Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Kisah Para Rasul - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Bab 42— Perjalanan dan Kapal Karam

    Akhirnya Paulus sudah dalam perjalanannya ke Roma. “ Setelah diputuskan,” Lukas menulis, “bahwa kami akan berlayar ke Italia, maka Paulus dan beberapa orang tahanan lain diserahkan kepada seorang perwira yang bernama Yulius dari pasukan Kaisar. Kami naik ke sebuah kapal dari Andramitium yang akan berangkat ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Asia, lalu kami bertolak. Aristarkhus, seorang Makedonia dari Tesalonika, menyertai kami. ”KR 370.1

    Dalam abad pertama dari Tarikh Masehi mengadakan perjalanan melalui laut disertai dengan kesulitan dan bahaya yang khas. Pelautpelaut sebagian besar menunjukkan jalan mereka pada kedudukan matahari dan bintang-bintang; dan bila hal ini tidak kelihatan, dan ada tandatanda topan, si pemilik kapal itu khawatir untuk pergi ke laut lepas. Selama sebagian dari tahun itu, pelayaran yang aman hampir mustahil.KR 370.2

    Rasul itu sekarang dipanggil untuk menderita pengalaman yang sulit yang akan menjadi nasibnya sebagai seorang tahanan terbelenggu selama perjalanan yang panjang dan membosankan ke Italia. Satu kesempatan meringankan kesulitan nasibnya ia ke Italia. Satu kesempatan meringankan kesulitan nasibnya ia diizinkan untuk bersahabat dengan Lukas dan Aristarkhus. Dalam suratnya kepada orang Kolose sesudahnya itu menyebutkan yang terakhir itu sebagai “ temanku sepenjara (Kol 4:10); tetapi dari pilihannva sendiri Aristarkhus turut merasai perhambaan Paulus, supaya ia boleh melayani dia dalam penderitaannya.KR 370.3

    Perjalanan itu mulai dengan aman. Pada keesokan harinya mereka membuang sauh di pelabuhan Sidon. Di sinilah Yulius, perwira itu, “ memperlakukan Paulus dengan ramah, ” dan setelah diberitahu bahwa ada orang Kristen di tempat itu, “ memperbolehkannya mengunjungi sahabat-sahabatnya, supaya mereka melengkapkan keperluannya. ” Izin ini sangat dihargai oleh rasul itu, yang sangat lemah kesehatannya.KR 371.1

    Sesudah meninggalkan Sidon, kapal itu menemui angin sakal; dan didorong dari jalan yang benar, kemajuannya sangatlah lambat. Di Mira, di daerah Likia, perwira itu mendapat sebuah kapal Aleksandria yang besar, menuju ke pantai Italia, dan ke atas kapal ini ia memindahkan orang-orang tahanannya dengan segera. Tetapi angin masih tetap dari muka, dan kemajuan kapal itu amat sulit. Lukas menulis, “ Selama beberapa hari berlayar, kami hampir-hampir tidak maju dan dengan susah payah kami mendekati Knidus. Karena angin tetap tidak baik, kami menyusur pantai Kreta melewati tanjung Salmone. Sesudah kami dengan susah payah melewati tanjung itu, sampailah kami di sebuah tempat bernama Pelabuhan Indah. ”KR 371.2

    Di pelabuhan Indah mereka terpaksa tinggal beberapa waktu, menunggu angin yang baik. Musim dingin mulai tiba dengan cepatnya; “ sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran;” dan mereka yang menjaga kapal itu harus menghentikan pengharapannya untuk mencapai tujuan mereka sebelum musim perjalanan melalui laut harus ditutup selama tahun itu. Satu-satunya pertanyaan yang sekarang harus ditentukan ialah, apakah mau tinggal di Pelabuhan Indah, atau berusaha mencapai tempat yang lebih menyenangkan untuk mana mereka harus tinggal selama musim dingin.KR 371.3

    Pertanyaan ini diperbincangkan dengan sungguh-sungguh, dan akhirnya diserahkan oleh perwira kepada Paulus, yang telah mendapat kepercayaan pelaut-pelaut dan serdadu-serdadu. Rasul itu dengan tidak ragu-ragu menasihati untuk tinggal di mana mereka berada. “ Saudarasaudara,” katanya, aku lihat, bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita.” Tetapi “perwira itu lebih percaya kepada jurumudi dan nakhoda daripada kepada perkataan Paulus, ” dan kebanyakan penumpang-penumpang dan awak kapal, tidak rela untuk menerima nasihat ini. Sebab pelabuhan di mana mereka berlabuh “ tidak baik untuk tinggal di situ selama musim dingin, maka kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk berlayar terus dan mencoba mencapai kota Feniks untuk tinggal di situ selama musim dingin. Kota Feniks adalah sebuah pelabuhan pulau Kreta yang terbuka ke arah barat daya dan ke arah barat laut. ”KR 371.4

    Perwira itu memutuskan untuk mengikuti pertimbangan orang banyak. Dengan demikian, “ pada waktu itu angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan, ” mereka berlayar dari Pelabuhan Indah, dengan pengharapan mereka segera akan mencapai pelabuhan yang diinginkan. “ Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah... angin badai yang disebut angin Timur Laut. Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. ”KR 372.1

    Dihempaskan oleh angin ribut, kapal itu menghampiri sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan sementara dalam perlindungannya pelautpelaut menyediakan untuk yang lebih jelek. Sekoci penolong itu, satusatunya alat mereka untuk lepas jika kapal itu akan tenggelam, adalah dalam gandengan dan hampir dihempaskan berkeping-keping setiap saat. Pekerjaan mereka yang mula-mula ialah untuk menarik kapal ini ke darat. Segala tindakan yang mungkin harus diambil untuk menguatkan kapal itu dan menyediakannya untuk melawan angin topan. Perlindungan yang tidak cukup yang diberikan oleh pulau kecil itu tidak banyak membantu mereka, dan tidak lama lagi mereka tidak terlindung dari keganasan angin topan itu.KR 372.2

    Sepanjang malam angin topan mengganas, dan meskipun tindakan pencegah yang telah diambil, kapal itu kemasukan air. “ Pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut.” Malam pun datanglah, tetapi angin tidak berhenti. Kapal yang dipukul oleh angin ribut, dengan tiang yang hancur dan layar yang koyak-koyak, dilemparkan kian ke mari oleh keganasan angin ribut. Setiap saat tampaknya kayu yang mengerang harus mengalah sementara kapal itu terhuyunghuyung dan gemetar oleh getaran angin ribut. Kebocoran itu bertambah dengan cepatnya, dan penumpang-penumpang dan anak buah kapal bekerja dengan tiada henti-hentinya pada pompa itu. Tidak ada waktu istirahat bagi seseorang di dalam kapal: “ Dan pada hari yang ketiga, ” Lukas menulis, “ mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan mereka sendiri. Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami. ”KR 372.3

    Selama empat belas hari mereka hanyut di bawah langit yang tidak bermatahari dan tidak berbintang. Rasul itu, meskipun dirinya sendiri menderita secara badani, mempunyai perkataan pengharapan untuk saat yang paling gelap itu, suatu tangan yang suka menolong dalam tiap-tiap keadaan darurat itu. Ia memegang dengan iman Tangan Yang Berkuasa, dan hatinya tinggal kepada Allah. Ia tidak mempunyai kekuatiran untuk dirinya sendiri; ia mengetahui bahwa Allah akan melindungi dia untuk bersaksi di Roma untuk kebenaran Kristus. Tetapi hatinya rindu dengan belas kasihan untuk jiwa-jiwa yang malang di sekelilingnya, berdosa, hina, dan tidak bersedia untuk mati. Sementara ia memohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh untuk menyelamatkan kehidupan mereka, telah dinyatakan kepadanya bahwa doanya diluluskan.KR 373.1

    Mengambil kesempatan dalam keteduhan dalam angin topan, Paulus berdiri di geladak dan, sementara mengangkat suaranya, ia berkata: “Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorang pun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau. ”KR 373.2

    Dari perkataan ini, pengharapan hidup kembali. Penumpang-penumpang dan awak kapal dibangkitkan dari kelesuan mereka. Masih banyak yang harus dilakukan, dan setiap tenaga dalam kuasa mereka harus diusahakan untuk mengelakkan kebinasaan.KR 373.3

    Pada malam yang keempat belas dari terombang-ambing pada gelombang yang hitam dan bergelora, “ kira-kira tengah malam” pelaut-pelaut, yang mendengar bunyi dari gelombang besar, “ merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. Dan karena takut, Lukas menulis, “ bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. ”KR 374.1

    Pada waktu fajar menyingsing garis batas pantai yang berangin keras itu mulai kelihatan dengan samar-samar, tetapi belum ada batas tanah yang kelihatan. Begitu suram pemandangan itu sehingga pelaut-pelaut yang masih kafir itu, kehilangan keberanian mereka, sehingga mereka “berusaha untuk melarikan diri dari kapal,” berpura-pura untuk mengadakan persiapan untuk membuangkan “sauh di haluan,” mereka telah menurunkan sekoci penolong, bila Paulus, memperhatikan rencana mereka yang hina, dikatakan kepada perwira itu dan prajurit-prajuritnya, “Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.” Prajurit-prajurit itu dengan segera “memotong sekoci dan membiarkannya hanyut” ke dalam lautan.KR 374.2

    Jam yang paling kritis masih berada di hadapan mereka. Sekali lagi rasul itu mengucapkan perkataan keberanian, dan memohon kepada semua orang, baik pelaut-pelaut maupun penumpang-penumpang, untuk mengambil makanan, dengan berkata, “ Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorang pun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya. ”KR 374.3

    “ Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan mereka semua, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. ” Lalu orang banyak yang letih dan putus asa yang berjumlah dua ratus tujuh puluh lima jiwa, yang semuanya menjadi putus asa kecuali Paulus, menggabungkan diri dengan rasul itu dalam menikmati makanan itu. “ Setelah makan kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu.”KR 374.4

    Sekarang siang hari sudah tiba, tetapi mereka tidak dapat melihat apa-apa untuk menentukan di mana mereka berada. Tetapi, “ mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal daratan itu, mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke situ. Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi, memasang layar topan, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai. Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat. ”KR 375.1

    Paulus dan tahanan-tahanan lainnya sekarang diancam oleh sesuatu nasib yang lebih hebat daripada kapal karam. Prajurit-prajurit itu melihat bahwa sementara mencoba tiba di daratan tidaklah mungkin bagi mereka untuk menjaga tahanan-tahanan itu. Setiap orang akan melakukan segala yang ia dapat untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Namun demikian jika ada seorang dari tahanan-tahanan itu yang lolos, kehidupan mereka yang bertanggung jawab bagi mereka akan dikorbankan. Sebab itu prajurit-prajurit ingin untuk membunuh orang-orang tahanan itu. Hukum Roma merestui peraturan yang kejam ini, dan rencana itu akan dijalankan dengan segera, kecuali kepadanya yang kepada siapa semuanya ada di bawah kewajiban yang dalam. Yulius perwira itu mengetahui bahwa Paulus telah menjadi alat untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dari semua yang ada di kapal itu, dan tambahan pula, meyakini bahwa Tuhan beserta dengan dia, ia takut untuk menyusahkan dia. Sebab itu ia “ memerintahkan supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dulu terjun ke laut dan naik ke darat, dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat. ” Ketika nama-nama dipanggil, tidak ada seorang pun yang hilang.KR 375.2

    Awak kapal yang terdampar itu diterima dengan ramah-tamah oleh penduduk yang kejam di Malta. “ Mereka menyalakan api besar,” Lukas menulis, “dan mengajak kami semua ke situ karena telah mulai hujan dan hawanya dingin.” Paulus berada di antara mereka yang giat melayani kesenangan orang-orang lain. Setelah mengumpulkan “seberkas rantingranting” ia “meletakkannya di atas api,” bila seekor ular beludak keluar “karena panasnya api itu, lalu menggigit tangannya.” Penonton-penonton ketakutan; dan melihat oleh rantainya bahwa Paulus adalah seorang tahanan, mereka berkata satu kepada yang lain, “Orang ini sudah pasti seorang pembunuh, sebab, meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Keadilan.” Tetapi Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api dan tidak merasa sakit. Mengetahui bahwa ular itu berbisa, orang-orang mengharapkannya jatuh setiap saat dengan penderitaan yang mengerikan. “ Tetapi sesudah lama menanti-nanti, mereka melihat, bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi padanya, maka sebaliknya mereka berpendapat, bahwa ia seorang dewa. ”KR 375.3

    Selama tiga bulan rombongan kapal itu tinggal di Malta, Paulus dan teman-teman sekerjanya mempergunakan banyak kesempatan untuk mengabarkan Injil. Dalam cara yang luar biasa Tuhan bekerja melalui mereka. Untuk kepentingan Paulus segenap rombongan kapal karam itu diperlakukan dengan keramah-tamahan yang besar; segala keperluan mereka disediakan, dan pada waktu meninggalkan Malta mereka diperlengkapi dengan limpah segala sesuatu yang perlu untuk perjalanan mereka. Peristiwa-peristiwa yang utama selama mereka tinggal di situ diceritakan dengan ringkas oleh Lukas:KR 376.1

    “Tidak jauh dari tempat itu ada tanah milik gubernur pulau itu. Gubernur itu namanya Publius. Ia menyambut kami dan menjamu kami dengan ramahnya selama tiga hari. Ketika itu ayah Publius terbaring karena sakit demam dan disentri. Paulus masuk ke kamarnya; ia berdoa serta menumpangkan tangan ke atasnya dan menyembuhkan dia. Sesudah peristiwa itu datanglah juga orang-orang sakit lain dari pulau itu dan mereka pun disembuhkan juga. Mereka sangat menghormati kami dan ketika kami bertolak, mereka menyediakan segala sesuatu yang kami perlukan. ”KR 376.2

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents