Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Kisah Para Rasul - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Bab 20—Memuliakan Salib

    Sesudah menggunakan beberapa waktu lamanya dalam pelayanan di Antiokhia, Paulus menganjurkan kepada teman sekerjanya bahwa mereka harus memulai perjalanan misionaris lanjutan. “Baiklah kita kembali” ia berkata kepada Bamabas “kepada saudara-saudara kita di se-tiap kota, di mana kita telah memberitakan firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka.”KR 171.1

    Baik Paulus maupun Bamabas mempunyai suatu perhatian yang lemah lembut terhadap mereka yang baru-baru ini telah menerima pekabaran Injil di bawah pelayanan mereka, dan mereka rindu untuk melihat mereka lagi. Kecemasan Paulus ini tidak pernah hilang. Sedangkan bila dalam ladang yang jauh, jauh dari pemandangan pekerjaannya yang lebih dulu, ia meneruskan untuk menanggung di hatinya beban untuk mendesak orang-orang yang bertobat ini untuk tinggal setia, “menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.” 2 Korintus 7:1. Dengan setia ia mencoba menolong mereka menjadi orang yang dipercaya, menjadi orang Kristen yang bertumbuh, kuat dalam kepercayaan, rajin dalam semangat, dan sepenuh hati dalam penyerahan mereka kepada Allah dan kepada pekerjaan memajukan kerajaan-Nya.KR 171.2

    Bemabas siap untuk pergi dengan Paulus, tetapi berkeinginan untuk membawa Markus bersama mereka, yang telah menyerahkan dirinya sendiri kepada pekerjaan Allah. Kepada hal ini Paulus berkeberatan. Ia berpikir “tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan me-reka,” seorang yang selama perjalanan yang pertama telah meninggalkan mereka pada saat diperlukan, Ia tidak cenderung untuk memaafkan kele-mahan Markus dalam meninggalkan pekerjaan untuk keamanan dan penghiburan rumah tangga. Ia mendesak bahwa seorang yang mempunyai kekuatan yang begitu kecil yang tidak layak untuk suatu pekerjaan yang menuntut kesabaran, penyangkalan diri, keberanian, pengabdian, iman, dan kesediaan untuk mengorbankan diri, kalau perlu, nyawanya sekalipun. Begitu tajam pertentangan itu sehingga Paulus dan Bamabas berpisah, dan Bamabas mengikuti keyakinannya dan membawa Markus bersama-sama dengan dia. “Dan Bamabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus. Tetapi Paulus memilih Silas, dan sesudah diserahkan oleh saudara-saudara itu kepada kasih karunia Tuhan.”KR 171.3

    Mengadakan perjalanan melalui Siria dan Kilikia, di mana mereka menguatkan sidang, Paulus dan Silas akhirnya tiba di Derbe dan Listra di provinsi Likaonia. Di Listralah Paulus telah dilontari dengan batu, kini kita dapati dia kembali berada pada tempat kejadian dari bahaya yang mula-mula. Ia cemas melihat mereka yang melalui pekerjaannya telah menerima Injil, menderita ujian dan pencobaan. Ia tidak kecewa, sebab ia dapati bahwa orang percaya di Listra tinggal tetap teguh menghadapi pertentangan yang hebat.KR 172.1

    Di sini Paulus bertemu lagi dengan Timotius, yang telah menyaksikan penderitaannya pada akhir kunjungannya yang pertama ke Listra, dan terhadap pikirannya kesan yang mendalam dengan berlalunya waktu, se-hingga ia diyakinkan bahwa itulah kewajibannya untuk memberikan diri sendiri sepenuhnya kepada pekerjaan pelayanan. Hatinya terjalin dengan hati Paulus, dan ia rindu untuk mengambil bagian dalam pekerjaan rasul itu oleh menolong apabila jalan terbuka.KR 172.2

    Silas, teman Paulus dalam pekerjaan, adalah seorang pekerja yang telah diuji, dikaruniai dengan roh nubuat; tetapi pekerjaan yang harus dila-kukannya sangatlah besar sehingga perlu mendidik lebih banyak tenaga untuk pekerjaan yang giat. Pada Timotius Paulus melihat seorang yang menghargai kesucian seorang pendeta; ia tidak takut oleh kemungkinan yang menjadi penderitaan dan aniaya; dan yang rela untuk diajar. Akan tetapi rasul itu belum berani bertanggung jawab untuk memberikan kepa- da Timotius, seorang muda yang belum teruji, suatu latihan dalam peker-jaan Injil, tanpa mula-mula memuaskan dirinya mengenai tabiatnya dan kehidupannya pada masa yang silam.KR 172.3

    Ayah Timotius adalah seorang Yunani dan ibunya adalah seorang Ya-hudi. Sejak kecilnya ia telah mengetahui isi Kitab Suci. Kesalehan yang dilihatnya dalam kehidupan di rumah tangganya adalah sehat dan masuk di akal. Iman ibu dan neneknya dalam sabda yang suci adalah baginya suatu wahyu Ilahi mendatangkan berkat dalam melakukan kehendak Allah. Firman Allah adalah peraturan dengan mana kedua wanita yang takut akan Tuhan ini telah menuntun Timotius. Kuasa rohani daripada pelajaran-pelajaran yang telah diterimanya dari mereka telah menjaga dia tetap suci dalam pembicaraan dan tidak bernoda oleh pengaruh yang jahat dengan mana ia dikelilingi. Dengan demikian petunjuk-petunjuk dalam rumahtangganya telah bekerja sama dengan Allah dalam menyediakan dia memikul beban.KR 173.1

    Paulus melihat bahwa Timotius itu setia, teguh, dan benar, dan memilih dia sebagai kawan dalam pekerjaan dan perjalanan. Mereka yang telah mengajar Timotius pada masa kanak-kanak diberi upah oleh melihat anak yang dipeliharanya terikat dalam perhubungan yang erat dengan Rasul yang besar itu. Timotius masih muda ketika ia dipilih oleh Allah sebagai seorang guru, tetapi prinsipnya telah didirikan oleh pendidikannya yang mula-mula, sehingga ia cocok untuk mengambil tempatnya sebagai penolong Paulus. Dan meskipun masih muda, ia memikul tanggung jawabnya dengan kelembutan orang Kristen.KR 173.2

    Sebagai tindakan pencegahan, Paulus dengan bijaksana menasihatkan Timotius untuk disunat bukannya sebab Allah menuntut, melainkan supaya melepaskan dari pikiran orang-orang Yahudi menjadi penghalang pekerjaan Timotius. Dalam pekerjaannya Paulus mengadakan perjalanan dari kota ke kota, banyak negeri, dan sering ia berkesempatan untuk mengkhotbahkan Kristus di rumah ibadat orang Yahudi, sama seperti di tempat-tempat pekumpulan yang lain. Jika hal itu harus diketahui bahwa satu teman dalam pekerjaannya tidak disunat, pekerjaannya boleh terhalang dengan sangat besarnya oleh prasangka dan kefanatikan orang-orang Yahudi. Di mana-mana rasul itu bertemu dengan perten tangan dan penganiayaan yang kejam. Ia rindu membawa saudara-sau- daranya orang Yahudi, sama seperti orang Kafir, akan pengetahuan tentang Injil, sebab itu ia berusaha, sepanjang hal itu tidak menyalahi iman, menyingkirkan setiap dalih untuk pertentangan. Namun demkian, se-mentara ia menyerahkan sedemikian banyak prasangka orang Yahudi, ia percaya penyunatan atau tidak penyunatan menjadi tidak ada artinya dan Injil Kristus menjadi segalanya.KR 173.3

    Paulus mengasihi Timotius, anaknya “yang sah di dalam iman.” 1 Ti-motius 1:2. Rasul yang besar itu sering menarik perhatian murid yang masih muda itu, menanyakan kepadanya mengenai sejarah Kitab Suci, dan sementara mereka mengadakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain, ia dengan teliti mengajarkan kepadanya bagaimana ia harus bekerja agar berhasil. Baik Paulus maupun Silas, dalam segala pergaulan mereka dengan Timotius, berusaha memperdalam kesan yang sudah di-adakan pada pikirannya, tentang sifat yang suci dan sungguh-sungguh dari pekerjaan pelayanan Injil.KR 174.1

    Dalam pekerjaannya, Timotius selamanya mencari nasihat dan petunjuk Paulus. Ia tidak bergerak dari dorongan hatinya, tetapi menjalankan pertimbangan dan pikiran yang tenang, bertanya pada setiap langkah, Apakah ini jalan Tuhan? Roh Suci mendapati di dalam dia seorang yang dapat dibentuk dan dirupakan sebagai suatu bait suci untuk tempat tinggal Hadirat Ilahi.KR 174.2

    Sementara pelajaran Kitab Suci dijalin ke dalam kehidupan seharihari, mereka mempunyai pengaruh yang mendalam dan tahan lama ke atas tabiat. Pelajaran-pelajaran ini dipelajari dan dipraktikkan oleh Timotius. Ia tidak mempunyai talenta yang cemerlang, tetapi pekerjaannya amat berguna sebab ia menggunakan kesanggupan yang dikaruniakan Allah kepadanya dalam pekerjaan Tuhan. Pengetahuannya tentang kesalehan, membedakan dia dari orang percaya yang lain dan memberikan pengaruh kepadanya.KR 174.3

    Mereka yang bekerja untuk jiwa-jiwa harus mendapat pengetahuan yang lebih dalam, lebih penuh dan lebih jelas tentang Allah daripada yang dapat diperoleh dengan usaha yang biasa. Mereka harus mengerahkan segala tenaga mereka ke dalam pekerjaan Tuhan. Mereka terlibat dalam suatu panggilan yang tinggi dan suci, dan jika mereka mendapat jiwa adalah untuk upah mereka, mereka mesti berpegang teguh kepada Tuhan, menerima rahmat dan kuasa setiap hari dari Sumber segala kuasa. “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.” Titus 2:11-14. Sebelum memasuki daerah yang baru, Paulus dan sahabat-sahabatnya mengunjungi sidang-sidang yang telah didirikan di Pisidia dan daerah-daerah sekelilingnya. “Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota Paulus dan Silas menyampaikan keputusan-keputusan diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan, supaya jemaat-jemaat menurutinya. Demikianlah jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin besar jumlahnya.”KR 174.4

    Rasul Paulus merasa tanggung jawab yang mendalam tentang mereka yang ditobatkan melalui pekerjaannya. Lebih dari segala sesuatu, ia merindukan supaya mereka harus tetap setia, “agar aku dapat bermegah pada hari Kristus,” katanya “bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah payah.” Filipi 2:16. Ia gemetar melihat akibat pekerjaannya. Ia merasa bahwa keselamatannya sendiri sekalipun dapat membahayakan kalau ia gagal memenuhi tanggung jawabnya dan sidang gagal untuk bekerja sama dengan dia dalam pekerjaan penyelamatan jiwa-jiwa. Ia mengetahui bahwa berkhotbah saja tidak akan cukup untuk mendidik orang-orang percaya untuk berpegang kepada perkataan ke-benaran. Ia mengetahui bahwa baris bertambah baris, di sini sedikit dan di sana sedikit, itu harus diajarkan untuk memajukan pekerjaan Kristus.KR 175.1

    Adalah suatu prinsip yang umum bahwa apabila seorang menolak untuk menggunakan kuasa yang dikaruniakan Allah, kuasa ini rusak dan binasa. Kebenaran yang tidak dihidupkan, yang tidak dibagikan, kehilangan kuasa yang memberi kehidupan, yang sifatnya menyembuhkan. Jadi kekuatiran rasul itu adalah bahwa ia mungkin gagal untuk menghadapkan setiap orang sempuma di hadapan Kristus. Pengharapan Paulus tentang surga menjadi suram bila ia merenung-renungkan suatu kegagalan pada pihaknya yang akan berakibat memberikan kepada sidang rupa manusia daripada Ilahi. Pengetahuannya, kefasihannya, mukjizat-mukjizatnya, pandangannya tentang panorama abadi, bila diangkat ke langit yang ketiga semuanya akan sia-sia kalau melalui ketidaksetiaan dalam pekerjaannya mereka untuk siapa ia bekerja harus gagal dengan kasih karunia Allah. Dan dengan demikian, dengan perkataan mulut atau dengan surat, ia memohon kepada mereka yang telah menerima Kristus, untuk mengejar suatu jalan yang akan menyanggupkan mereka “tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, . . . seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan.” Filipi 2:15, 16.KR 175.2

    Setiap pendeta yang benar merasa suatu tanggung jawab yang berat untuk kemajuan dari orang-orang percaya yang dipercayakan kepada penjagaannya, suatu keinginan yang besar supaya mereka boleh menjadi pekerja bersama-sama dengan Allah. Ia menyadari bahwa oleh pelaksa-naan yang setia akan pekerjaan yang diberikan Allah bergantung sebagian besar kesejahteraan sidang. Dengan sungguh-sungguh dan tak kenal lelah ia berusaha mengilhamkan orang-orang percaya dengan keinginan memenangkan jiwa bagi Kristus, mengingat pertambahan sidang harus menjadi satu alat lagi untuk menjalankan rencana penebusan.KR 176.1

    Setelah mengunjungi sidang-sidang di Pisidia dan daerah sekitarnya, Paulus dan Silas, dengan Timotius, maju terus ke tanah “Frigia dan tanah Galatia,” di mana dengan kuasa yang besar mereka memasyhurkan kabar keselamatan yang gembira itu. Orang-orang Galatia telah menyerah kepada penyembahan berhala; tetapi sedang rasul-rasul berkhotbah kepada mereka, mereka bersuka dalam pekabaran yang menjanjikan kebebasan dari perhambaan dosa. Paulus dan teman-teman sekerjanya memasyhurkan doktrin kebenaran oleh iman dalam pengorbanan yang menebus dari Kristus. Mereka menghadapkan Kristus sebagai seorang yang, melihat keadaan yang tidak berdaya dari umat yang jatuh, telah datang untuk menebus pria dan wanita oleh menghidupkan suatu kehidupan atas penurutan kepada hukum Allah dan oleh membayar hukuman pelanggaran. Dan dalam terang salib banyak yang sebelumnya belum mengenal Allah, mulai mengerti kebesaran kasih Bapa.KR 176.2

    Dengan demikian orang-orang Galatia telah diajar mengenai kebenaran dasar tentang “Allah, Bapa kita” dan “Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita.” “karena percaya kepada pemberitaan Injil” mereka menerima Roh Allah dan menjadi “anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.” Galatia 1:3, 4; 3:2, 26.KR 177.1

    Cara kehidupan Paulus sementara di tengah-tengah orang Galatia adalah sedemikian rupa sehingga ia dapat mengatakan sesudah itu “aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku.” Galatia 4:12. Bibirnya telah dijamah dengan bara api yang hidup dari luar mezbah, dan ia disanggupkan untuk bangkit di atas kelemahan tubuh dan mempersembahkan Yesus sebagai satu-satunya pengharapan orang ber-dosa. Mereka yang mendengar mengetahui bahwa ia telah bersama-sama dengan Yesus. Dilengkapi dengan kuasa dari atas, ia sanggup memban-dingkan perkara-perkara rohani untuk merubuhkan kubu-kubu Setan. Hati yang dipecahkan oleh pemberian kasih Allah, sebagaimana dinyatakan dalam pengorbanan Anak-Nya yang tunggal, dari banyak yang terpimpin untuk bertanya, Apakah yang harus saya perbuat supaya diselamatkan?KR 177.2

    Metode tentang memperkenalkan Injil menandai pekerjaan rasul itu sepanjang pekerjaannya di antara orang-orang kafir. Ia selamanya menjaga salib di hadapan mereka di Kalvari. “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan,” ia menyatakan pada tahun-tahun selanjutnya dalam pe-ngalamannya, “tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, yang diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. Sebab Allah yang telah berfirman: ‘Dari dalam gelap akan terbit terang! ‘ Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.” 2 Korintus 4:5, 6.KR 177.3

    Pesuruh-pesuruh yang berserah yang pada hari-hari permulaan dari Kekristenan membawa kepada dunia yang akan binasa kabar keselamatan yang gembira, tidak mengizinkan pikiran meninggikan diri untuk menodai penyajian mereka akan Kristus dan Dia yang disalibkan. Mereka tidak menghendaki kekuasaan atau keunggulan. Menyembunyikan diri sendiri dalam Juruselamat, mereka meninggikan rencana keselamatan yang besar itu, dan kehidupan Kristus, Yang memulai dan Penyempurna rencana ini. Kristus, yang sama kemarin, hari ini, dan selama-lamanya, adalah beban pengajaran mereka.KR 177.4

    Jika mereka yang pada hari ini sedang mengajarkan sabda Allah, akan mengangkat salib Kristus lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, pekerjaan mereka akan lebih berhasil. Jika orang berdosa dapat dipimpin untuk memberikan pandangan yang sungguh-sungguh kepada salib, jika mereka dapat memperoleh pandangan yang penuh tentang Juruselamat yang sudah disalibkan, mereka akan menyadari dalamnya kasih Allah dan bejatnya dosa.KR 178.1

    Kematian Kristus membuktikan kasih Allah yang besar bagi manusia. Itulah janji kita bagi keselamatan. Menghilangkan salib dari orang Kristen adalah sama seperti menghilangkan matahari dari langit. Salib membawa kita lebih dekat kepada Allah, mendamaikan kita dengan Dia. Dengan belas kasihan seorang bapa, Tuhan Allah memandang kepada penderitaan yang ditanggung oleh Anak-Nya supaya menyelamatkan bangsa itu dari kematian yang kekal, dan menerima kita sebagai Yang Dikasihi.KR 178.2

    Tanpa salib, manusia tidak mempunyai persatuan dengan Bapa. Kepada-Nyalah bergantung setiap pengharapan kita. Daripada-Nyalah bersinar terang kasih Juruselamat, dan bila pada kaki salib orang berdosa me-mandang kepada Seorang yang mati untuk menyelamatkan dia, ia boleh bersuka dengan penuh kesukaan, karena dosanya sudah diampuni. Bertelut dengan percaya pada salib itu, ia telah mencapai tempat yang tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia.KR 178.3

    Melalui salib kita mempelajari bahwa Bapa kita yang di surga mengasihi kita dengan kasih yang tak terbatas. Tidaklah mengherankan jika Paulus berseru, “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus.” Galatia 6:14. Adalah kesempatan kita juga untuk merasa bangga karena salib, kesempatan kita untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya yang memberikan diri-Nya sendiri kepada kita. Kemudian, dengan terang yang bersinar dari Kalvari yang bercahaya pada wajah kita, kita boleh ke luar untuk menyatakan terang kepada mereka yang dalam kegelapan.KR 178.4

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents