Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Membina Kehidupan Abadi - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Pasal 7—Seumpama Ragi

    Banyak orang yang terpelajar dan berpengaruh datang untuk mendengar Nabi dari Galilea itu. Sebagian dari mereka memandang dengan perhatian ingin tahu terhadap orang banyak yang telah berkumpul di sekeliling Kristus ketika Ia mengajar di tepi danau. Di tengah-tengah orang banyak ini terdapat segala lapisan masyarakat. Ada orang miskin, orang buta huruf, peminta-minta, perampok dengan cap di wajahnya, orang yang lumpuh, orang yang diusir, pedagang, orang yang suka pelesir, berpangkat tinggi dan rendah, kaya dan miskin, semua berdesakdesak satu dengan yang lain mencari tempat untuk berdiri mendengar perkakataan Kristus. Manakala orang yang terpelajar ini memandang kepada kerumunan orang banyak, mereka saling bertanya kepada diri mereka sendiri. Apakah ke- rajaan Allah terdiri dari orang-orang semacam ini? Sekali lagi Juruse-lamat menjawab dengan sebuah perumpamaan:MKA 66.1

    “Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”MKA 67.1

    Di kalangan orang Yahudi, ragi kadang-kadang digunakan sebagai lambang dosa. Pada masa Paskah orang diperintahkan untuk menyingkirkan semua ragi dari rumah-rumahnya, sebagaimana mereka harus menyingkirkan dosa dari hatinya. Kristus memberikan amaran kepada murid-murid-Nya, “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.” Dan Rasul Paulus berbicara tentang “ragi keburukan dan kejahatan.” Tetapi dalam perumpamaan Juruselamat, ragi digunakan untuk menggambarkan kerajaan surga. Ia menggambarkan kuasa yang menghihidupkan dan mengembangkan dari rahmat Allah.MKA 67.2

    Tidak ada yang begitu keji, tidak ada yang jatuh begitu rendah, se-hingga berada di luar pekerjaan kuasa ini. Pada semua orang yang mau menyerahkan dirinya kepada Roh Kudus asas hidup yang baru akan ditanamkan; peta Allah yang hilang harus dipulihkan pada umat manusia.MKA 67.3

    Tetapi manusia tidak dapat mengubah dirinya sendiri dengan menggunakan kemauannya. Ia tidak memiliki kuasa untuk membuat perubahan ini bisa berhasil. Ragi itu—sesuatu benda yang sama sekali dari luar— harus diadukkan ke dalam makanan sebelum keinginan untuk berubah timbul di dalamnya. Demikianlah rahmat Allah harus diterima orang berdosa sebelum ia dapat dilayakkan masuk kerajaan kemuliaan. Segenap kebudayaan dan pendidikan yang dapat diberikan dunia ini, akan gagal untuk menjadikan anak hina yang berdosa menjadi anak surga. Tenaga pembaruan harus datang dari Allah. Perubahan itu hanya bisa dilaksanakan oleh Roh Kudus. Semua orang yang akan diselamatkan, berpangkat tinggi atau rendah, kaya atau miskin, harus menyerahkan dirinya kepada pekerjaan kuasa ini.MKA 67.4

    Seperti ragi itu, bilamana dicampuradukkan dengan adonan bekerja dari dalam ke luar, begitulah juga oleh pembaruan hati sehingga rahmat Allah bekerja untuk mengubah hidup itu. Perubahan-perubahan di luar saja tidak cukup untuk membawa kita ke dalam persesuaian dengan Allah. Banyak orang yang mencoba untuk mengubah dengan memperbaiki kebiasaan buruk ini dan itu dan mereka berharap bahwa dengan jalan ini mereka menjadi orang saleh, tetapi mereka memulainya dari tempat yang salah. Pekerjaan kita yang pertama adalah dengan hati.MKA 67.5

    Suatu pengakuan iman dan memiliki kebenaran di dalam jiwa adalah yang besar ini jangan dikira terlalu mumi dan suci untuk dibawa ke dalam kehidupan setiap hari. Itu adalah kebenaran-kebenaran yang mencapai surga dan berlaku selama-lamanya, namun pengaruhnya yang teramat penting harus dijalin dalam pengalaman manusia. Ia harus menembusi segala perkara yang besar dan kecil dari kehidupan ini.MKA 67.6

    Jika diterima dan dimasukkan ke dalam hati, ragi kebenaran itu akan mengatur kehendak hati, membersihkan pikiran dan menghaluskan pembawaan. Ia meningkatkan kecakapan pikiran serta tenaga jiwa. Ia memperbesar kemampuan untuk merasa, untuk mengasihi.MKA 70.1

    Orang yang menghayati asas ini dianggap dunia sebagai suatu keajaiban. Orang yang mementingkan diri, cinta akan uang hidup hanya untuk menenteramkan dirinya, kekayaannya, kehormatannya dan kepelesiran dunia ini. Dunia yang baka tidak masuk perhitungannya. Tetapi bagi pengikut Tuhan perkara-perkara itu tidak akan mempengaruhi dia.MKA 70.2

    Demi Tuhan ia akan bekerja dan menyangkal diri, agar ia dapat membantu pekerjaan besar menyelamatkan jiwa-jiwa yang berada di luar Tuhan dan tanpa pengharapan di dunia ini. Orang yang begini tidak dipahami dunia, karena ia memandang kepada kenyataan-kenyataan yang kekal.MKA 70.3

    Kasih Tuhan dengan kuasa tebusannya telah masuk ke dalam hati. Kasih ini mengalahkan setiap motif yang lain dan mengangkat pemiliknya di atas pengaruh jahat dunia ini.MKA 70.4

    Firman Allah harus mempunyai pengaruh yang menyucikan dalam pergaulan kita dengan setiap anggota keluarga manusia. Ragi kebenaran tidak akan menghasilkan buah persaingan; cinta kepada ambisi, keinginan untuk diutamakan. Sesungguhnya, kasih yang dilahirkan surga tidak mementingkan diri dan tidak berubah. Ia tidak bergantung atas pujian manusia. Hati orang yang menerima rahmat Allah mengalir dengan cinta kepada Allah dan bagi mereka untuk siapa Kristus telah mati. Dirinya sendiri tidak berusaha mencari pengakuan. Ia tidak mengasihi orang lain karena mereka mengasihi dan menyenangkan dia, karena mereka menghargai jasa-jasanya.MKA 70.5

    Tetapi sebab mereka adalah milik yang dibeli Yesus. Jika motifnya, perkataannya atau tindakannya disalahmengerti atau salah tafsir, ia tidak merasa kecil hati, tetapi meneruskan cara hidupnya itu. Ia ramah dan bijaksana, rendah hati dalam menilai dirinya sendiri, namun penuh dengan harapan, selalu percaya kepada pengasihan dan kasih Allah.MKA 70.6

    Rasul menasihatkan kita, “Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu sebab Aku kudus.” 61 Petrus 1:15,16. Rahmat Tuhan adalah untuk mengendalikan perangai serta suara. Hasilnya akan terlihat dalam kesopanan serta lemah lembut yang ditunjukkan oleh saudara kepada saudara, dalam kata-kata yang ramah dan membesarkan hati. Kehadiran seorang malaikat ada di rumah. Kehidupan ini menghembuskan wewangian yang harum semerbak, yang naik kepada Allah sebagai wewangian kudus. Kasih ditunjukkan dalam kebaikan hati, lemah lembut, panjang sabar dan tahan menderita.MKA 70.7

    Wajah akan berubah. Tuhan yang berdiam dalam hati menyinarkan, wajah orang yang mengasihi Dia dan yang memeliharakan hukum-hukum-Nya. Kebenaran tertulis di sana. Kedamaian indah dari surga dinyatakan. Kebiasaan yang lemah lembut terungkap di sana, lebih daripada kasih manusia. Ragi kebenaran mengerjakan perubahan dalam segenap diri manusia itu, yang keras diperhalus, yang kasar dilembutkan, yang mementingkan diri menjadi dermawan. Olehnya hal-hal yang najis disucikan, dibasuh dalam darah Anak Domba. Perantaraan kuasa yang mem-beri hidup ia membawa segala sesuatu yang terdapat dalam pikiran dan jiwa dan kekuatan ke dalam persesuaian dengan kehidupan Ilahi. Manusia dengan sifat manusianya turut mengambil bagian dari Keilahian. Kristus dihormati dalam keunggulan dan kesempumaan tabiat. Manakala perubahan-perubahan ini berhasil, malaikat-malaikat mengumandangkan lagu pujian, maka Allah dan Kristus bersukacita atas jiwa-jiwa yang dibentuk serupa dengan Ilahi.MKA 71.1

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents