Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Membina Kehidupan Abadi - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Di Tanah yang Berbatu-batu

    Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad.”MKA 29.1

    Benih yang ditaburkan di atas tanah yang berbatu-batu hanya tertimbun tanah sedikit saja. Tanaman itu tumbuh dengan segeranya, tetapi akamya tidak dapat menembusi batu untuk mendapatkan makanan demi memelihara pertumbuhannya, dan tidak lama kemudian binasa. Banyak orang yang mengaku beragama adalah para pendengar ibarat tanah yang berbatu-batu. Seperti batu yang berada di bawah lapisan tanah, sifat mementingkan diri dalam hati manusia berada di bawah lapisan kerinduan serta cita-citanya yang baik. Cinta akan diri sendiri tidak ditaklukkan. Mereka belum melihat keadaan dosa yang begitu keji dan hati belum menunjukkan kerendahan dengan kesadaran mengenai perasaan bersalah. Golongan ini mudah diyakinkan dan kelihatan sebagai jiwa-jiwa yang bertobat dengan gemilang, tetapi mereka hanya mempunyai agama yang dangkal.MKA 29.2

    Bukanlah karena manusia menerima firman itu dengan segera, ataupun karena mereka itu senang dalamnya, yang membuat mereka gugur. Begitu Matius mendengar panggilan Juruselamat, ia segera bangkit, meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Dia. Segera setelah firman Ilahi datang ke dalam hati kita, Allah ingin agar kita menerimanya; dan memang sepatutnyalah menerimanya dengan sukacita. “Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat.” 17Lukas 15:7; Dan di dalam jiwa yang beriman pada Kristus terdapatlah kegembiraan. Tetapi mereka yang dikatakan dalam perumpamaan menerima firman itu dengan cepat, tidak menghitung harganya. Mereka tidak memperhatikan apa yang dituntut firman Allah dari mereka. Mereka tidak membawanya terus terang dengan segala kebiasaan hidupnya dan tidak menyerahkan dirinya sepenuhnya ke dalam pengawasannya.MKA 29.3

    Akar tanaman itu menembus jauh ke dalam tanah, dan makanan untuk menghidupi tanaman itu tersembunyi dari pandangan. Demikianlah dengan umat Allah; adalah perantaraan persatuan yang tidak kelihatan dari jiwa itu dengan Tuhan, melalui iman, sehingga kehidupan rohani itu diberi makan. Tetapi para pendengar dengan tanah yang berbatu-batu bergantung kepada dirinya sendiri gantinya bergantung kepada Tuhan. Mereka percaya atas perbuatannya yang baik dan dorongan hati yang baik dan berkeras dalam kebenarannya sendiri. Mereka tidak kuat di dalam Tuhan dan di dalam kuasa kekuatan-Nya. Orang yang begitu “tidak berakar” karena ia tidak berhubungan dengan Juruselamat.MKA 29.4

    Matahari musim panas yang terik, yang memperkuat dan mematangkan gandum, membinasakan apa yang tidak berakar dalam-dalam. Jadi orang yang “tidak berakar” “tahan sebentar saja.” “Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad.” Banyak orang menerima firman Tuhan sebagai suatu jalan keluar dari penderitaan, gantinya sebagai suatu kelepasan dari dosa. Mereka bersuka-suka sebentar, karena mereka kira agama akan membebaskan mereka dari kesusahan dan penindasan. Sementara kehidupan berjalan mudah bagi mereka, mereka kelihatan sebagai orang-orang beragama yang tekun. Tetapi mereka jatuh di bawah ujian pencobaan yang kejam. Mereka tidak tahan celaan demi nama Yesus. Bila firman Allah menunjukkan beberapa dosa kesayangan, atau menuntut penyangkalan diri atau pengorbanan, mereka tersinggung. Itu memerlukan terlalu banyak usaha untuk mengadakan perubahan yang radikal dalam kehidupannya. Mereka memandang kepada ketidak-senangan dan pencobaan sekarang ini lalu melupakan kenyataan-kenyataan yang kekal. Seperti murid-murid yang meninggalkan Yesus, mereka siap untuk berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” 18Yohanes 6:60MKA 30.1

    Banyak orang yang mengaku menyembah Allah, tetapi tidak mempunyai pengetahuan yang telah teruji tentang Dia. Keinginan mereka untuk melakukan kehendak-Nya didasarkan atas dorongan hatinya sendiri, bukan atas keyakinan yang mendalam dari Roh Kudus. Kelakuan mereka tidak disesuaikan dengan hukum Allah. Mereka mengaku menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka, tetapi mereka tidak percaya bahwa Ia akan memberikan kepada mereka kuasa untuk mengalahkan dosa-dosanya. Mereka tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Juruselamat yang hidup dan tabiat mereka menunjukkan cacat-cacat yang bersifat turunan maupun yang ditumbuhkan.MKA 30.2

    Adalah merupakan satu hal penting untuk menyetujui secara umum perwakilan Roh Kudus dan hal yang lain lagi bila menerima pekerjaanNya sebagai penasihat yang menyerukan pertobatan. Banyak orang merasa diri jauh dari Allah, suatu kesadaran tentang perhambaan mereka kepada diri dan dosa; mereka berusaha untuk mengadakan pembaruan, tetapi mereka tidak menyalibkan diri. Mereka tidak menyerahkan diri seluruhnya ke dalam tangan Tuhan, mencari kuasa Ilahi untuk melakukan kehendak-Nya. Mereka tidak mau dibentuk menurut rupa Ilahi. Secara umum mereka mengakui kelemahan-kelemahan mereka, tetapi mereka tidak meninggalkan dosa-dosa khusus. Dengan setiap tindakan yang salah sifat mementingkan diri yang lama semakin kuat.MKA 30.3

    Satu-satunya pengharapan bagi jiwa-jiwa ini ialah untuk menyadari dalam dirinya sendiri kebenaran perkataan Kristus kepada Nikodemus, “Kamu harus dilahirkan kembali.” “Jika seorang tidak dilahirkan kembali ia tidak melihat Kerajaan Allah.” 19Yohanes 3:7,3;MKA 31.1

    Kesucian yang benar adalah penyerahan diri seluruhnya kepada pelayanan Allah. Inilah syarat kehidupan umat beragama yang benar. Kristus memohon penyerahan diri yang sebulat-bulatnya, untuk pengabdian yang tidak terbagi. Ia menuntut hati, pikiran, jiwa, kekuatan. Diri sendiri janganlah dimanjakan. Barangsiapa yang hidup untuk dirinya sendiri saja bukanlah umat Allah.MKA 31.2

    Kasih harus menjadi asas perbuatan. Kasih adalah prinsip dasar peme-rintahan Allah di surga dan di bumi dan itu harus menjadi dasar tabiat umat Allah. Ini saja yang dapat menjadikan dan memelihara kita teguh. Ini saja dapat menyanggupkan kita untuk menahan penindasan dan pencobaan. Dan kasih akan dinyatakan dalam pengorbanan. Rencana penebusan diletakkan dalam pengorbanan, satu pengorbanan yang begitu luas dan dalam serta tinggi sehingga tidak dapat diukur. Tuhana telah menyerahkan segala sesuatu bagi kita dan mereka yang menerima Tuhan akan bersedia mengorbankan segala sesuatu demi penebusnya. Pandangan mengenai kehormatan dan kemuliaan-Nya akan lebih diutamakan daripada yang lain-lainnya.MKA 31.3

    Jika kita mengasihi Tuhan, kita akan senang hidup bagi Dia, untuk mempersembahkan persembahan syukur kita kepada-Nya, untuk bekerja bagi Dia. Pekerjaan itu akan terasa ringan. Demi nama-Nya kita akan berhasrat untuk merasakan derita dan kerja keras dan berkorban. Kita akan turut merasakan kerinduan-Nya bagi keselamatan manusia. Kita akan merasakan kerinduan yang lembut terhadap jiwa-jiwa yang telah dirasakan-Nya.MKA 31.4

    Inilah agama Tuhan. Sesuatu yang kurang dari itu adalah suatu penipuan. Tidak ada teori kebenaran atau pengakuan sebagai murid-Nya yang dapat menyelamatkan suatu jiwa. Kita bukan milik Allah kecuali kita adalah milik Dia seluruhnya. Sikap hidup yang setengah-setengah hati dalam kehidupan umat beragama mengakibatkan tujuan manusia menjadi lemah dan berubah dalam keingipan. Usaha untuk melayani diri sendiri sambil mengaku melayani Tuhan menjadikan seorang pendengar memiliki hati yang berbatu-batu dan dia tidak dapat tahan bila ujian datang ke atasnya.MKA 31.5

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents