Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents
Pustaka Roh Nubuat Djilid 1 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Fasal 5—Penunggu Saudaramu

    Pada tanggal 20 November 1855, ketika minta doa, Roh Tuhan telah datang dengan tiba-tiba serta dengan berkuasa atas saja, dan saja pun terangkatlah didalam chajal.PN 29.1

    Saja melihat bahwa Roh Tuhan telah mulai berkurang dalam sidang. Hamba-hamba Tuhan telah berharap terlalu banjak pada kekuatan persualan, dan tidak mempunjai persandaran jang teguh atas Allah sebagaimana patut ada padanja. Saja melihat bahwa persualan tentang kebenaran sadja tidak akan menggerakkan djiwa-djiwa supaja berpihak kepada umat jang sisa; karena kebenaran itu tidak begitu disukai umum. Hamba-hamba Tuhan mestilah mempunjai kebenaran itu dalam djiwa. Malaikat itu berkata: “Haruslah mereka memperoleh kebenaran itu hangat-hangat dari kemuliaan, membawa itu dalam dadanja, dan tuangkan itu dalam kehangatan dan ketekunan djiwa kepada orang-orang jang mendengar.” Beberapa orang jang berhati djudjur ada sedia hendak mengambil keputusan oleh karena bukti jang kuat; tetapi adalah mustahil untuk menggerakkan hati banjak orang dengan hanja satu theori kebenaran itu sadja. Kebenaran itu mesti disertai oleh satu kuasa, satu kesaksian jang hidup untuk menggerakkan mereka.PN 29.2

    Saja melihat bahwa musuh sedang giat membinasakan djiwadjiwa. Kemegahan telah memasuki barisan hamba-hamba Tuhan; kerendahan hati haruslah diperbanjak. Diantara orang-orang jang membawa kabar itu ada terdapat terlalu banjak roh mengurus diri sendiri. Hal ini mestilah disampingkan, dan hamba-hamba Allah mesti mengadakan perhubungan jang lebih rapat satu sama lain. Sudah terlalu banjak semangat hendak bertanja, “Akukah penunggu adikku?” Kedjadian 4 : 9. Malaikat itu berkata: “Sesungguhnja, engkaulah penunggu saudaramu. Engkau harus menunggui saudaramu dengan hati-hati, berusaha untuk kesedjahterahannja, serta bertjita-tjita sajang dan kasihan kepadanja. Rapatkanlah diri, rapatkanlah diri.” Allah bermaksud supaja manusia mempunjai hati terbuka dan djudjur, dengan tiada pura-pura, lemah lembut, rendah hati, serta dengan kesederhanaan. Inilah azas-azas sorga; Allah mengaturkan hal itu supaja demikian adanja. Tetapi manusia jang melarat dan tak berdaja telah berusaha mentjahari sesuatu jang lain — menurut djalannja sendiri, dan dengan berhati-hati mengurus kepentingan dirinja sendiri.PN 29.3

    Saja tanja kepada malaikat itu kenapa kesederhanaan itu telah dibuangkan dari geredja, dan kesombongan serta kemegahan men-PN 29.4

    1855, djilid 1, muka 113—115. djalar kedalamnja. Saja melihat bahwa inilah sebabnja kenapa kita hampir sadja diserahkan kedalam tangan musuh. Kata malaikai itu: “Selidiklah, dan engkau akan melihat bahwa perasaan ini meradjalela: Akukah penunggu saudaraku?” Sekali lagi malaikat itu berkata: “Engkaulah penunggu saudaramu. Agamamu, pertjajamu, menuntut supaja engkau menjangkal diri sendiri serta berkorban kepada Allah, kalau tidak engkau pun akan tidak lajak untuk mendapat hidup jang kekal; karena hidup jang kekal itu telah dibeli dengan mahal harganja, bahkan oleh siksaan dan sengsara, serta darah Anak Allah jang kekasih itu.”PN 29.5

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents