Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Perjanjian Vassal

    Beberapa koneksi lain antara literatur kenabian dan teks-teks Timur Dekat kuno muncul dalam keserupaan antara perjanjian kutukan Asyur dan pengumum-an penghakiman dalam kitab para nabi. Beberapa penelitian telah menyimpulkan bahwa para nabi menggunakan genre perjanjian kutukan kuno untuk menyatakan penghakiman. 30Lihat George E. Mendenhall, “Covenant Forms in Israelite Tradition,” Biblical Archaeologist 17 (1954): 50-76; idem, “Covenant,” dalam Interpreter’s Dictionary of the Bible, ed. George A. Buttrick (Nashville: Abingdon, 1986), 1: 720; Riekele Borger, “Zu den Asarhaddon-Vertagen,” Zeitschrift für A.ssyriologie 54 (1961): 173—196; Delbert R. Hillers, Treaty-Curses and the Old Testament Prophets (Rome: Pontifical Biblical Institute, 1964); Kevin J. Cathcarty, “Treaty-Curses and the Book of Nahum,” Catholic Biblical Quarterly 35, no.2 (1973): 179—187; Gordon H. Johnston, “Nahum’s Rhetorical Allusions to Neo-Assyrian Treaty Curses,” Bibliotheca Sacra 158, no. 632 (2001): 415—436.. Secara khusus kutukan terhadap Asyur yang diumumkan oleh Nahum menunjukkan kesamaan yang signifikan dengan kutukan perjanjian Neo-Asyur. Dokumen-dokumen terakhir ini berbeda dari sumber-sumber di luar sejarah lainnya karena mengandung kutukan yang luas, spesifik, jelas, dan khas. 31Dennis J. McCarthy, Treaty and Covenant (Rome: Biblical Institute Press, 1981), 67.. Karena raja-raja Asyur menyampaikan pesan diplomatik mereka tidak hanya kepada raja tetapi juga kepada penduduk (lih. 2 Raj. 18: 26-36), 32Lihat John S. Holladay, “Assyrian Statecraft and the Prophets of Israel,” Harvard Theological Review 63, no.l (1970): 29-51. orang mungkin berasumsi bahwa nabi pasti mengetahui dokumen-dokumen atau tra disi-tradisi seperti itu dan dengan sengaja menarik darinya untuk membingkai perkataannya yang keras terhadap musuh Asyur. Dalam hal ini, paralel antara Nahum dan Perjanjian Vassal Esarhaddon 33D.J. Wiseman, “The Vassal-Treaties of Esarhaddon,” Iraq 1 (1958): 1-99. (VTE) berikut patut diperhatikan: 34Jonnston, “Nahum’s Rhetorical Allusions to Neo-Assyrian Treaty Curses, ” 415-436. (1) kutukan kegelapan (Nahum 1: 8 dan VTE 422-424); (2) penghancuran keturunan dan nama (Nahum 1: 14 dan VTE 543, 544); (3) penghancuran kereta (Nahum 2:13 dan VTE 612-616); (4) hukuman terhadap pelacur (Nahum 3:5—7 dan VTE 617); (5) luka yang tak tersembuhkan dan penyakit fatal (Nahum 3:19 dan VTE 472-477) ; (6) banjir besar (Nahum 1:8 dan VTE 442); (7) pengeringan sumber air (Nahum 1: 4 dan VTE 440, 441); (8) warna kulit berubah (Nahum 2: 10 dan VTE 585—587); (9) membungkam suara seseorang (Nahum 2: 13 dan VTE 437-439) ; (10) pembalasan oleh pendendam (Nahum 1:3 dan VTE 576, 577; 582-584). Tambahan, kutukan para pejuang yang bertindak seperti wanita yang ketakutan (Nahum 3:13) dan wabah belalang (ayat 15-17), meskipun absen dari VTE, dibuktikan dalam dokumen-dokumen lain yang bertanggal dengan zaman Neo-Asyur. 35Untuk para pejuang yang bertingkah seperti wanita yang ketakutan, lihat Hillers, 66-68; untuk wabah belalang, lihat Joseph A. Fitzmyer, The Aramaic Inscriptions of Sefire: Commentary (Rome: Pontificio Istituto Biblico, 1995), 45 (IA, 27-32).KN 149.3

    Pada saat genting ini muncul pertanyaan apakah Nahum secara sadar me-nyinggung di luar sumber alkitabiah atau hanya menggunakan bahasa simbolik dan perumpamaan Timur Dekat kuno tanpa memperhatikan dokumen atau tradisi tertentu. Meskipun pertanyaan ini menolak kepastian absolut, efek gabungan dari beberapa jalur bukti yang mendukung kemungkinan bahwa Nahum dengan sengaja menyinggung kutukan perjanjian Asyur untuk mencapai semacam efek retoris. Pertama, kita harus mencatat kesamaan genre karena paralel antara Nahum dan dokumen-dokumen luar hukum terjadi dalam domain perjanjian kutukan. 36Lihat Johnston, “Nahum’s Rhetorical Allusions to Neo-Assyrian Treaty Curses,” 434. Kedua, meskipun dalam isolasi salah satu gambaran yang dicatat mungkin memiliki sejumlah kesamaan dengan dokumen Timur Dekat kuno lainnya, jumlah keserupaan antara Nahum dan VTE jauh lebih tinggi daripada dengan dokumen tunggal Timur Dekat kuno lainnya, yang hampir tidak bisa menjadi kebetulan belaka. Ketiga, mengingat bahwa Nahum mengumumkan kehancuran Kekaisaran Asyur, ia mungkin dengan sengaja menggunakan citra dan bahasa yang dipinjam dari Asyur sendiri untuk menekankan kekuatan retorika dari pesannya, menekankan bahwa “kutukan perjanjian yang mengancam Asyur untuk memohon pada Yehuda akan menjadi pertimbangan Yahwe memanggil orang-orang Asyur.” 37Ibid.KN 150.1

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents