Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Hubungan antara Nubuatan Perjanjian Lama dan Nubuatan Perjanjian Baru

    Banyak yang mengajukan pertanyaan tentang bagaimana nubuatan Perjanjian Lama dihubungkan dengan nubuatan Perjanjian Baru. Ini adalah masalah yang banyak dibahas.KN 68.1

    W.A. Grudem mencoba menemukan “jalan tengah” yang “dapat diterima oleh keduanya” 32F. David Farnell, “Fallible New Testament Prophecy/Prophets? A Critique of Wayne Grudem’s Hypothesis,” The Master’s Seminary Journal 2, no. 2 (1991): 157. mereka yang percaya bahwa karunia nubuat yang asli telah tidak ada lagi dan para Karismatik yang percaya itu sangat aktif bahkan hingga hari ini. Dia menyatakan bahwa ada perbedaan dan diskontinuitas yang signifikan antara para nabi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Menurutnya, nabinabi Perjanjian Lama sempurna, sedangkan nabi-nabi Perjanjian Baru tidak. Ia mengklaim bahwa “kata Yunani nabiah (‘nabi’) pada zaman Perjanjian Baru memiliki arti yang sangat luas.KN 68.2

    Ini secara umum tidak memiliki arti ‘orang yang berbicara firman Allah’ tetapi ‘orang yang berbicara atas dasar pengaruh luar.’” 33Wayne Grudem, Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine (Grand Rapids: Zondervan, 1994), 1050. Dan dia menambahkan: “Ada banyak indikasi dalam Perjanjian Baru bahwa karunia nubuat biasa memiliki oto-ritas kurang dari Alkitab, dan bahkan kurang dari pengajaran Alkitab yang diakui di jemaat mula-mula.” 34Ibid., 1051. Misalnya, ia menggunakan Efesus 2:20, yang berbicara tentang landasan para rasul dan nabi, dan menyimpulkan bahwa ini adalah satu kelompok, karena para nabi tidak dapat memiliki tingkat yang sama dengan para rasul. 35Wayne A. Grudem, The Gift of Prophecy in the New Testament and Today (Westchester, Ill.: Crossway, 1988), 55,56. Dia juga berpendapat bahwa Nabi Agabus melakukan kesalahan (Kis. 21: 10, 11). 36Grudem, The Gift of Prophecy in the New Testament and Today, 96-100.KN 68.3

    Argumen Grudem diselidiki dengan serius dan banyak dikritik oleh sejumlah sarjana dan teolog. Misalnya, D.L. Akin mencatat, “Grudem tidak memberikan petunjuk eksegetis untuk membedakan nabi palsu Perjanjian Baru dari para nabi dan rasul yang diilhami.” 37Daniel L. Akin, ed., A Theology for the Church (Nashville: B&H Academic, 2007), 675. N. Geisler menyangkal W. Grudem, dengan alasan mendukung kesinambungan antara nubuat Perjanjian Lama dan nubuat Perjanjian Baru. 38Norman Geisler, Systematic Theology (Minneapolis: Bethany, 2011), 1184, 1185. Menanggapi Grudem, ia menulis: “Pertama, nubuatan Agabus bukanlah salah .... Kedua, bahwa para nabi dapat terganggu tidak ber-arti pekabaran mereka bukan dari Allah .... Ketiga, bahwa orang percaya Perjanjian Baru diperintahkan untuk menghakimi atau menimbang apa yang ditawarkan sebagai ramalan tidak menyiratkan bahwa ucapan kenabian yang sebenarnya bisa menjadi ramalan palsu .... Keempat, dan akhirnya, banyak nabi Perjanjian Lama tidak memiliki kata pengantar dengan ‘Demikianlah firman Tuhan’ atau sejenisnya; frasa ini tidak esensial” (1184). R.L. Thomas menuduh Grudem salah menangani teks Perjanjian Baru. 39Robert L. Thomas, “Prophecy Rediscovered: A Review of the Gift of Prophecy in the New Testament and Today,” Bibliotheca Sacra 149, no. 593 (1992): 96. Data Alkitab tampaknya menyarankan bahwa ada kesinambungan dasar antara nubuat Perjanjian Lama dan Baru, namun ada beberapa elemen diskontinuitas yang, bagaimanapun, tidak mengancam kontinuitas itu.KN 68.4

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents