorga terharu. Malaikat-malaikat berdukatjita karena kurang terimakasih manusia jang begitu hina sebagai pembalasan kepada karunia jang telah diberikan Allah dengan begitu limpah. Satu permusjawaratan dengan segera diadakan untuk memutuskan tindakan apakah jang harus diambil terhadap suami isteri jang bersalah itu. Malaikat-malaikat merasa takut kalau suami-isteri itu akan memetik lalu makan buah pohon kehidupan, dan dengan demikian mengekalkan kehidupannja jang berdosa.PZ 42.2

    Tuhan mengundjungi Adam dan Hawa, serta memberitahukan kepadanja akibat pelanggarannja itu. Ketika mereka mendengar kedatangan Allah jang mulia itu, berusahalah keduanja hendak menjembunjikan dirinja daripada pemandangan Dia, jang pada waktu mereka masih belum berdosa, gembira sekali hendak bertemu kepadaNja. “Maka berserulah Tuhan Allah akan Adam, sabdaNja: Dimanakah engkau? Maka sahut Adam; Bahwa kudengar bunji suaraMu dalam taman, maka takutlah aku, karena aku telandjang, sebab itu aku bersembunji. Maka sabda Allah: Siapa gerangan memberi tahu kepadamu bahwa engkau telandjang? Adakah engkau makan daripada pohon, akan halnja telah Kupesan, djangan engkau makan buahnja?” Hal ini ditanjakan oleh Tuhan, bukan oleh sebab Ia memerlukan keterangan, melainkan untuk menempelak kelamin jang bersalah itu. Bagaimanakah engkau mendjadi malu dan takut? Adam mengaku kesalahannja, bukan oleh sebab ia bersesal akan pendur-hakaannja jang besar itu, melainkan untuk melemparkan tjelaan kepada Allah. “Perempuan, jang Tuhan karuniakan kepadaku, jaitu memberikan daku buah pohon itu, lalu kumakan.” Lantas Tuhan bersabda kepada perempuan itu: “Apakah ini, jang telah kauperbuat?” Hawa menjahut, “Si ular menipukan daku, lalu aku makan.”PZ 42.3

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents