Nubuatan Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru

Para nabi Perjanjian Lama sering muncul dalam Perjanjian Baru, dan pekabaran mereka adalah fondasi untuk isi tidak hanya dari Perjanjian Lama tetapi juga untuk pekabaran dari Perjanjian Baru. Semua tema utama teologis Perjanjian Lama diteruskan dalam Perjanjian Baru, dimulai dengan wahyu Ketuhanan, penciptaan, dosa, antropologi, dan selanjutnya keselamatan, perjanjian, hukum, penghakiman, dan eskatologi, untuk menyebutkan beberapa saja. Perjanjian Baru dipenuhi dengan kutipan, kiasan, dan gema Perjanjian Lama. “Prophētēs (nabi) dan kaum serumpunnya digunakan dalam formula pemenuhan dalam kutipan Perjanjian Baru tentang para nabi Perjanjian Lama.” ^{47Farnell, ” The Gift of Prophecy,” 398.}KN 71.3

Pendekatan tipologis untuk memahami Kitab Suci, pertama kali digunakan dalam Perjanjian Lama, diteruskan dalam Perjanjian Baru, dan kedua bagian Kitab Suci sangat terkait melalui pendekatan ini. ^{48Lihat, mis., Richard M. Davidson, “New Testament Use of the Old Testament,” Journal of the Adventist Theological Society 5 (1994): 14—39; idem, “Biblical Interpretation,” dalam Handbook of Seventh-day Adventist Theology, Commentary Reference Series, vol. 12, ed. Raoul Dederen (Hagerstown, Md.: Review and Herald®, 2000), 83, 84; G. K. Beale, “Apakah Yesus dan Pengikutnya Mengkhotbahkan Ajaran yang Benar Dari Teks yang Salah? Suatu Pemeriksaan Presuposisi Metode Eksegetis Yesus dan Para Rasul,” Themelios 14 (1989): 89—96.}KN 71.4

Sifat dasar para nabi dalam Perjanjian Baru diungkapkan dalam Efesus 2: 20. ^{49Untuk pembahasan ayat ini, lihat Farnell, “The Gift of Prophecy,” 407—409.}Dalam hal ini para nabi tidak harus dipahami sebagai nabi Perjanjian Lama, tetapi sebagai nabi Perjanjian Baru. Melalui surat kepada jemaat Efesus, Paulus secara konsisten memahami para nabi sebagai nabi Perjanjian Baru, dalam setiap kasus yang terkait, tetapi tidak identik dengan para rasul dan merujuk pada abad pertama Masehi (Efesus 2:20; 3:5; 4: 11). ^{50Lihat Ernest Best, A Critical and Exegetical Commentary on Ephesians, The International Critical Commentary on the Holy Scriptures of the Old and New Testaments (London: T. & T. Clark, 2004), 282, 283; Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word, 1990), 153; Peter T. O’Brien, The Letter to the Ephesians, The Pillar New Testament Commentary (Grand Rapids: Eerdmans, 1999), 214-216; Frank Thielman, Ephesians, Baker Komentar Eksegetis tentang Perjanjian Baru (Grand Rapids: Baker Academic, 2010.), 180,181. Franz Muβner, Der Brief an Die Epheser, Ökumenischer Taschenbuch-Kommentar zum Neuen Testament 10 (Gütersloh: Gütersloher Verlagshaus Gerd Mohn, 1982), 93, menyatakan bahwa ia telah mengubah posisinya, sekarang mendukung nabi Perjanjian Baru dan bukannya nabi Perjanjian Lama.}KN 72.1

Prediksi Perjanjian Lama terpenuhi, misalnya, dalam prediksi mesianik Perjanjian Baru atau prediksi pencurahan Roh Kudus pada semua manusia, termasuk karunia nubuat (Yl. 2: 28 dan Kis. 2, khususnya ayat 17). “Roh yang sama yang memberdayakan para nabi Perjanjian Lama dijanjikan sekali lagi untuk kembali.” ^{51Farnell, ‘The Gift of Prophecy, “388.} Ada pemulihan karunia nubuatan seperti yang dikenal dalam Perjanjian Lama. Farnell menyimpulkan:KN 72.2

Sangatlah penting bahwa Petrus mengikat permulaan nubuatan Perjanjian Baru ini dengan fenomena kenabian Perjanjian Lama. Kata προφητεύω (“untuk bernubuat”), yang digunakan Petrus dalam Kis. 2:17, juga digunakan dalam Septuaginta dalam Yoel 3: 1 (2:28) .... Dalam terang ini, Yoel 2 dan Kisah Para Rasul 2 membangun kesinambungan mendasar antara nubuatan Perjanjian Lama dan Baru. ^{52Ibid., 393. Lihat juga halaman 388-393.}KN 72.3