Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Pustaka Roh Nubuat Djilid 1 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Makan Dengan Melampaui Batas

    Banjak diantara orang jang telah menurut pembaharuan kesehatan sudah meninggalkan segala sesuatu jang berbahaja, tetapi adakah semestinja bahwa oleh karena telah meninggalkan segala perkara ini mereka boleh makan seberapa banjak mereka suka? Mereka duduk di medja, dan gantinja menimbang berapa banjak boleh mereka makan, diturutinja nafsu makannja sehingga makan terlalu banjak. Maka lambung mereka pun mendapat pekerdjaan jang begitu banjak, atau pekerdjaan jang menghabiskan segala tenaganja, sepandjang hari itu, dengan penuh keluh-kesah oleh karena beban jang dipaksakan kepadanja. Segala makanan jang dimasukkan kedalam perut, dari mana alat-alat tubuh tak dapat memperoleh keuntungan, adalah suatu beban kepada tubuh dalam pekerdjaannja. Hal itu menghalang-halangi alat-alat hidup dalam tubuh. Peredaran dalam tubuh itu disumpat dan tidak dapat mendjalankan kewadjibannja dengan berhasil. Alat-alat jang penting diberatkan dengan tiada gunanja, dan kuasa sjaraf otak ditank kepada perut untuk menolong alat-alat pentjerna melakukan pekerdjaan membuangkan sekian banjak makanan jang tidak ada faedahnja kepada peredaran darah.PN 174.3

    Dengan demikian dikurangkanlah kuasa otak oleh menarik begitu banjak tenaga dari padanja untuk menolong perut berdjalan sebagaimana mestinja dengan bebannja jang berat itu. Dan setelah pekerdjaannja itu selesai, perasaan jang bagaimanakah dialami sebagai akibat dari pemborosan jang tak berguna dari tenaga jang penting ini? Suatu perasaan lesu, kelelahan, seolah-olah engkau mesti makan lagi. Boleh djadi perasaan ini datang dekat kepada waktu makan. Apakah jang menjebabkan perasaan ini? Alat-alat tubuh telah berusaha sekeras-kerasnja hendak menghabiskan pekerdjaannja, dan oleh karena pekerdjaan keras itu telah mendjadi begitu penat sehingga engkau mendapat perasaan lesu tadi. Maka engkau merasa bahwa perut itu berkata, “Minta makan,” padahal dalam kelelahannja itu, adalah ia berseru dengan njata, “Saja mau mengasuh.”PN 175.1

    Lambung itu perlu perhentian agar supaja mendapat kembali segala tenaganja jang sudah dihabiskan itu sebelum mengerdjakan pekerdjaan jang baru. Tetapi ganti membiarkan dia berhenti sedikit waktu, engkau pikir perlu diberikan kepadanja makanan lagi, dan dengan demikian timpahkan lagi atasnja suatu beban jang be-rat, dan tidak memberikan kepadanja perhentian jang sangat dibutuhkan itu. Adalah jaitu seperti seorang tani jang bekerdja diladang sepandjang pagi sampai ia sudah penat. Pada tengah hari ia pulang kerumah dan berkata bahwa ia sudah tjapik dan penat, tetapi engkau suruh dia supaja pergi bekerdja lagi dan akan didapatnja kesegaran. Dengan tjara beginilah engkau memperlakukan perut itu. Perut sudah penat semata-mata. Tetapi ganti memberikan perhentian kepadanja, engkau berikan lagi makanan jang harus dikerdjakannja, dan kemudian tarik tenaga dari bahagianbahagian tubuh jang lain kepada perut itu untuk membantu dalam pekerdjaan pentjernaan. . . .PN 175.2

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents