Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Pustaka Roh Nubuat Djilid 1 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Kedalam Tubir Maut

    Meski kebimbangan turut melanggar Anak Allah jang hendak binasa itu. Dia tidak dapat memandang terus sampai diseberang pintu kubur. Harap jang mulia tidak menundjukkan kepadaNja akan kebangkitanNja dari dalam kubur sebagai seorang pahlawan serta penerimaan Bapa akan pengorbananNja. Dosa dunia, dengan segala kekedjamannja, telah dirasai sampai kepada puntjaknja oleh Anak Allah. Murka Bapa oleh karena dosa, serta hukumannja, jaitu maut, itulah sadja jang dapat diinsjafi olehNja ditengahtengah kegelapan jang adjaib ini. Iapun tergoda oleh kebimbangan bahwa dosa itu ada begitu dibentji oleh Bapanja sehingga Dia tidak dapat dirukunkan kepada Anaknja. Penggoda jang keras bahwa Bapanja Sendiri telah meninggalkan Dia untuk selama-lamanja menjebabkan seruan jang ngeri itu dari atas kaju palang: “Ja Allahku, ja Allahku, mengapa Aku Kau tinggalkan?” Matius 27 : 46.PN 214.3

    Al-Maseh merasa sama seperti orang-orang berdosa akan merasa apabila piala murka Allah dituangkan atas mereka itu. Putus asa gelap gulita, seperti kain rahap orang mati akan berkerumun sekeliling djiwanja jang djahat itu, maka pada waktu itulah mereka akan insjaf sepenuh-penuhnja bagaimana djahat adanja dosa itu. Selamat telah dibeli bagi mereka itu oleh kesengsaraan dan kematian Anak Allah. Mereka boleh mendapat selamat itu, kalau mereka mau menerima dia dengan suka hati, dengan gembira; tetapi seorangpun tidak dipaksa supaja ta’luk dalam penurutan akan hukum Allah. Kalau mereka menolak bahagia sorga itu dan memilih kesenangan dan tipudaja dosa, pilihannja itupun diperolehnja dan pada achirnja menerima upahnja, jaitu murka Allah dan kematian jang kekal. Mereka akan ditjeraikan buat selama-lamanja daripada hadirat Isa, pengorbanan siapa mereka telah hinakan. Mereka akan kehilangan suatu hidup kesenangan dan dikorbankannja kemuliaan jang kekal buat kesenangan dosa sedikit waktu lamanja.PN 215.1

    Pertjaja dan harap tergontjang dalam sengsara kematian alMaseh karena Allah telah mendjauhkan kepastian jang sampai kini diberikan olehNja kepada Anaknja jang kekasih itu tentang hal Ia berkenan dan menerima. Penebus dunia pada waktu itu bersandar atas segaia kenjataan jang sampai kini telah menguatkan Dia, bahwa Bapa menerima segaia usahaNja dan berkenan dengan pekerdjaanNja. Dalam sengsara kematianNja itu. ketika Dia menjerahkan njawaNja jang indah itu, hanjalah oleh pertjaja sadja Ia berharap pada Dia jang selamanja adalah kesukaan bagiNja berbakti kepadaNja. Isa tidak digembirakan dengan sinar pengharapan jang terang dan bertjahaja pada sebelah kanan ataupun sebelah kiri. Segaia sesuatu adalah terbungkus dalam kegelapan belaka. Ditengah-tengah gelap gulita jang hebat itu, jang dirasai djuga oleh alam jang menderita, Penebus itu meminum piala rahasia itu sampai titik jang penghabisan. Dengan tidak diberikan harap jang mulia serta ketetapan hati akan kemenangan jang akan mendjadi milikNja kelak, Dia berseru dengan suara jang njaring: “Ja Bapa, kepadaMulah Aku menjerahkan njawaKu!” Lukas 23 : 46. Ia kenal betul akan tabiat Bapanja, dengan adalatNja, kemurahanNja, dan tjintaNja jang besar, maka dalam penjerahan Dia djatuh kedalam tanganNja. Ditengah-tengah pergontjangan alam kedengaranlah oleh penonton-penonton jang tertjengang itu suara penghabisan dari Orang sengsara Golgota itu.PN 215.2

    Alam turut merasa sengsara dengan kesengsaraan Chaliknja. Bumi jang bergempa, batu-batu jang terbongkar, mengumumkan bahwa jang mati itu Anak Allah adanja. Terdjadilah suatu gempa bumi jang keras. Tirai kaabah pun tjariklah tengah-tengahnja. Ketakutan jang amat sangat menggenggam segaia penganiaja dan penonton ketika mereka melihat matahari terbungkus dalam kege- lapan dan merasa bumi tergontjang dibawah kakinja, serta melihat dan dengar batu-batu jang berbelah-belah itu. Olok-olok dan makian kepala-kepala imam dan tua-tua didiamkan ketika al-Maseh menjerahkan njawaNja kedalam tangan Bapanja. Orang banjak jang tertjengang itu mulailah mengundurkan diri dan merabah-rabah djalannja dalam kegelapan masuk kedalam kota. Mereka menebahnebah dadanja sementara mereka pergi dalam ketakutan, hampirhampir seperti berbisik bitjaranja, dan berkata satu sama lain: “Sesungguhnja inilah seorang jang benar, jang sudah dibunuh mati. Bagaimanakah, kalau sesungguhnja Ia itu Anak Allah, sebagai dikatakanNja ?”PN 215.3

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents